SANG PETANI SAWIT

devi feri • 4 Mei 2021

                                                      SANG PETANI SAWIT

petani sawit

Kisah ini aku tulis dari perjalananku saat aku berkeliling di suatu blok perkebunan kelapa sawit. Ya, aku tinggal di tengah perkebunan kelapa sawit di kalimantan selatan. Kegiatan berkelililing sore atau bersepeda kecil-kecilan di tengah perkebunan kelapa sawit merupakan suatu hiburan tersendiri. Maklum saja, posisi di tengah perkebunan membuatku jauh dari hingar bingar keriuhan kota. Namun tetap ada banyak hal yang bisa aku syukuri disini. Ada banyak hal baru yang membuat aku terus belajar juga di sini. Tak terasa aku pun sudah menginjak 3 tahun tinggal dan mengajar di sekolah perkebunan kelapa sawit. Ya benar, aku adalah seorang Guru.

Sore ini aku ambil sepedaku berkeliling blok dengan kawanku di sini. Sampai pada satu blok aku lihat, ada salah satu orang tua muridku. Aku dekati beliau. Aku sandarkan sepedaku dan sengaja bertegur sapa serta berhenti sejenak. Beliau adalah Pak Amat. Ayah dari salah satu muridku, Anto. Beliau nampak lelah sepertinya. Aku ajak beliau untuk sejenak melepas lelah sambil bercakap-cakap. Sungguh, dari perjumpaanku dengan beliau, banyak sekali hikmah yang aku dapat.

Beliau adalah seorang ayah dari 3 orang anak. Merantau dari NTT ke Kalimantan Selatan, demi menghidupi keluarganya. Pak Amat adalah seorang Petani Sawit, beliau bekerja memanen buah-buah sawit di blok perkebunan. Istri Beliau ikut bekerja di sini sebagai pekerja rawat (membersihkan hama-hama yang menempel di pohon sawit) demi membantu dapur agar tetap mengepul. Setiap pagi harus bangun pagi, Memanggul alat-alat yang berat untuk memanen sawit. Membawa setiap panenan buah sawit dengan angkong ke pinggir-pinggir jalan agar mudah di angkut. truk sawit. Hal yang berat menurut beliau adalah ketika musim hujan. Hal ini karena blok perkebunan akan tergenang air,sehingga beliau tidak bisa menggunakan angkong untuk membawa buah sawit hasil panenan ke pinggir jalan. Beliau harus menarik buah menggunakan potongan drum biru. Maklum saja perkebunan di sini dibuka pada area lahan rawa gambut yang penuh air.  Jadi jalan perkebunan itu adalah lahan rawa gambut yang sudah di proses dan di timbun tanah. Tidak hanya area blok perkebunan yang dipenuhi air saat hujan, kondisi jalan menuju blok pun licin dan tak jarang membuat banyak motor mogok atau sering kami sebut kepater. Hal ini karena tanah akan menempel di ban motor dan menghalangi motor untuk bergerak. Sungguh pengorbanan yang besar. Aku kadang tidak mengerti bagaimana sabar itu selalu terpupuk di hati beliau. Doa yang tak pernah lepas dari beliau yaitu, keselamatan dan kesehatan untuk keluarga NTT yang jarang sekali beliau jumpai dan juga doa untuk kesuksesan anak-anak beliau. Beliau punya cita-cita agar anak-anak beliau mampu berdiri dalam hidup ini dengan keadaan lebih baik dari pada beliau. Sungguh mungkin ini cita-cita dari semua Ayah di dunia. 

Tak terasa malam hampir datang. Aku berpamitan dengan Pak Amat serta berterimakasih karena telah membagi banyak cerita kepada ku dan kawanku. Bersama kayuhan sepeda ini, hatiku bergetar. mendengar kisah perjuangan beliau yang membuatku tersadar, tentang arti sabar dan syukur. Semoga Allah SWT mengijabah setiap doa-doamu ya Pak, Aamiin (Bisiku dalam hati).

 

By: Devi Feriyanjani

Perusahaan Grup Astra
Astra Agro Lestari
Wilayah Grup Astra
Banjarmasin (Kalimantan Selatan)