Antara Tabayyun dan Khusnudzan

Bang Pitung • 19 Januari 2021
di grup Masjid Astra

 

Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
JUMAT, 15 Januari 2021
              02 Jumadil Akhir 1442 H
Pukul, 19.45 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz Harits Abu Naufal"


~ ANTARA TABAYYUN DAN KHUSNUDZON ~


Sebagai seorang muslim, Kita tidak boleh mengganggu nyawa orang lain dan juga kita tidak boleh mengganggu kehormatan seseorang.
Bahkan di dalam Islam datang hukum yang sangat tegas ketika seseorang menuduh orang lain berbuat zina, dalam keadaan dia tidak bisa mendatangkan empat saksi maka dia akan di cambuk dengan 80 cambukkan.

★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ يَرْمُونَ ٱلْمُحْصَنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا۟ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَ فَٱجْلِدُوهُمْ ثَمَٰنِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا۟ لَهُمْ شَهَٰدَةً أَبَدًا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ 

"Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik."
[QS. An-Nur : 4]

Kenapa Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan hukum yang sangat tegas, karena kehormatan seorang muslim itu sangat terjaga.

★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ٌ

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,"
[QS. At-Taubah : 71]

Disinilah letak dari keagungan dan kemuliaan Islam itu sendiri. Ikatan kita didalam agama ini, ikatan kecintaan kita, berloyalitasnya kita adalah kepada orang2 yang mereka beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.

★ Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya, orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” 
[Al-Hujurat: 10]

Dan kalau kita melihat Hadits2 dari Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, maka kita akan mendapatkan sangat banyak Hadits Rasulullah yang melarang kita untuk mengganggu kehormatan orang lain.

Maka Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menyebutkan standart seorang mukmin adalah,
◆ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

 الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ 

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya” 
(HR. Muslim no.64)

Kalau seandainya dia tidak bisa memberikan kebaikan kepada saudaranya, setidaknya tangannya dan lisannya jangan sampai mengganggu orang lain.
Ini hukum asal seorang muslim.
Selama dia mengucapkan dua kalimat syahadat, tidak alasan bagi kita untuk mengganggu mereka, menjatuhkan kehormatan mereka.

▶️ Kecuali ada beberapa perkara, oleh para Ulama kita yang mengambil dalil dari Alquran dan Sunnah Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, diantara hal yang dikecualikan,

1)  Seseorang ingin menikah maka tidak ada masalah untuk dia bertanya calon suaminya atau calon istrinya kepada orang yang mengetahui kondisi dan keadaan orang tersebut. Dan ketika dia menyebutkan kekurangan2 dari orang yang akan dia lamar tersebut, maka itu bukanlah dianggap sebuah hal yang tercela.

◆ Dalam sebuah Hadits,
"Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam didatangi oleh seorang shahabiyah dimana dia mengabarkan hendak dilamar oleh beberapa orang laki2.
Kemudian Rasulullah menyebutkan namanya,
- Si fulan dia suka memukul,
- Si fulan pelit.
Maka menikahlah dengan Usamah bin Zaid.

Hukum asal seorang muslim itu tidak boleh di ganggu dan tidak boleh disebutkan kejelekannya. Akan tetapi Nabi shalallahu'alaihi wasallam disini menyebutkan fulan dan fulan, karena ada maslahat dibalik itu semuanya.
Maka ini perkara yang dibolehkan dan dibenarkan.
Namun sesuatu yang itu dikecualikan sifatnya adalah kecil dan sempit, tidak luas.

Seseorang misalnya bertanya tentang seorang laki2 atau wanita yang memang belum berniat dia menikah, hanya ingin tahu saja. Maka tidak ada hajat bagi kita menyebutkan dia begini dan begitu.
Akan tetapi hal yang kita sebutkan tadi akan tetapi ketika dia sudah memiliki niat yang sangat kuat untuk menikah atau telah dilamar.
Karena perkara yang dikecualikan itu sifatnya adalah sempit.

2)  Boleh seseorang membicarakan tentang kejelekan seorang muslim ketika dia berbuat kebid'ahan, yang dikhawatirkan kebid'ahan tersebut akan memudhorotkan muslimin dan masyarakat. Maka menyebutkan tentang kejelekannya, kekurangan2nya, tentang penyimpangan2nya, ini tidaklah dianggap sebagai ghibah.

◆ Disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah, 
"Dimana ijma para ulama, menyebutkan kejelekan2 ahlul bid'ah ini tidaklah dianggap ghibah sama sekali.
Akan tetapi ini merupakan salah satu jihad yang sangat mulia dan sangat agung."

◆ Sebagaimana disebutkan oleh Imam Ahmad rahimahullah,
"Ketika seseorang bertanya kepada beliau, mana yang lebih baik, seseorang dia sholat malam, dia berpuasa, atau dia membicarakan tentang kejelekkan dari kalangan ahlul bid'ah yang dikhawatirkan bid'ahnya itu merusakan Aqidah masyarakat.?"
Kata Imam Ahmad,
"Seandainya kalau sholat, puasa, zakat dan ibadah lainnya itu maslahatnya untuk dirimu sendiri. Akan tetapi menyebutkan kejelekkan ahlul bid'ah dari penyimpangan2 yang ada pada diri mereka manfaatnya tidak hanya kepada dirimu saja, tetapi manfaatnya kepada muslimin seluruhnya. Kalau seandainya engkau diam dan aku juga diam maka siapa yang mengetahui kebenaran."

Ini peletakkan dari pada hukum syariat, yang mana didalamnya adalah Rahmatanlil'alamin.
Tidaklah difahami dengan akal2 kita, akan tetapi kita memahami bagaimana Nash yang datang kepada kita 

Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam adalah seorang Nabi yang telah dikabarkan dari langit ke tujuh.
★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."
[QS. Al-Qalam : 7]

Dan tidak ada keraguan bagi kita, bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam adalah manusia yang paling baik pekertinya dan lisannya dimuka bumi ini. Tidak ada yang lebih baik dibandingkan beliau.
Akan tetapi ketika beliau berbicara tentang sebuah kelompok yang mana mereka sholatnya itu melebihi dari sholatnya sahabat, yang puasanya melebihi dari puasa sahabat. 

◆ Tetapi Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengatakan,

الْخَوَارِجُ كِلَابُ النَّارِ

Khawarij adalah anjing-anjingnya neraka. 
(HR. Ahmad 19415, Ibn Majah 173 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Bahkan Nabi mengatakan,
"Sebaik2 orang yang dibunuh, dibunuh oleh mereka. Dan sebaik2 orang yang membunuh adalah membunuh mereka."

Disebutkan oleh para Ulama,
"Sesuatu perkara yang keras itu terkadang memberikan dampak bagi seseorang."

◆ Disebutkan dari Amr bin Yasir, 
"Usamah bin Zaid pernah membunuh seseorang yang telah mengucapkan Laa Ilaha Ilallah."
Dikabarkanlah kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam, kemudian Rasulullah mengatakan,
"Apakah engkau membunuh dia setelah dia mengucapkan Laa Ilaha Ilallah.?"
Kemudian dia berkata,
"Ya Rasulullah, sesnugguhnya dia mengucapkan Laa Ilaha Ilallah karena takut saya bunuh."
Kemudian Rasulullah mengatakan,
"Apakah engkau membuka hatinya sehingga engkau tahu dia mengucapkan Laa Ilaha Ilallah dikarenakan takut engkau bunuh.?"
(Diulang berkali2 oleh Rasulullah).
Sampai2 Usamah bin Zaid berkata,
"Kalau seandainya aku baru masuk Islam hari ini maka lebih baik."
(Karena begitu marahnya Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam).

Faedah yang bisa kita petik dari beliau Usamah bin Zaid radhiallahu'anhu.
Pelajaran yang begitu keras yang diberikan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam kepada beliau di zaman2 terjadinya fitnah2, fitnah terbunuhnya Ustman bin Affan dan fitnah2 yang lain. Beliau menjaga diri beliau untuk tidak masuk kedalam fitnah2 tersebut, karena beliau khawatir akan tertumpahnya darah Muslimin pada waktu itu.

Sehingga keras itu tidaklah selalu jadi jelek, bersikap tegas, mengingkari kemungkaran, bukanlah sesuatu perkara yang selamanya itu jelek, bahkan itu adalah ibadah yang sangat mulia.

Perkara mengingkari Ahlul Bid'ah dan lainnya, kita harus memahami bahwasanya hukum asal mereka adalah seorang Muslim. 
Yang mana seorang Muslim tidak boleh dijatuhkan kehormatan mereka, kecuali hal2 yang dibolehkan didalam syariat.
Maka ketika kita akan mengingkari, kita mengingkari sesuatu yang ada keterkaitannya dengan kebid'ahannya yang itu dikahwatirkan akan bisa merusak daripada Aqidah Muslimin.
Tidak ada keterkaitan dengam namanya, fisiknya, warna kulitnya. Hanya membahas dari sisi kesalahan yang memang dia terjatuh dalam kesalahannya.
Tidak boleh kita sebut namanya dengan sebutan2 yang jelek. Dikhawatirkan jatuh pada ghibah yang haram.

Ada hal2 yang perlu untuk kita perhatikan bagaimana cara kita menghadapi saudara2 kita muslimin secara umum, muslimin dari kalangan Ahlul Sunnah, muslimin yang mereka terjatuh kedalam kebid'ahan. Namun semua masih dalam koridor mereka masih seorang Muslim.

◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Kehormatan kalian, darah kalian, nyawa kalian, itu harus tetap terjaga."

Ada hal2 dimana kita meletakkan Husnudzon yang bukan pada tempatnya, ini sebuah kekeliruan.
Maksudnya..!
Ada seseorang sudah jelas dia mengucapkan ucapan2 yang bathil, sudah jelas melakukan perbuatan2 yang bathil. Tetapi kita masih mengatakan,
"Akhi gak boleh su'udzon, antumkan gak tau maksudnya dia mau ngapain."

Allah menceritakan tentang kisah Nabi Yusuf 'alaihisallam.
"Ketika Nabi Yusuf dikejar oleh wanita istrinya imrotul Azis, yang sampai baju beliau koyak, kemudian diputuskan hukumannya siapa yang salah. Kalau seandainya baju yang koyak itu didepan maka Yusuf yang salah, tapi kalau seandainya baju yang koyak itu dibelakang Yusuf yang benar."

Jadi jangan salah letak dimana Tabayun dan juga jangan salah letak dimana Su'udzon dan Husnudzon.


?  TABAYYUN

Disebutkan disini dari akhlaq Islam yang sangat mulia dan sangat agung.
Yang mana Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada hamba2nya, dan itu merupakan jalannya para Nabi dan Rasul yaitu,
- Menjaga Ruh manusia.
- Menjaga darah manusia.
Ini hal yang sangat penting.
Tidak boleh seseorang untuk mengganggu dan menumpahkan darah seorang muslim yang mengucapkan dua kalimat syahadat.

Kalau seandainya ada para pemberontak yang membuat kerusakan, maka carilah sesuatu yang paling ringan untuk bisa menghentikan kemudhorotannya.
Kalau seandainya kemudhorotannya bisa kita hentikan dengan kita ikat, atau dilempar gas air mata, atau dilempar peluru karet. Maka itu yang kita gunakan, tidak boleh kita membunuhnya.
Karena darah seorang muslim itu terjaga dan haram hukumnya.
Kemudhorotan yang dia lakukan kecuali dengan cara membunuhnya atau menembaknya, maka posisi seperti ini tidak ada masalah karena kita menjaga diri dan menjaga nyawa kita, dia mau menembak dan membunuh kita. Tidak ada cara bagi kita untuk menghentikan kedzaliman dia kecuali dengan membunuhnya maka dibolehkan.

Orang2 khawarij dizamannya Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu itu tidak dibunuh, mereka punya tempat bernama Haruriah.
Abdullah ibnu Abbas mendatangi mereka satu persatu.

Di zaman Husein radhiallahu'anhu, ketika Husein mengirim pasukan atau utusannya Muhammad bin Aqil ke Kuffah, yang mana beliau dengan ribuan pasukan pada waktu itu mengelilingi istananya Gubernur Yazid bin Muawiyyah yang ada di Kuffah.
Taktik yang dilakukan oleh mereka dengan di iming-imingi uang, mereka ditakut2i. Kalau mereka tidak bubar maka akan dikirim pasukan dari Syam.
Kemudian mereka minta orang tua yang anak2nya ikut demo mengepung istana Gubernur pada waktu itu, disuruh tarik pulang, dijanjikan ini dan itu. Tinggallah beberapa manusia pada waktu itu.
Bagaimana metode dan cara menghadapi manusia2 yang seperti ini tidaklah kemudian langsung di bunuh dan di halalkan darahnya.
Karena ini perkara yang sangat terjaga dalam agama Islam.

Islam adalah agama yang sangat menjaga hak2 pribadi manusia atau hak2 masyarakat itu sendiri, untuk menutup segala pintu2 fitnah. Dengannya akan bisa diketahui antara hak daripada kebathilan yang teekadang tersebar kabar2 dan isu2 yang sangat banyak.

Kalau berbicara tentang isu atau berita2 hoax, itu tidak terjadi di zaman sekarang saja. Sudah terjadi sejak zaman dahulu.
Utsman bin Affan beliau dikepung dirumah beliau, beliau tidak diberikan air untuk berwudhu dari sumur yang pernah beliau beli dan beliau tidak boleh sholat dimasjid. Itu semua terjadi karena berita hoax.

Di zaman yang dimana tuduhan2 itu begitu mudah untuk disebarkan, berita2 bohong begitu cepat untuk disebarkan. 
Maka kita harus mengerti kaidah2 tentang Tabayyun, agar kita bisa menyelamatkan diri kita dan menyelamatkan orang lain dari lisan kita dan tangan kita, dari tulisan kita dan dari apa yang kita share.

? Tabayyun adalah,
"Ilmu pengetahuan atau sesuatu ilmu yang dia ketahui setelah dia mengecek yang tadinya sesuatu yang masih tersamar."

Sesuatu yang tadinya belum jelas kemudian dia cek sampai jelas pemberitaan tersebut.

◇ Contoh :
Terjadi diskusi antara si A dan si B.
Yang mana si A mengatakan,
"Saya pengen nikah."
Kemudian si B yang mendengar si A pengen nikah dia sampaikan ke C,
"Si A akan nikah."
=> (kata pengen berubah jadi akan).
Kemudian tersebar lagi beritanya si A sudah nikah.

Kalau kita melihat dari sisi kaidah ilmu Hadits, seorang itu jujur atau orang yang bisa diterima haditsnya,
1. Dari sisi agamanya.
2. Dari sisi dia sanggup untuk menghafal hadits yang dia dengar.
3. Atau dia memiliki catatan yang mana catatan tersebut terjaga.

Karena bisa jadi ketaatan dan kesholehah seseorang menghalangi untuk dia berbohong, akan tetapi salah tangkap dalam kabar, itu sangat mungkin terjadi.
Dia tidak bermaksud untuk bohong, akan tetapi salah faham atau dia tidak memiliki kemampuan untuk bisa menangkap omongan orang.
"Kalimat ingin berubah menjadi kalimat akan."

Di zaman Ulama2 Hadits pada zama dahulu, ada yang dikenal dengan seorang Imam dalam Fiqih, tetapi hafalan jelek, ketika dia mendengar Hadits dia salah dalam menyampaikan dan mengabarkan.
Imam besar Abdullah bin Lahi'ah adalah Imamnya Fiqih, tetapi dalam ilmu Hadits beliau tidak diterima karena hafalannya jelek.
Kalau itu terjadi pada Imam Ibnu Lahi'ah, maka akan sangat terjadi pada kita.

Maka disini di butuhkan Tabayyun, benar gak dia bicara seperti itu, cari tahu supaya kita tidak merugikan orang lain dari apa yang kita terima tadi.
Jadi gak bisa hanya dilihat dari kesholehannya atau penampilannya.

◆ Rasulullah sudah mengingatkan kita,
"Serahkan segala sesuatu pada ahlinya, kalau seandainya kita menyerahkan sesuatu bukan pada ahlinya maka tunggulah kehancurannya."

◆ Rasulullah pernah menasehati sahabatnya Abu Darda radhiallahu'anhu,
"Wahai Abu Darda, kalau seandainya dalam perjalanan dipilih salah seorang pemimpin jangan engkau orangnya, dan kalau seandainya kalau ada urusan dari pada harta muslimin jangan engkau yang memegangnya."

Bukan Abu Darda tidak jujur, beliau sangat jujur, tapi beliau tidak punya keahlian.
Maka Nabi kita shalallahu'alaihi wasallam, ketika beliau bersahabat teman dekatnya adalah Abu Bakar ash Shiddiq, Umar bin Khattab, namun yang dijadikan menantu oleh beliau adalah Ali bin Abu Thalib. 
Dan sahabat yang menjadi tempat menyimpan rahasia Rasulullah adalah Hudzaifah ibnul Yaman.
Nabi shalallahu'alaihi wasallam meletakkan sesuatu pada tempatnya masing2.

▪️Tabayyun merupakan sifat2 dari orang yang memiliki akal dan kecerdasan.
Berbeda dengan orang yang terburu2 yang itu merupakam sifat dari orang2 yang bodoh, dapat kabar langsung di sebarkan atau di share.

Disitulah kita akan melihat seseorang itu cerdas atau tidak, berakal atau tidak berakal, dilihat dari apa yang dia share, sebarkan atau bicarakan.
Karena orang yang cerdas dia tidaknakan terburu2 menyampaikan swbuah kabar sampai dia Tabayyun apakah kabar itu benar atau tidak.
Setelah dia meyakini kabar iti benar, kemudian dia menimbang ada maslahatnya atau tidak kalau disampaikan.

◆ Kata Imam Syafi'i rahimahullah,
"Apabila engkau mendengar kabar, dan kalau engkau ingin menyebarkannya maka fikir dulu, kalau seandainya berita itu benar, apakah ada maslahat untuk kita sebarkan."

Jangan terburu2 karena nanti dikhawatirkan justru kita akan merugikan orang lain dan memalukan diri kita sendiri.
Jangan suka inhin tampil dan ingin eksis yang pada akhirnya akan memudhorotkan diri kita sendiri. Ini yang harus kita pegang, akhlak orang yang berakal. Sejauh mana dia bisa menggunakan akalnya, kepada siapa dia berbicara dan apa yang dia share.

▪️Perkara kebenaran.
Tidak semua perkara kebenaran itu harus disampaikan.

Ada pepatah,
"Sampaikan kebenaran walaupun itu pahit."
Tapi kebenaran yang kita sampaikan dilihat dari sisi maslahatnya dan dilihat dari sisi mafsadah.

Ketika Mu'adz bin Jabbal radhiallahu'anhu berboncengan dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam, kemudian beliau berkata,
"Ya Mu'adz apakah engkau mengetahui apa hak Allah kepada hambanya dan hak hamba kepada Allah.?"
Mu'adz berkata,
"Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui."
Kemudian Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengatakan,
"Hak Allah kepada hambanya, Allah tidak akan pernah mengadzab hambanya yang tidak pernah berbuat syirik kepada Nya. Dan haknya hamba kepada Allah, dia beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik."

Ini ucapan yang hak yang tidak ada kekeliruan didalamnya, ucapan Rasul, wahyu yang datang dari Allah dan isinya juga Tauhid.
Kemudian ketika mendengar kabar gembira ini Mu'adz berkata,
"Ya Rasulullah apakah saya boleh menyebarkan ini kepada manusia?".
Kata Rasulullah,
"Tidak, jangan kau sampaikan kepada manusia nanti manusia bisa bertawakal."
Nanti manusia akan berfikir bertauhid saja yang penting tidak berbuat syirik ya sudah kalau buat dosa juga gak masalah tetap akan masuk surga.
Ini akan membuat orang salah faham.

◆ Umar bin Khattab pernah berkata,
"Berbicaralah kamu kepada manusia apa yang membuat manusia memahami apa yang engkau sampaikan."

◇ Contoh lain :
Ada perkara2 yang terkadang kita tidak perlu merinci, ketika kita merinci terkadang itu menjadi masalah.
Di khutbah Jumat, kita ketahui kebanyakan muslimin terkadang sholat di masjid itu hanya di hari Jumat saja, atau bahkan mungkin sholat seminggu sekali hanya hari Jumat.
Kemudian diingatkan tentang bahayanya orang yang meninggalkan sholat dengan membawa Nash.

◆ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ 

"Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, barangsiapa meninggalkannya maka ia benar benar telah kafir.”
[HR. Abu Daud, Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Mâjah dan Imam Ahmad]

Ketuka para jamaah sholat jumat mendengar ceramah seperti ini, dan jamaah ketakutan.
Maka tidak ada maslahat disini untuk kita rinci, untuk kita sebutkan adanya perselisihan para ulama dalam masalah ini.
Yang tadinya dia khawatir dia tidak sholat bisa kafir, kemudian ketika kita rinci ada khilat dikalangan para ulama, maka orang tersebut menjadi tenang ternyata masih bisa meninggalkan sholat.

Jadi didalam kita berbicara itu penting bagaimana audien yang ada sihadapan kita, yang mana rincian iti bisa kita rinci dihadapan para penuntut ilmu yang mereka Insyaa Allah akan tetap mengerjakan sholat dan menjaga sholat.

▪️ Tabayyun adalah tanda akan sempurnanya akal seseorang dan selamatnya pikirannya.
Adapun terburu2 menerima dan menyebarkan kabar adalah tanda dan bukti dia orang yang lemah akalnya

◆ Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengatakan,

التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” 
(HR. Bukhari dan Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

》Tabayyun dari perkara2 yang dia dengar atau lihat, adalah sesuatu yang dicintai oleh bahkan diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan itu adalah untuk menjaga seorang hamba dari kekeliruan dan dari kesalahan.
》Adapun terburu2 itu sifatnya setan, itu merupakan daripada was2nya setan, itu daripada kesesatan yang disebarkan oleh setan ditengah2 manusia.

◆ Disebutkan oleh Ibnul Qoyyim,
"Kenapa terburu2 merupakan dari setan, dikarenakan dia sesuatu yang sifatnya terburu2 dan tidak menggunakan akalnya dengan sempurna. Sehingga menghalangi dia dari ketenangan, menghalangi dia dari mendengar kabar, harus berhati2, sehingga ketika dia terburu2 maka dia akan meletakkan sesuatu itu bukan pada tempatnya. Sehingga itu akan melahirkan kejelekkan dan itu akan melahirkan diantara dua sifat yang tercela yaitu terburu2 sebelum tiba waktunya."

◆ Disebutkan oleh Para Ulama,
"Ketika seseorang terburu2 untuk mendapatkan sesuatu yang belum waktunya maka dia diharamkan dari apa yang dia dapatkan."

◇ Misalnya ;
Seseorang ketika ingin mendapatkan harta warisan, itu setelah orang tuanya meninggal. Supaya dia bisa segera mendapatkan warisan bapaknya dibunuh. 
Maka barangsiapa yang membunuh bapaknya untuk mendapatkan warisan, maka dia tidak mendapatkan warisan.

Begitu juga kita terburu2 untuk menyampaikan sesuatu yang tujuannya baik untuk menyampaikan informasi, yang tujuannya untuk menyampaikan ilmu.
Akan tetapi ketika terburu menyampaikan ilmu yang belum saatnya maka bukan kebaikan yang kita dapatkan, justru kejelekan yang kita dapatkan.

Dan Islam telah melarang kita untuk terburu2, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala mencela sifat malas.
Dan Allah memuji sifat kehati2an, tabayyun dalam perkara2 dan Allah mengatakan,

★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ جَآءَكُمۡ فَاسِقٌ ۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوۡۤا اَنۡ تُصِيۡبُوۡا قَوۡمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصۡبِحُوۡا عَلٰى مَا فَعَلۡتُمۡ نٰدِمِيۡنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
[QS. Al-Hujurat : 6]

◆ Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin As-Sa'di,
"Daripada kesalahan yang sangat berbahaya, menerima ucapan sebagian manusia diatas sebagian yang lainnya, yang kemudian dari apa yang dia dengar tersebut, dia sampaikan ucapan tersebut kepada orang lain lagi. Dan dia membangun beritanya dengan kedustaan,
- Masyaa Allah dia harus kita cintai (padahal orang tersebut gak pantas untuk kita cintai)
- Dia memuliakan orang tersebut (padahal dia gak pantas untuk dimuliakan)
- Atau sebaliknya, kita mendengar kabar tentang seseorang yang mana kabar tersebut memunculkan kita untuk benci kepadanya, murka kepadanya, dan kita mencelanya.
Maka sangat banyak ini terjadi kepada manusia. Berapa banyak berita yang tersebar tentang manusia, perkara2 yang sebenarnya kondisinya tidak demikian."

◇ Contoh Kisah dari Utsman bin Affan,
- Utsman di tuduh beliau telah mengusir Abu Darda radhiallahu'anhu.
- Utsman di tuduh telah memukul Abdurrahman bin Mas'ud sampai terburai ususnya.
Sehingga berita ini dibesar2kan dan dibumbui. Maka muncullah stigma di masyarakat,
- Utsman bin Affan diskriminasi,
- Utsman bin Affan membenci ulama,
- Utsman bin Affan melecehkan orang2 yang dulunya dimuliakan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
Padahal kondisi ya tidak demikian.

◇ Kisah Abu Darda radhiallahu'anhu, 
Pada waktu itu beliau ada masalah dengan Muawiyyah bin Abi Sofyan, permasalahan Fiqih.
Muawiyyah adalah Gubernur pada saat itu, beliau berkata dalam masalah Fiqih.
Kemudian Abu Darda, beliau berkata dalam masalah Fiqih.
Dalam satu hal mereka berbeda pendapat, sehingga memunculkan satu fitnah dari perbedaan pendapat tersebut.
Kemudian Muawiyyah mengirim surat kepada Utsman bin Affan, yang mana beliau menceritakan kondisi dan keadaan yang terjadi. 
Kemudian datanglah Abu Darda menjumpai Utsman. 
Utsman berkata,
"Ya Abu Darda, kalau seandainya engkau menginginkan untuk pergi kesebuah tempat, maka silahkan kau pergi (untuk menutup supaya fitnah tidak semakin membesar)."

Isu yang disebarkan,
"Utsman mengusir Abu Darda untuk membela koloninya, karena Muawiyyah itu adalah kerabat dekatnya, Utsman satu suku dengan Muawiyyah."

Saat itu Abu Darda mengatakan,
"Kalau seandainya Utsman menginginkan saya pergi ke Habasyah, saya akan pergi ke Habasyah supaya untuk menghindari fitnah."

Ini bisa saja terjadi di zaman sekarang, sesuatu yang tadinya A, akan tetapi kemudian dikembang2kan menjadi Z, padahal masalahnya di A.
Ini tidak lain dikarenakan terburu2 dalam menerima kabar.

Atau sesuatu yang sebenarnya ada akan tetapi ditambah2 dan dikurangi2 dwngan berita dusta.
Terkhusus orang2 yang terkadang memang dia tidak perduli dengan apa yang dia nukilkan.
Atau dikenal dengan orang2 yang memang suka mengikuti hawa nafsunya.
Maka wajib bagi orang2 yang berakal untuk Tabayyun, Hati2, tidak terburu2 dalam menerima kabar, karena dengannya seseorang itu dapat diketahui apakah dia berakal ataukah tidak. Apakah agamanya baik atau tidak. Tergantung apa yang dia bicarakan dan apa yang dia share.

Maka hendaknya seseorang itu harus Tatsabbut (berhati2) dan Tabayyun, dari apa2 yang dia dengar dari kabar2 dan isu2, maka orang yang berakal dia tidah hanya semata menerima kabar dan menyandarkan kabar dari apa yang dinukilkan oleh manusia dari ucapan2 mereka.
Karena apa yang ternukilkan dari manusia itu tidaklah menunjukan tanda benarnya kabar tersebut.

? Tatsabbut atau berhati-hati.
Itu merupakan akhlaqnya para Nabi dan para Rasul.

◆ Diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Sulaiman ibnu Buraidah dari bapaknya,
Datanglah Ma'iz ibnu Malik kepada Rasulullah, dia mengatakan,
"Ya Rasulullah sucikan saya ya Rasulullah."
Kemudian Nabi berkata,
"Wahai celaka engkau, kembalilah engkau kerumahmu, beristighfarlah engkau kepada Allah dan tobatlah kepadanya."
Kemudian beliau kembali, setelah beberapa lama, beliau kembali lagi kepada Rasulullah, dan berkata,
"Wahai Rasulullah sucikan saya."
Dan Rasulullah mengulangi perkataan yang sama.
Diulang beberapa kali, sampai ke empat kalinya Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam baru bertanya,
"Dari apa saya mensucikan engkau."
Dia berkata,
"Dari zina ya Rasulullah, saya sudah berzina."
Kemudian Rasulullah berkata,
"Apakah dia sudah gila." 
Kemudian dikabarkan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam bahwa dia tidak gila.
Rasulullah berkata,
"Atau mungkin dia minum khamar atau mabuk sehingga dia bicara sesuatu yang tidak pantas dia ucapkan."
Kemudian laki2 itu datang dicium dari mulutnya tidak ada bau khamar.
Kemudian Nabi berkata,
"Apakah engkau berzina."
Dia berkata,
"Iya Rasulullah."
Kemudian Rasulullah memerintahkan dia untuk dirajam.

Kata Syaikh,
"Ini merupakan pelajaran untuk kita wajibnya Tatsabbut dan Tabayyun sebelum kita mengambil apapun keputusan, apapun hukuman, apapun vonis. Karena itu terkadang akan membuat dia menyesal dengan apa yang dilakukan, dari sifat keterburu2annya dan sifat tidak hati2.

Sifat Tabayyun, sifat Tatsabbut, sifat at-Ta'ani adalah sifatnya para Nabi dan Rasul.

◇ Allah menceritakan tentang kisah Nabi Sulaiman 'alaihisallam dengan burung Hud-hud.
Pada waktu itu Nabi Sulaiman kehilangan burung Hud-hud.

Sebagian ulama tafsir mengatakan,
Burung Hud-hud itu mengetahui sumber air, dan Nabi Sulaiman saat itu ingin mencari sumber air dan beliau memanggil Hud-hud, ternyata Hud-hud tidak ada ditempat.

Sebagaian Ulam Tafsir lagi mengatakan,
Burung Hud-hud ditugaskan oleh Nabi Sulaiman untuk menutupi jangan sampai cahaya masuk kedalam istananya, lalu terlihat oleh Nabi Sulaiman ada cahaya yang masuk kedalam istananya berarti Hud-hud tidak menjalankan tugasnya.

Kemudian Nabi Sulaiman berkata,
"Kenapa saya  tidak melihat Hud-hud.? Apakah dia menghilang.? Saya akan menyiksa dia dengan siksaan yang pedih atau menyembelih dia atau dia mendatangkan kepadaku sebuah bukti yang jelas kenapa dia tidak menjaga tempat yang telah ditugaskan untuk si jaga."

Kalau dilihat Hud-hud di istananya Nabi Sulaiman hanya sebagai pegawai yang rendah, bukan petinggi istana atau kerajaan.
Nabi Sulaiman tidak terburu2 walaupun kepada pekerja istana yang paling rendah. Tetap Nabi tetap menggunakan akal untuk tidak terburu2 menghukumi seseorang.

Kemudian disebutkan setelah beberapa lama datang burung Hud-hud.
Dan Hud-hud tersebut berkata,
"Wahai Sulaiman sesungguh ya aku mengetahui sesuatu apa yang engkau tidak ketahui."
Apakah Nabi Sulaiman marah dan tersinggung.? Tentu tidak.

◆ Ada sebuah kisah disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah,
Ada seorang guru ditanya tentang sebuah soal, kemudian gurunya tidak bisa menjawab, dan ada muridnya yang bisa menjawab.
Kemudian gurunya tadi marah2.
Lalu muridnya berkata,
"Wahai guruku, engkau tidak lebih mulia dari Nabi Sulaiman dan saya tidak lebih hina dari burung Hud-hud."

Nabi Sulaiman tidak marah ketika Hud-hud mwngabarkan sebuah informasi yang tidak diketahui oleh Nabi Sulaiman.
Kata Hud-hud dengan sangat yakin,
"Aku mendatangkan kepada engkau tentang suatu kabar tentang Ratu Saba, aku mendapatkan seorang wanita yang dia memiliki kerajaan dan diberikan kepadanya segala sesuatu yaitu dia punya istana yang sangat besar. Dan aku mendapatkan kaumnya itu sujud kepada Matahari, selain dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena setan menghias2i amalan mereka sehingga menghalangi mereka dari jalan dalam keadaan mereka tidak bisa mendapatkan petunjuk."
(Burung Hud-hud saja tahu masalah syirik dan tauhid.)

Sulaiman berkata,
"Kenapa mereka tidak sujud kepada Allah, yang mana Allah mengeluarkan sesuatu apa yang datang dari langit dan apa yang ada dibumi. Allah mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nampak. Tidak ada Ilah yang berhak disembah, inilah Rabb Arsyil'adzim."
Kemudian Nabi Sulaiman berkata lagi kepada Hud-hud,
"Saya akan melihat apakah kau jujur atau kau termasuk dari orang2 yang berdusta."

Demikianlah akhlak para Nabi dan para Rasul, mereka Tabayyun dan tidak terburu2 dalam memutuskan sebuah perkara.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Bagaimana cara adab, tatakrama untuk share materi kajian Islam ke grup yang umum yang ada orang kafirnya, misalnya grup sekolah atau grup rt.!
↪️  Jawab :
Sebuah kaidah penting disebutkan oleh Aisyah radhiallahu'anha, kata beliau;
"Kalau seandainya yang pertama di turunkan kepada kami akan kewajiban sholat, akan haramnya khamar dan sebagainya, mungkin tidak ada orang yang meninggalkan khamar dan tidak ada orang yang melakukan sholat. Tapi yang turun kepada diawal adalah tentang keagungan Allah, tentang kemuliaan Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, tentang keindahan Islam dan tentang penjagaan hati."
Itu yang ditempa oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya pada waktu itu.
Ketika hati mereka sudah kuat maka setelahnya baru datang syariat2 tentang wajibnya sholat, wajibnya puasa, wajibnya zakat, wajibnya haji, haramnya khamar dan yang semisalnya.
Dari hal ini menunjukkan kepada kita ada hal2 yang mungkin kita melihat kondisi dan keadaan manusia, itu penting dalam kita menyampaikan materi atau menshare sebuah vidio atau semisalnya. Rasulullah juga perhatian dalam hal ini.
◆ Dalam sebuah Hadits Rasulullah mengatakan;

إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ 

"Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani)."
(HR. Bukhori no.1401 dan Muslim no.27).
Rasulullah sebutkan ini kondisi manusia yang akan kalian datangi, kalian harus siap dengan persiapan ini dan itu. 
Maka carilah sesuatu yang sifatnya yang akan lebih mudah untuk mereka menerima tentang indahnya Islam. Tapi kalau kita langsung katakan hatam jalan2 kenegeri2 kafir, yang mana kebiasaan manusia pada saat ini, merupakan sesuatu perkara yang sangat mereka gandrungi, kemudian kita masuk di bab seperti ini dan hatinya belum siap maka itu akan mental.
Maka perlu taktik, tanamkan dulu kecintaan kepada Allah dan Rasul. Ingatkan akan kematian, ingatkan bagaimana ngerinya kubur, ingatkan bagaimana adzab kubur, dan yang semisalnya.
Mudah2an itu akan bisa memberikan sebab daripada sebab hidayah kepada orang2 awam dari kalangan muslimin.
Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Apa ciri2 berita yang menjadi fitnah dengan kondisi sekarang ini.?
↪️  Jawab :
Perlu kita perhatikan,
1. Secara dzat.
Secara dzat yang namanya fitnah itu sesuatu yang mana sifatnya itu adalah berita bohong, berita hoax, berita yang gaknada sandarannya, berita yang didalamnya menjatuhkan orang, menjatuhkan pemerintah, dan semisalnya. Yang tidak bisa dibuktikan secara ilmu, secara kenyataan dan lainnya. Maka ini jelas berita itu tidak boleh kita sebarkan.
2. Secara sebab.
Secara sebab berita itu benar dan kondisinya ada. Maka kalau seandainya berita itu ada dan kita sebarkan, akan menjadi mudhorot bagi manusia maka itu fitnah namanya. Meletakkan sesuatu yang bukan pada tempatnya.
Mu'adz bin Jabbal radhiallahu'anhu beliau sholat yang panjang, ini sunnah dan sunnah Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
"Karena Rasulullah mengatakan, sebaik2 sholat adalah yang paling panjang berdirinya."
Kemudian dia sholat di waktu yang sangat panjang, kemudian dilaporkan oleh sahabat yang melihat saat itu kepada Rasulullah.
"Rasulullah berkata, engkau telah membuat fitnah wahai Mu'adz."
Diamnya kita terkadang tidaklah memberikan mudhorot buat orang, justru dengan berbicaranya kita akan memberikan mudhorot.
Begitu juga berbicaranya kita belum tentu memberikan manfaat kepada orang, tetapi terkadang dengan berbicaranya kita akan memberikan mudhorot buat orang lain.
Maka orang yang cerdas adalah orang yang selalu bisa menempati sesuatu itu pada tempatnya. Kapan dia berbicara, kapan tidak berbicara, kapan dia share berita, kapan dia tidak share berita. Bukan hanya melihat dari sisi benar atau tidak. Tapi melihat dari sisi dampak yang akan terjadi dari berita yang akan dia sampaikan. Kalau memang itu mendatangkan mudhorot maka dia jauhi.
Wallahu'alam bishowab.

3️⃣ Terkait banyaknya info beredar pada suatu hal misalnya, namun setelah kita tabayun yang kebersangkutan, tetap masih banyak yang menganggap itu hanya ngeles saja, bagaimana kita menyingkapinya.?
↪️  Jawab :
Maksudnya dia sudah tabayun dan bukti2 sudah ada, tapi orangnya masih ngeles.
1. Kalau seandainya dia adalah orang yang jujur, kemudian dia bersumpah demi Allah saya tidak melakukan demikian.
Bukti itu harus didatangkan oleh orang yang menuduhnya, dan yang dituduh ketika dia mengingkarinya dengan bersumpah demi Allah tidak melakukan dan dia orang yang jujur, maka kita terima. Tidak boleh kita tolak. 
Tapi Kalau seandainya dia dikenal dengan seorang yang pembohong, bukan satu kali tapi sekian kasus dia banyak berbohong. Maka sumpahnya ini menunjuk dia semakin berani untuk menggunakan nama Allah, demi melegalkan perbuatannya.
2. Kalau seadainya dia tidak bersumpah tapi ada korina2 yang disebutkan tadi.
"Kisah Nabi Yusuf 'alaihisallam dengan imratul Azis, yang mana kalau seandainya bajunya koyak dibelakang, maka perempuan itu yang salah. Namun kalau seandainya bajunya koyak didepan, maka Nabi Yusuf yang salah."
Ini menunjukan bahwa hukum itu dengam korina2 yang bisa diambil. Kalau seandainya jelas dia mengucapkan demikian, jelas buktinya, jelas vidionya, maka kita hukumi sebagaimana Dzohirnya (yang nampak), itulah kita hukumi orang tersebut.
Maka seandainya tidak selesai dengan urusan kita pribadi, maka dia angkat kepada hakim, bagaimana hakim memutuskan sebuah keputusan yang kalau memang itu di butuhkan.
Misalnya dia ingin mengambil hak nya, maka tidak ada masalah kalau naik ke hakim kalau memang disitu ada maslahtnya.
Wallahu'alam bishowa.

4️⃣ Bagaimana cara menasehati orang yang lebih tua dari saya, yang sering orang tua tersebut menshare hadits palsu, tapi tidak ingin dinasehati, karena katanya itu hal yang baik. Dan adakah yang harus saya lakukan, selain berdoa dan mengingatkannya.?
↪️  Jawab.
1. Rasulullah mengatakan,

مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

"Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka."
(HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).
Ini merupakan dosa dari dosa besar yang mana seseorang berdusta ataa nama nama Nabi shalallahu'alaihi wasallam, mudhorotnya jauh lebih besar dari pada dia berdusta atas nama manusia. Karena ketika dia berdusta atas nama Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam yang kemudian akan memunculkan sebuah amalan, yang amalan tersebut tidak pernah dilakukan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam. Tetapi karena dinisbahkan kepada Nabi dalam keadaan dusta, sehingga orang mempercayainnya bahwa ini adalah bagian dari agama. Dan ini sangat berbahaya.
2. Didalam kita mencegah sebuah kemungkaran itu kembali kepada Al-istitoah, kembali kepada kemampuan, kembali kepada melihat sisi maslahat dan melihat sisi mafsadah. Kalau seandainya kita tidak mempunyai kemampuan maka;
★ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَاتَّقُوا اللَّـهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

“Bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”
[QS. At-Taghabun: 16]
Nah kalau seandainya dengan kita mampu untuk mengingkarinya, akan tetapi memunculkan kemudhorotan yang lebih besar dari apa yang telah kita ingkari tersebut, maka disini tidak ada maslahat untuk kita mencegah kemungkaran tersebut. Jangan sampai kemungkaran itu dicegah menimbulkan kemungkaran yang lebih besar.
Kalau seandainya kita sudah menghujahi dengan cara yang baik dan sopan, dan ternyata orang tua kita tetap dengan kondisi demikian, semaksimal telah kita lakukan dan juga kita telah berdoa, disitulah keterbatasannya manusia. Dan sehebat2nya kita, kita tidak lebih hebat dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam dalam menyampaikan ilmu dan nasihat. Beliaupun tidak bisa memberikan hidayah kepada pamannya Abu Thalib,
★ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

 إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ 

 “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
[Al Qashash : 56]
Begitu juga Nabi Nuh 'alaihisallam, 
★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلًا وَّنَهَارًاۙ
فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَاۤءِيْٓ اِلَّا فِرَارًا

"Nuh berkata, " Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)."
[QS. Surat Nuh: 5-6]
Sembilan ratus tahun lebih beliau berdakwah yang ikut beliau hanya 80 orang. Bahkan anaknya sendiri tidak mau naik kekapal pada waktu itu.
kita tidaklah sehebat Nabi Nuh dalam berdakwah. Tapi hidayah itu milik Allah.
◆ Abdullah ibnu Abbas mendakwahi seorang khawarij yang beliau datangi, ternyata tidak semua diantara mereka rujuk. Padahal beliau sudah menyampaikan hujjah yang sangat kuat dan sangat kokoh.
Ini menunjukan kepada kita, bahwa manusai itu punya keterbatasan. Swmaksimal mungkin kita berusaha menyampaikan dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kita serahkan sama Allah.
Yang penting jangan seseorang berputus asa dan tetap semangat untuk menyebarkan kebaikan ditengah2 keluarga dan masyarakatnya.
Wallahu'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~