Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
SELASA, 16 Maret 2021
                  2 Sya'ban 1442 H
Pukul, 19.45 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz DR. Firanda Andirja, LC., MA."


~ KISAH MULIA SAHABAT HASAN DAN HUSSEIN - Bagian 2 ~


Melanjutkan pembahasan kita tentang kisah dua cucu Nabi yang mulia yaitu Al Hasan dan Al Hussein radhiallahu'anhuma.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Al Hasan hidup di zaman kakeknya Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, kemudian di zaman Abu Bakar, Umar, Utsman kemudian sampai pada zaman Ali bin Abi Thalib.
Di mana banyak terjadi fitnah di zaman Ali bin Abi Thalib sebagaimana sudah sering disampaikan, ketika Utsman radhiallahu'anhu terbunuh dgn kedzaliman maka terjadilah perpecahan diantara kaum muslimin.

Dimana Muawiyah yang berada di negeri Syam dan merupakan gubernur negeri Syam belum membaiat Ali bin Abi Thalib, ketika Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah yang ke empat.
Alasan Muawiyyah karena dia menuntut darah Utsman bin Affan agar para pembunuh Utsman ditangkap.
Namun Ali bin Abi Thalib punya pandangan lain bahwasanya kondisi sulit, keamanan belum stabil.
Seandainya Ali mulai menangkapi para pembunuh Utsman, sementara yang membunuh ribuan maka ini pekerjaan yang berat yang akan menimbulkan kemudhorotan yang besar.
Maka Ali menginginkan bahwasanya kaum muslimin bersatu terlebih dahulu sampai keamanan stabil, baru kemudian diambil satu demi satu.

Intinya terjadilah dua perang yang merupakan perang fitnah,
1. Perang Jamal, yang melibatkan Aisyah radhiallahu'anhu.
2. Perang Siffin, disebutkan dalam perang ini Ali bin Abi Thalib menyesal karena peperangan terjadi.
Disebagian riwayat Ali berkata,
"Aku tidak menyangka kalau sampai akan terjadi demikian."
Ketika Ali bin Abi Thalib melihat mayat-mayat yang bergelimpangan dari kaum muslimin, dalam riwayat Ali berkata,
"Semuanya di Surga, nanti diakhirat urusanku dengan Muawiyyah."

Al Hasan dan Al Hussein mengikuti peristiwa-peristiwa yang dialami oleh ayahnya Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.
Kemudian damailah kedua kubu tersebut setelah perostiwa tahkim.
Tapi ternyata hal ini tidak disetujui oleh Khawarij, maka keluarlah mereka di Harura kemudian terjadilah perang Nahrawan. 
Akhirnya Ali mengalahkan mereka dan Ali ketika memerangi khawarij tidak menyesal, karena dia tahu orang-orang khawarij adalah orang-orang yang diperintahkan oleh Nabi untuk memeranginya.

◆ Bahkan Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengatakan;
"Kalau aku (Muhammad shalallahu'alaihi wasallam) bertemu dengan mereka, aku akan perangi mereka dengan sungguh-sungguh."

◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam juga mengatakan;
"Yang terbaik adalah yang memerangi mereka, sungguh beruntung orang yang membunuh mereka atau dibunuh oleh mereka."

◆ Nabi shalallahu'alahi wasallam juga mengatakan;
"Bahwasanya yang memerangi khawarij dapat pahala yang besar disisi Allah, mereka adalah makhluk terburuk di atas muka bumi ini, lebih buruk dari pada hewan."

◇ Sebagian Ulama menafsirkan;
"Maksudnya lebih buruk daripada manusia dan hewan, karena kebengisan mereka dan mengkafirkan kaum muslimin."

Sehingga Ali bin Abi Thalib tidak pernah menyesal membunuh mereka kaum Khawarij.
Berbeda dengan Perang Jamal dan Perang Siffin dimana Ali ada penyesalan, karena banyak kaum muslimin yang meninggal dunia.

Setelah Khawarij dikalahkan, dua tahun berikutnya ada yang balas dendam.
Bagaimana tentang wafatnya Ali, ada seorang yang bernama Abdurrahman bin Muljam yang dia berjanji untuk membunuh Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.
Ketika Ali sedang keluar untuk sholat subuh, maka Abdurrahman bin Muljam mengangkat senjata dan mengatakan dengan suara yang keras hingga didengar oleh orang-orang di Masjid.
Dia berkata;
"Ya Ali, hukum adalah milik Allah bukan milik engkau wahai Ali dan juga milik teman-temanmu, bukan milik Amr bin Ash, bukan milik Abu Musa Al Asy'ari dan bukan milik Muawiyyah."

Kemudian Ali di tikam di kepalanya dengan pisau yang beracun yang telah disiapkan oleh Abdurrahman bin Muljam. 
Kemudian Ali menyuruh menangkap dan tertangkaplah Abdurrahman bin Muljam tersebut.

Ketika Ummu Kultsum binti Ali melihat Ali bin Abi Thalib menangis dan kemudian dilewati oleh Abdurrahman bin Muljam dia berkata;
"Buat apa kau menangis, aku telah membeli pisau tersebut dengan 1000 dirham dan aku telah meracuninya dengan racun seharga 1000 dirham. Ayahmu tidak akan selamat, seandainya pisau ini saya bagi untuk menikam seluruh penduduk Mesir semuanya akan mati, apalagi cuma untuk satu orang Ali bin Abi Thalib."

Demikianlah Allah menghendaki beliau mati syahid, sebagaimana Allah menghendaki Umar bin Khattab dan juga Utsman bin Affan meninggal dengan terbunuh. Demikian juga Hasan teracuni dan Hussein terbunuh.
Allah ingin memberikan pahala yang besar bagi mereka sehingga menyempurnakan derajat mereka diakhirat kelak.

◆ Sebagaimana perkataan Nabi shalallahu'alaihi wasallam;

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” 
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ 

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.”
(HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185))


? Sebelum Ali bin Abi Thalib meninggal, maka beliau memberi wasiat kepada putra-putra beliau.

Ketika Ali bin Abi Thalib tahu dia akan meninggal dunia, Tabib mengatakan tidak mungkin dia bisa sembuh, maka Ali memanggil Hasan dan Hussein.

▶️ Wasiat Ali kepada kedua putranya. Ali berkata;
- Aku wasiatkan kalian berdua wahai putra-putraku untuk bertaqwa krpada Allah.
- Dan janganlah kalian mencari dunia meskipun dunia mencari kalian berdua.
- Janganlah kalian menangis atas perkara dunia yang diambil dari kalian berdua.
- Dan ucapkanlah kalian berdua perkataan yang benar.
- Rahmatilah anak yatim.
- Dan tolonglah orang-orang yang kesulitan.
- Berbuatlah untuk akhirat, kalian berdua melakukan apa saja niatkan untuk akhirat.
- Jadilah kau musuh bagi orang yang zalim.
- Jadilah kau penolong bagi orang terzalimi.
- Beramalah dengan apa yang ada di dalam Alquran.
- Dan janganlah kalian dalam membela agama Allah, jangan takut dengan cercaan siapapun.

Setelah itu Ali bin Abi Thalib memangdang kepada Muhammad bin Al Hanafiyah, anaknya Ali dari istri yang lain.
▶️ Kemudian Ali berkata;
"Wahai putraku Muhammad ibnu Hanafiyah, kau sudah hafal tadi wasiat yang aku sampaikan kepada saudara kedua kakak mu.? "Iya." 
Maka aku wasiatkan engkau seperti apa yang aku wasiatkan kepada kedua kakak mu. Dan aku wasiatkan engkau untuk menghormati kedua kakak mu, karena mereka berdua punya hak yang besar kepada engkau. Ikutilah perkara mereka berdua, dan jangalah engkau memutuskan suatu perkara tanpa persetujuan mereka berdua."

▶️ Kemudian Ali berkata lagi kepada kedua putranya;
"Wahai Hasan dan Hussein, aku wasiatkan engkau perhatian kepada adik mu ini Muhammad ibnu Hanafiyah, dia adalah putra bapak kalian berdua meskipun ibu kalian berbeda. Kalian berdua tahu wahai Hasan dan Hussein, aku juga mencintai Muhammad ibnu Hanafiyah."

▶️ Kemudian Ali berkata kepada Al Hasan;
- Wahai putraku, bertaqwalah kepada Allah, dan dirikan sholat pada waktunya, keluarkanlah zakat pada tempatnya, berwudhulah dengan baik, tidak ada sholat kecuali dengan bersuci, dan orang yang tidak bayar zakat tidak diterima sholatnya. 
- Aku wasiatkan kepada engkau wahai Hasan hendaknya engkau memaafkan kesalahan orang, hendaknya engkau meredam kemarahan, hendaknya engkau menyambung silahturahmi, dan hendaklah engkau bersikap santun kepada orang yang jahil kepadamu.
- Aku wasiatkan kepada engkau untuk tafaqquh fiddin (mempelajari ilmu agama), cek-kroscek dalam segala urusan.
- Aku wasiatkan engkau untuk perhatian kepada Alquran, bertetangga yang baik, beramar ma'ruf nahi munkar dan menjauhi perkara-perkara yang buruk.

Itulah wasiat-wasiat Ali yang diberikan kepada anak-anaknya.

Kemudian orang-orang disekitar Ali bin Abi Thalib meminta agar Ali bin Abi Thalib berwasiat siapa yang menjadi khalifah setelah Ali bin Abi Thalib.
Tapi Ali bin Abi Thalib tidak mau berwasiat, dia serahkan urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam menyerahkan urusan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemudian wafatlah Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu, mati syahid dengan pembunuhan yang dilakukan oleh Abdurrahman bin Muljam salah seorang dari khawarij.

Tatkala khabar tentang Ali bin Abi Thalib sampai kepada Muawiyyah bahwasanya Ali bin Abi Thalib meninggal dunia, maka Muawiyyahpun menangis.
Istrinya berkata;
"Apakah kau menangis atas wafatnya Ali bin Abi Thalib wahai Muawiyyah, sementara engkau telah memeranginya."
Muawiyyah berkata;
"Celaka engkau wahai istriku, engkau tidak tahu, dengan wafatnya Ali maka orang-orang kehilangan kemuliaan, kehilangan fiqih dan kehilangan ilmu."
Muawiyyah mengakui Ali lebih mulia daripada dirinya.

◆ Dalam riwayat lain, Muawiyyah mengatakan;
"Telah pergi Fiqih dan ilmu dengan wafatnya Ali bim Abi Thalib."

Saudaranya Utbah berkata;
"Jangan sampai penduduk negeri Syam mendengar engkau bilang seperti itu tentang Ali bin Abi Thalib, engkau memujinya."

Muawiyyah berkata;
"Apa urusanmu, tinggalkan aku, biarkan aku memuji Ali bin Abi Thalib."


? Kedudukan Ali bin Abi Thalib di sisi Muawiyyah.

Tatkala Muawiyyah bertanya tentang Ali bin Abi Thalib;
"Ceritakan kepadaku tentang Ali."

Maka orang yang ditanya berkata;
- Ali bin Abi Thalib kalau berkata kokoh dengan keputusan.
- Adil dan ilmu keluar dari sisi-sisinya.
- Yang dia ucapkan adalah hikmah.
- Dan Ali bin Abi Thalib menjauh dari dunia dan keindahannya.

- Dia menjadikan kegelapan malam sebagai teman (sholat malam).
Dan orang tersebut mengatakan;
"Kami hampir tidak berani bicara dengan Ali karena kharismatiknya."

- Ali bin Abi Thalib mengagungkan dan menghormati orang-orang yang beragama.
- Dan dia mendekatkan orang-orang miskin kepadanya.

- Pernah aku melihat dia suatu malam, ketika itu malam sudah sangat gelap, kemudian bintang-bintang juga sudah mulai meredup, dia memegang jenggotnya.
Dan Ali bin Abi Thalib ditengah malam tersebut menangis seakan-akan sangat bersedih.
Dan Ali berkata;
"Wahai dunia tipulah selainku, jangan engkau tipu diriku."

Intinya dia memuji Ali bin Abi Thalib dengan banyak pujian, dan Muawiyyahpun menangis ketika mendengar sifat Ali bin Abi Thalib.
Kemudian Muawiyyah berkata,
"Semoga Allah merahmati Ali bin Abi Thalib abu Hasan, memang demikianlah Ali."

Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal dunia maka Hasan akhirnya membunuh Abdurrahman bin Muljam.

Ketika itu sebelum membunuh, Hasan berkata;
"Apa permintaanmu.?" 
Kata Adurrahman bin Muljam;
"Demi Allah, aku kalau sudah bikin janji sama Allah aku pasti akan penuhi, aku telah berjanji kepada Allah bahwasanya aku akan membunuh Alin dan Muawiyyah, atau aku akan meninggal kalau tidak bisa bunuh mereka. Kalau kau mau biarkan aku bunuh Muawiyyah, dan aku kalau sudah bunuh Miawiyyah, berhasil atau tidak berhasil aku akan datang kepadamu dan aku akan meletakkan tanganku ditanganmu, silahkan kalau lakukan apa padaku, yang penting aku sudah bunuh Muawiyyah."

Hasan berkata;
"Tidak wahai Abdurrahman bin Muljam, sampai kua lihat neraka tidak ada izin bagimu."

Kemudian dibunuhlah Abudurrahman bin Muljam.
Disebutkan ketika Abdurrahman bin Muljam dipotong tangannya dan kakinya dia berdzikir kepada Allah, sampai ketika dia akan di potong lidahnya dia menangis, dia mengatakan;
"Saya tidak inhin meninggal dalam kondisi tidak berdzikir kepada Allah."
Itulah Khawarij bagaimana ibadah mereka yang kuat tapi mereka anjing-anjing neraka Jahannam.


? Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal, Hasan radhiallahu'anhu berkhutbah dihadapan masyarakat.

◆ Sebagaimana diriwayatkan Umar bin Hubasyi, dia berkata;
"Hasan bin Ali berkhutbah kepada kami setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib."

▪️Dan Hasan berkata;
- Sungguh kemarin ada seorang telah meninggalkan kalian (yaitu bapaknya Ali bin Abi Thalib), tidak ada orang yang memiliki ilmu seperti dia dan orang-orang setelahnya tidak memiliki ilmu sepertinya. 
- Sungguh Rasulullah sahalallahu'alaihi wasallam mengutusnya, dan Rasulullah memberikan dia bendera peperangan, dia tidak kembali kecuali menang (dalam Perang Khaibar).
- Dia tidak meninggalkan harta emas maupun perak kecuali cuma 700 Dirham yang dia siapkan untuk keluarganya.

Kemudian setelah itu orang-orang mengangkat Al Hasan sebagai Khalifah. 
Karena Ali bin Abi Thalib tidak mengangkat Khalifah, dia berkata;
"Ya Allah pilihlah orang setelahku yang engkau kehendaki, dan Engkau mencabut nyawaku dan aku tinggal Engkau bersama mereka."
Artinya Ali menyerahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Akhirnya orang-orang datang membaiat Hasan.
▪️Diantara orang-orang yang membaiat Hasan adalah Qais bin Saad bin Ubadah al Anshori radhiallahu'anhu, dia berkata;
"Wahai Al Hasan, bentangkan tanganmu, aku baiat engkau diatas Kitabullah dan di atas Sunnah Nabimu."

Dan Hasan terima, dia berkata;
"Iya baiat kepadaku diatas Alquran dan Sunnah, kemudian di belakang itu ada semua syarat yang aku persyaratkan."

Akhirnya membaiat membaiat dan orang-orangpun membaiat Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.

▪️Apa Syarat Hasan;
Aku tidak akan membaiat kalian kecuali apa yang aku ucapkan kepada kalian.
- Berdamailah dengan orang yang aku berdamai dengannya.
- Dan perangilah orang yang aku peranginya.

Ini muqoddimah Al Hasan, seakan-akan sudah berfikir untuk berdamai dengan Muawiyyah.
Maka sejak awal dia ingatkan dengan syarat sebelum dibaiat.


? Al Hasan sepeninggalan Ayahnya.

Ali bin Abi Thalib meninggal di Kuffah Iraq dan di kubur di sana.
Kemudian Hasan memimpin dengan kondisi Kuffah di Iraq yang begitu mengerikan, orang-orangnya keras, kebenciannya mereka kepada penduduk Syam yang begitu luar biasa.
Dan mereka setiap saat siap untuk bertempur melawan pasukan Muawiyyah radhiallahu'anhu.
Kondisi yang kurang stabil, ini menuntut Hasan untuk bisa mengatur segalanya. Dan dia memimpin sampai sekitar 6 bulan.

Dan kepemimpinan Hasan adalah penutup dari Khilafatun Nubuwah yang dipuji oleh Allah.

◆ Berkata Nabi shalallahu'alaihi wasallam;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خِلَافَةُ النُّبُوَّةِ ثَلَاثُونَ سَنَةً ثُمَّ يُؤْتِي اللَّهُ الْمُلْكَ مَنْ يَشَاءُ أَوْ مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ

“Khilafah kenabian itu bertahan selama 30 tahun kemudian Allah mendatangkan raja-raja kepada yang Allah kehendaki.
(HR. Ahmad)

◆ Khilafah kenabian selama 30 tahun kalau dihitung dari sisi kepemimpinan adalah;
- Kekhalifahan Abu Bakar berlangsung selama 2 tahun 3 bulan.
- kekhalifahan Umar berlangsung selama 10 tahun 6 bulan.
- Kekhalifahan Utsman berlangsung selama 12 tahun.
- Kekhalifahan Ali berlangsung selama 4 tahun 9 bulan.
- Dan kekhalifahan al-Hasan berlangsung selama 6 bulan.
Dan beliau meninggal di bulan Rabiul Awal di tahun 41 Hijriah.
(Al Bidayah wan Nihayah).

Setelah wafatnya Al Hasan baru selesailah Khilafatun Nubuwah dan itu selama 30 tahun, itulah yang di puji oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Al Hasan dalam kondisi kuat dan dia punya pasukan yang kuat yang siap berperang untuk membelanya.
Namun dia punya fikiran lain, dia ingin mendamaikan kaum muslimin.

Maka Hasan jejak pendapat dengan sepupunya, diantaranya Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib.

Hasan berkata kepada Abdullah bin Ja'far;
"Aku punya pendapat dan aku harap kau ikuti aku. Aku ingin pergi dan tinggal di kota Madinnah dan aku biarkan Khilafah di pegang oleh Muawiyyah. Terlalu panjang fitnah dan begitu banyak darah berguguran, tali silahturahmi terputuskan karena masalah ini. Banyak ketidak stabilan, ekonomi misalnya. Kemudian banyak tempat-tempat daerah perbatasan yang tidak bisa dijaga."
(Hasan sebutkan mudhorot-mudhorot karena pertikaian diantara dua kubu ini yang tidak berhenti-berhenti)

Maka Abdullah bin Ja'far berkata;
"Semoga Allah memberi balasan kebaikan kepada engkau karena demi umat Muhammad, saya setuju dengan engkau wahai Hasan."

Lalu mereka memanggil Hussein dan Hussein datang.
Lalu Hasan berkata;
"Wahai saudaraku, aku punya pendapat, aku harap engkau mengikutiku."
Lalu Hasan menyampaikan apa yang dia sampaikan kepada Abdullah bin Ja'far.

Hussein berkata;
"Aku berlindung kepada Allah jangan sampai engkau mendustakan Ali dan engkau membenarkan Muawiyyah."
(Artinya seakan-akan Hasan membela Muawiyyah dan tidak membela bapaknya)

Hasan berkata;
"Demi Allah wahai saudaraku Hussein, aku tidak punya ide apapun kecuali engkau menyelisihiku."

Ketika Hussein melihat Hasan marah, Hussein berkata;
"Engkau yang paling tua diantara anak-anak Ali bin Abi Thalib, dan engkau adalah Khalifah pengganti Ali bin Abi Thalib. Aku hanya mengikuti perkaramu, lakukanlah apa yang menurutmu baik."

Akhirnya Hussein setuju dengan ide Hasan. Maka setelah enam bulan mengatur kondisi Kuffah dengan berbagai macam problematikanya. Menenangkan masyarakat, dia melawan hawa nafsunya.

Hasan kalau mau perang bisa saja, dalam perang Siffin pasukan Muawiyyah hampir kalah (dalam sebagian riwayat).
Artinya pasukan Iraq banyak dan mereka marah kepada pasukan negeri Syam.
Hasan bukan dalam kondisi lemah yang orang-orang sangat benci kepada pembunuh Ali bin Abi Thalib. Dan mereka kait-kaitkan dengan penduduk Syam, padahal pembunuhnya orang Khawarij.
Intinya kalau Hasan mau membawa pasukan maka pasukan siap untuk memeranhi Muawiyyah.

Tetapi Hasan tinggalkan semua kemewahan dan jabatan itu, dia lawan hawa nafsunya.

Maka itulah Hasan telah meraih kepemimpinan yang hebat.
◆ Nabi pernah berkata;
"Sesungguhnya cucuku ini adalah pemimpin, dan semoga Allah mendamaikan diantara dua kelompok besar dari kaum muslimin dengan sebab dia."

Nabi mengatakan Al Hasan pemimpin, diantaranya karena dia bisa mendamaikan dua kubu yang sangat besar, yang jika tidak damai akan terjadi pertumpahan darah yang luar biasa.

Maka setelah mereka setuju, Hasan dan Hussein dan Qais bin Saad bin Ubadah (perwakilan dari kaum Anshor) berjalan menuju ke Muawiyyah ke negeri Syam untuk membaiat Muawaiyyah.

Sampai di Syam kemudian Muawiyyah berkata;
"Ya Hasan, bangunlah dan baiatlah."
Maka Hasan berdiri dan membaiat Muawiyyah.

Kemudian dia berkata ke Hussein;
"Bangunlah dan baiatlah."
Kemudian Husseinpun membaiat.

Kemudian dia berkata kepada Qais bin Saad bin Ubadah;
"Wahai Qais bin Saad bin Ubadah bangunlah dan baiatlah."
Maka Qais melihat kepada Hussein gimana.?

Kata Hussein;
"Ya Qais, imamku adalah Hasan maka jangan lihat kepadaku tapi lihat kepada Hasan."

Maka Hasanpun datang kepada Qais, dan Hasan berkata;
"Wahai Qais baiatlah Muawiyyah."
Maka Qaispun membaiat Muawiyyah.

Dan inilah pemimpin yang sesungguhnya Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, bukan pemimpin yang rela mempertahankan jabatannya meskipun banyak yang meninggal dia tidak perduli.
Dia tinggalkan dunia bahkan dia tinggalkan kepemimpinannya demi untuk mendamaikan kaum muslimin.
Dia tidak ingin ada darah yang tertumpah, meskipun orang-orang akan menghinakannya dan merendahkannya. 
Dia berpegang teguh dengan Sunnah Nabi shalallahu'alaihi wasallam.


? Setelah Tampuk Kepemimpinan diserahkan kepada Muawiyyah.

Apa yang terjadi setelah orang-orang tahu Al Hasan menanggalkan Tampuk kepemimpinan untuk diberikan krpada Muawiyyah.

Mereka mencela dan mereka hendak membunuh Al Hasan.
Setelah membaiat Muawaiyyah, Hasan berkata kepada rakyatnya;
"Aku berharap aku menjadi orang yang paling ingin nasihat yang terbaik bagi hamba-hamba Allah, dan sungguh tidak ada dalam hatiku kepada seorangpun, tidak ada kebencian, tidak ada dendam, tidak ada hasad, tidak ada itu semua. Aku lakukan ini bukan karena apa-apa, kalian tidak suka kita berdamai, tapi ketahuilah perdamaian itu lebih baik daripada yang kalian sukai yaitu perang.
Sesungguhnya aku menjadi wakil kalian aku memandang kalian lebih baik daripada pandangan kalian terhadap diri kalian sendiri. Janganlah kalain selisihi perkara dan keputusanku. Dan jangan kalian bantah aku, semoga Allah mengampuniku dan mengampuni kalian."

Maka mereka saling melihat dan komentar dan mencela;
"Dia ingin berdamai dengan Muawiyyah, dia lemah."

Sampai ada dari orang-orang Kuffah kemudian segera datang ingin menikam Hasan.
Kemudian Hasanpun menghindar.
Ada seorang yang bernama Al Jarrah bin Sinan membawa semacam palu atau kapak dan menuju Hasan, dia berkata;
"Engkau telah berbuat syirik wahai Hasan, sebagaimana bapakmu telah syirik juga."
Kemudian diapun memukul Hasan dan kena pahanya Hasan dan robek dan hampir sampai ke tulangnya.
Kemudian Hasan memukul wajahnya, Hasanpun memeluknya kemudian mereka berdua jatuh ketanah, dan ada orang yang mengambil palunya dan memukulnya. Lalu orang tersebut meninggal dunia.

Orang-orang banyak mencela Hasan, mereka tidak setuju dengan keputusan Hasan. Mereka maunya perang, mereka benci kepada Muawiyyah dan Ahlul Syam.
Sampai Hasan menasehati mereka Ahlul Iraq, 
"Wahai penduduk Iraq, bertaqwalah kepada Allah tentang haq kami, kami ini adalah pemimpin-pemimpin kalian dan kami juga tamu-tamu kalian datang dari Madinnah untuk mengurusi kalian. Kami adalah Ahlul Bait yang Allah berfirman tentang kami.
★ Allah Ta'ala berfirman;

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya."
[QS. Al-Ahzab : 33]

Dan Hasan mengulangi-mangulangi sampai orangpun menangis mendengar perkataan Hasan.

Demikianlah Al Hasan ketika dia berniat menyelamatkan darah kaum muslimin, dia melepaskan haq dan jabatannya demi untuk mempersatukan umat. Maka yang dia dapatkan hinaan dan cercaan dari orang-orang Iraq yang hasad dan benci kepada dia.

Sampai diantara mereka ada yang berkata;
"Assalamualaika wahai orang yang telah menghitamkan wajah kaum mukminin." (mempermalukan kaum mukminin)
Padahal Nabi memuji Hasan karena sebab ini.

Hasan berkata;
"Jangan kau bilang begitu kepadaku, aku tidak ingin kalau tidak terjadi perdamaian, aku khawatir kalian perang sampai kalian meninggal dunia."

Orang tersebut berkata;
"Demikianlah memang kalian keturunan yang buruk, bapak dan anak."
(Mereka tahu bapaknya Ali dan kakeknya Nabi shalallahu'alaihi wasallam)

◆ Dalam riwayat lain.
Ketika Hasan datang ke kota Kuffah, maka Abu Amir Sofyan bin Laila berkata;
"Assalamualaika wahai yang menghinakan kaum mukminin."

Hasan berkata;
"Jangan kau berkata demikian wahai Abu Amir, aku bukanlah orang yang menghinakan kaum mukminin, aku tidak ingin membunuh kalian karena kekuasaan."
(Artinya kalau Hasan mau memperjuangkan kekuasaan bisa, tapi Hasan tidak mau mereka menjadi korban)

Bahkan diantara mereka ada yang berkata;
"Wahai kau kehinaan bagi kaum mukminin."

Hasan berkata;
"Kalau kau bilang itu terhina, lebih baik keneraka Jahannam."


? Kenapa Hasan mengalah kepada Muawiyyah.

★ Allah Ta'ala berfirman;

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”
[Al-Hujurat: 10]

◆ Nabi juga menjelaskan,

إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Sejatinya cucuku ini adalah seorang pemimpin besar. Dan bila ia berumur panjang, niscaya dia akan mempersatukan / mendamaikan antara dua kelompok besar ummat Islam yang sedang bertikai”
(HR Ahmad dan lainnya).

◆ Hasan juga tidak ingin ada orang mati karena sebab dia dan karena kekuasaan.
Hasan berkata;
"Aku tidak ingin nanti dihari kiamat 70.000 orang - 80.000 orang datang dan mereka bertanya kenapa darahnya harus ditumpahkan."
(Hasan sudah perkirakan, karena kalau sudah perang akan habis-habisan)

Jadi Hasan berdamai dengan Muawiyyah tentunya dengan persyaratan,
- Muawiyyah harus berpegang dengan Kitabullah dan sunnah Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
- Dan menyatukan umat diatas satu kepemimpinan.

Ada manfaat yang didapat,
Ketika umat sudah bersatu maka bisa fokus untuk memperluas daerah kaum muslimin. Bisa berdakwah sana sini mengajak orang untuk bisa masuk Islam.
Kalau ada permasalahan dalam negeri susah untuk dijalankan, mereka akan diserang oleh orang-orang kafir ketika itu.

Kemudian Hasan dan Hussein setelah itu pergi ke Madinnah dan menetap di kota Madinnah.
Berdakwah dan mengajarkan Hadits-hadits Nabi shalallahu'alaihi wasallam, meninggalkan segala kekuasaaan dan kepemimpinan.
Dan itulah pemimpin yang sejati yang rela meninggalkan kepemimpinannya demi kemaslahatan besar bukan mengikuti hawa nafsu sehingga tumpah darah kaum mukminin.

Ketika Muawiyyah kemudian menjadi Khalifah dan tahun tersebut dengan tahun Amul Jamaah (Tahun Persatuan).
Ini sesuatu yang sangat indah bagi kaum mukminin, tidak ada lagi peperangan dan pertumpahan darah.
Muawiyyah bisa fokus untuk mengurus kaum muslimin.

Muawiyyah memuliakan Hasan dan Hussein.
Muawiyyah mengirim pemberian kepada Hasan dan Haussein setiap tahun. Sebagai bentuk penghormatan dia kepada Ahlul Bait Hasan dan Hussein.
Bahkan satu hari Hasan tidak bisa datang mengambil pemerian, maka Muawiyyah yang kirim langsung kepada Al Hasan tanpa Al Hasan harus meminta.
Ini sebagai bentuk penghormatan Muawiyyah kepada Hasan dan Hussein.


? Bagiamana Wafatnya Al Hasan radhiallahu'anhu.

Setelah beliau menetap di Kota Madinnah dan di hormati oleh Muawiyyah.
Hasan meninggal karena sebab racun.

◆ Sebagian Ulama mengatakan.
"Hasan wajahnya sangat mirip dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam, maka wafatnya juga mirip dengan Nabi yaitu di racun."

Nabi meninggal karena di racun oleh wanita Yahudi pada Perang Khaibar diberikan racun, dilerakkan dikambing, kemudian kambingnya dimakan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
Racun tersebut sempat masuk ke dalam tubuh Nabi shalallahu'alaihi wasallam kemudian 4 tahun berikutnya Nabi meninggal karena sebab racun tersebut.

Maka Hasanpun demikian. Ketika wajahnya, perilakunya dan akhlaknya mirip dengan Nabi, dan wafatnyapun Allah bikin mirip dengan wafatnya Mabi shalallahu'alaihi wasallam yaitu di racun.

◇ Ada riwayat yang mengatakan bahwasanya yang meracuni Hasan adalah istrinya yang bernama Ja'dah binti Asy'ats.
◇ Ada yang mengatakan bahwasanya Yazid bin Muawiyyah itulah yang telah memerintahkan Ja'dah binti Asy'ats untuk meracuni Hasan.

Tapi ini semua tidak ada riwayatnya yang shahih, semua riwayatnya lemah.

Entah siapa yang meracuni Hasan, bisa jadi orang-otang Iraq yang jengkel atas perbuatan Hasan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Muawiyyah.

Disebutkan Hasan beberapa kali diracuni dan dia sabar.
Tapi kali ini racunnya sangat luar biasa.

◆ Suatu hari Umair bin Ishaq berkata;
Aku dan seorang dari Quraisy menemui Al Hasan. Saat itu Hasan dalam kondisi sakit, Hasan berkata;
"Aku telah muntahkan, racun itu luar biasa, sampai mengeluarkan sebagian hatiku yang terpotong, dan aku pegang potongan hati tersebut dan aku lihat bolak-balikan di atas kain."
(Hasan lihat bagaimana hatinya sendiri lepas dari tubuhnya sampai dia meninggal dunia)

Hasan berkata;
"Aku telah diberi racun berulang-ulang dan aku bersabar, namun selama ini aku tidak pernah diberi racun sekeras ini."

Kemudian Al Hussein datang menemui Hasan, melihat Hasan dalam kondisi sakit tergeletak diatas tempat tidurnya.
Kemudian Hussein berkata;
"Abu Muhammad sauadaru Hasan (kunyahnya Abu Muhammad), sampaikanlah kepadaku siapa yang telah meracunimu."

Hasan berkata;
"Kenapa aku harus kabarkan kepada engkau siapa yang meracuniku."

Hussein berkata;
"Demi Allah aku akan bunuh dia sebelum aku kuburkan engkau, kalau ternyata dia tidak disini dan ditempat lain, aku kana kirim orang untuk bunuh dia."

Bagi Hasan dunia tidak ada nilainya dan dia tidak ingin melihat pertumpahan darah.
Hasan berkata;
"Wahai saudaraku Hussein, dunia ini hanya hari-hari yang akan sirna, jangan kau bunuh dia, biarkan aku bertemu dengan dia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Hasan tidak menyebut siapa pemberi racun tersebut, rahasia tidak ada yang tahu, dia tidak inhin ada fitnah dan orang terbunuh karena sebab dirinya.

Suatu hari ketika Hasan sudah parah, sempat dia mengeluarkan rasa sakit.
Karena kita tahu orang yang sudah mau meninggal ada rasa sakit.
Tapi dia sempat mengeluarkan rasa sakit yang dikeluarkan dari perkataannya.

Maka Hussein menegur;
"Wahai Abu Muhammad (Hasan), apa ini rasa sakit yang kau ungkapkan, kenapa kau harus mengucapkan rasa sakit, cuma perkara ruhmu keluar dari jasadmu wahai Hasan. Tidak usah kau ungkapkan rasa sakit.
Tinggal ruhmu keluar dari jasadmu kemudian kau bertemu dengan bapakmu Ali dan ibumu Fatimah, dan engkau bertemu dengan kakek dan nenekmu Nabi Muhammad dan Khadijah. Dan kau akan bertemu dengan paman-pamanmu Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ja'far dan juga bertemu dengan Al Qasim, dan kau bertemu dengan bibi-bibimu Ruqoyyah, Ummu Kultsum dan Zainab."

Setelah Hussein menyampaikan hal tersebut maka Hasanpun tenang, maka nampaklah wajahnya bercahaya.

Kemudian dia berkata kepada saudaranya Hussein;
"Wahai saudaraku Hussein, aku telah masuk pada suatu perkara yang aku tidak pernah masuk dalam perkara ini sebelumnya. Aku melihat makhluk-makhluk Allah yang sebelumnya aku tidak pernah melihatnya (mungkin melihat malaikat dan semisal)."

Maka Husseinpun menangis melihat kakaknya akan meninggal dunia.
Kemudian Hassan berkata kepada orang disekitarnya;
"Kuburkanlah aku disisi kakekku Nabi Muhammad shalallahu'alahi wasallam, kecuali kalau kalian khawatir akan terjadi pertumpahan darah karena aku dikuburkan di samping kakekku maka jangan. Jangan kalian tumpah darah karena sebab aku. Tapi kuburkan aku di Baqi pekuburan kaim muslim."

Kemudian Hasan mengirim utusan kepada Ummul Mukminin Aisyah minta izin untuk dikubur di sisi Mabi shalallahu'alaihi wasallam.
Maka Aisyah setuju dan mengatakan;
"Silahkan tidak masalah."

Kemudian Hasan berkata kepada Hussein,
"Aku minta izin kepada Aisyah kalau aku meninggal maka aku dikuburkan dirumahnya bersama Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Saya khawatir dia setuju karena gara-gara malu. Kalau aku meninggal tanya lagi untuk kedua kali. Kalau dia kelihatan senang dan setuju maka kuburkanlah aku. Tapi kalau terlihat terpaksa mungkin rasa malu maka kuburkan aku dipekuburan kaum muslimin."

Kemudian Al Hasan merasakan rasa sakit dan racun semakin mengganas, dan usus-ususnya terputus-putus sampai dia muntahkan hatinya.
Ketika dia tahu dia bakalan meninggal dunia, kondisi yang sangat sakit tidak membuat dia untuk mengingat Allah.

Kemudian Hasan berkata orang disekitarnya;
"Keluarkan tempat tidurku dipelataran rumah, aku ingin melihat bagaimana kerajaan langit."

Maka merekapun keluarkan tempat tidur Hasan.
Kemudian Hasan memandang kearah langit, kemudian Hasan berkata;
"Ya Allah aku berharap dapat pahala dengan mengorbankan jiwaku, sesungguhnya ini adalah jiwa yang paling berharga bagiku."

Artinya;
Hasan rela meninggal diracuni, dia berharap pahala dari hal tersebut, dia tidak ingin tertumpahkan darah kaum muslimin, dia ingin mengabarkan siapa yang membunuhnya.
Dan dia tau kalau dia sudah di racun berulang-ulang, tapi racun kali ini dia tidak selamat.

Kemudian Hasanpun menutupkan kedua matanya untuk berpisah dengan dunia tanpa dia terfitnah, tanpa dia tenggelam dengan dunia maka wafatlah Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu.

Tatkala Hasan meninggal dunia, Husseinpun datang ke Aisyah minta izin untuk menguburkan Hasan di rumahnya Aisyah.
Maka Aisyah berkata;
"Kemuliaan, silahkan kuburkan dirumahku. Tetapi ada seorang yang bernama Marwan bin Hakam bersama sebagian orang tidak setuju."

Mereka mengatakan;
"Bagaimana Utsman tidak dikuburkan disamping Nabi, lantas bagaimana Hasan dikuburkam disamping Nabi shalallahu'alaihi wasallam."

Terjadi kegaduhan, kemudiam Abu Hurairah berbicara;
"Seandainya didatangkan putranya Musa untuk dikuburkan bersama Musa, apakah dilarang, bukankah itu kezaliman. Ini Hasan anaknya Nabi, dia didatangkan untuk dikuburkan bersama bapaknya (Muhammad shalallahu'alaihi wasallam).

Mereka tetap enggan, mereka beralasan Utsman dikuburkan di Baqi, bagaimana Hasan mau dikuburkan disamping Nabi, sementara Utsman lebih mulia daripada Hasan.

Akhirnya daripada ribut dan Hussein sempat marah, maka akhirnya Abu Hurairah maju dan menasehati mereka. Dan akhirnya Hasan dikuburkan di Al-Baqi.

Perkara Hasan ini membingungkan orang-orang Syiah Rofidho.
Makanya mereka tidak begitu mengagungkan Hasan. Yang sering mereka ucapkan Hussei.
Karena Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawaiyyah dan mereka mengkafirkan Muawiyyah.
Sementara iman 12 mereka seluruhnya Ma'sum.
Disinilah yang mereka tidak bisa jawab peristiwa anata Hasan dan Muawiyyah.
Kalau Muawiyyah kafir kenapa Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada orang kafir, bukankah ini tidak boleh.
Masalahnya kalau Hasan ma'sum (tidak mungkin salah), berarti perbuatan Hasan memberikan kepemimpinan kepada Muawiyyah adalah perbuatan benar.
Sehingga mereka bingung dan sampai sekarang mereka orang-orang Syiah tidak bisa menjawab teka-teki ini.
Wallahu'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Dahulu Al Hasan berbaiat kepada Muawiyyah karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah antara kaum muslimin. Ingin bertanya tentang hadits Nabi yang akan menggantikan Khalifah tersebut tentang Al Mahdi diakhir zaman, apakah benar.? Mohon penjelasan.!
↪️  Jawab :
Masalah Al Mahdi tidak ada nash yang tegas, apakah Al Mahdi keturunan Al Hasan atau Al Hussein. Tapi kebanyakan Ahlul Sunnah berpendapat bahwasanya Al Mahdi keturunan Al Hasan. 
Sebagai bentuk ketika kakeknya Al Hasan menanggalkan kepemimpinan maka digantikan oleh cucunya, yaitu Al Mahdi nanti yang bernama Muhammad bin Abdillah atau Ahmad bin Abdillah. 
◆ Nabi mengatakan,

يُوَاطِىءُ اِسْمُهُ اِسْمِيْ وَاسْمُ أَبِيْهِ اِسْمَ أَبِيْ. 

“Namanya sama dengan namaku dan nama bapaknya sama dengan nama bapakku.”
(Sunan Abu Dawud [XI/370])
Apakah dia Al Hasani atau Al Husseini ada khilat. 
- Orang Syiah mengatakan keturunan Al Husseini.
- Ahlul Sunnah mengatakan keturunan Al Hasani.
Diantara penjelasan ulama Ahlul Sunnah karena dahulu Al Hasan menanggalkan kepemimpinan maka akan digantikan oleh cucunya nanti dipenghujung zaman memimpin kaum muslimin.
Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Diluar tema, kalau kita pernah mendzolimi orang tapi tidak bisa minta maaf langsung ke orang tersebut, karena menghindari hal-hal yang tidak diinginkan lainnya. Apa bisa meringankan dosa kita.?
↪️  Jawab :
Wallahu'alam bishowab Ustadz tidak tahu, tapi seharusnya selama memungkinkan untuk bertemu minta maaf maka seharusnya itu dilakukan, agar urusan kita tidak panjang diakhirat.
Wallahu'alam bishowab.

3️⃣ Disebutkan bahwa Hasan bin Ali dibaiat langsung oleh rakyat untuk menjadi khalifah menggantikan Ali. Apakah bisa disimpulkan bahwa pemilihan Khalifah itu harus dipilih oleh ahlul halli wal aqdi tapi langsung bisa dipilih oleh rakyatnya.?
↪️  Jawab :
Seharusnya yang syar'i memang demikian, bahwasanya dipilih oleh ahlul halli wal aqdi (orang-orang yang punya kompeten untuk memilih), sebagaimana ketika Umar akan meninggal dia memilih 6 orang untuk menentukan siapa khalifah.
Yaitu orang-orang yang terpandang yang punya pengaruh terhadap masyarakat, kemudian bertaqwa kepada Allah.
Merekalah sebenarnya yang berhak untuk memilih khalifah/pemimpin agar tidak terjadi kegaduhan.
Ketika orang-orang yang punya pengaruh luar biasa kepada masyarakat ini bisa memilih, maka kegaduhan bisa diminimalkan dan stabilitas keamanan bisa terjadi.
Wallahu'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~