Meraih Surga dengan Akhlak Mulia

Bang Pitung • 25 Februari 2021
di grup Masjid Astra

 

Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
JUMAT, 19 Februari 2021
              08 Rajab 1442 H
Pukul, 20.00 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz Muhammad Qosim Muhajir"


~ MERAIH SURGA DENGAN AKHLAK MULIA ~


Tidak pernah bosan senantiasa kita memuji dan memuja Allah Rabbul Izzah, yang menjadikan kalimat syukur hamdallah membasahi bibir kita.
Setiap kali diantara kita mendapatkan begitu banyak karunia Illahi yang tercurah kepada kita, nikmat Iman, nikmat Islam, nikmat kesehatan, kesempatan dan kekuatan.
Sehingga dengan izin Allah dan takdirnya pula, di malam yang berbahagia ini kita bisa bersua kembali untuk melanjutkan perjuangan kita dalam rangka tolabul ilmi.

Kita sama-sama saling memberikan dan berbagi nasehat dan saling berwasiat dalam hal kebenaran dan kesabaran.

Kita menyadari setiap orang diantara kita, diantara harapan tertingginya adalah penghuni surga.
Namun tidak semudah anagan-angan kita, tidak semudah harapan kita. Sehingga diantara kita tertuntut untuk selalu memohon kepada Allah Rabbul Izzah, agar Allah berkenan menganugrahkan kepada kita adab yang mulia, akhlaq yang mulia. Yang itu merupakan petunjuk uswah dan qudwah kita Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

Bagaimana tidak, Nabi kita  Muhammad shalallahu'alaihi wasallam sudah mendaparkan satu predikat, yang Allah sematkan kepada beliau, anugerah yang terindah yang Allah berikan kepada beliau.
Yang Allah abadikan dalam Alquranul Karim.

★ Allah Ta'ala berfirman;

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيۡمٍ

"Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur."
[QS. Al-Qolam : 4]

Apa rahasia tatkala seorang hamba diantara kita memiliki akhlaq yang mulia.
Kenapa..?
Karena akhlaq dan adab yang baik itu pertanda dia akan mendapatkan,
- Kebahagian,
- Keselamatan,
- Keberuntungan didunia dan akhirat.

◆ Hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu,
Suatu hari Nabi kita ditanya,
"Perkara apakah yang paling dominan, yang paling banyak membawa seorang hamba ke surga Allah dan layak menjadi penghuni Surga Allah.? 
Nabi menjawab dengan dua perkara,
1. Taqwallah, Bertakwa kepada Allah.
2. Husnul khuluqi, Akhlaq yang baik.
(HR. Tirmidzi)

◇ Berbicara urgensinya akhlaq mulia ini perkara yang besar,
- Dalam Alquranul Karim tidak kurang dari 8 ayat yang berbicara masalah akhlaq mulia.
- Tidak kurang dari 56 Hadits yang berbicara tentang akhlaq mulia.
- Dan tidak kurang dari 20 Atsar ataupun riwayat dari ulama salaf yang bicara masalah akhlaq mulia.

Kembali kepada Hadits dari Abu Hurairah yang tadi dijelaskan. 
1️⃣ Takwallah, Takut kepada Allah.
Maka tidak jarang diantara kita akan meremehkan dengan mengatakan.. "ah cuma dua itu mah gampang.."
Tapi kita katakan.. "bukan masalah dua nya, apakah kita bisa mengamalkannya.."

Kalau kita mengupas tentang Takwa, butuh waktu minimal dua jam untuk mengupasnya.
Karena Takwa itu makna secara umum adalah,
"Kita takut kepada Allah."

◇ Bila Takwa berhasil ditanam didalam hati seorang hamba maka akan melahirkan tiga karakter sekaligus,
1. Menumbuhkan sifat takut kepada Allah baik dalam kesendirian maupun ditengah keramaian.
2. Akan berusaha semaksimal mungkin melaksanakan semua yang diperintahkan  dan menjauhi semua yang dilarang.
3. Akan menjadikan seorang hamba senantiasa berjalan sesuai dengan koridor.

2️⃣ Husnul Khuluq, Akhlaq yang baik / Mulia.
Akhlaq yang mulia itu tidak semua orang bisa memilikinya, karena ini anugrah Illahi dan butuh dari kita sebagai seorang hamba untuk minta kepada Allah Rabbul Izzah.

◆ Ibnul Qoyyim Al-Zaujiah mengomentari hadits tersebut diatas dengan mengatakan,
"Nabi menggabungkan dihadits tadi dengan 2 perkara, "Takwa dan Akhlaq Mulia."

◇ Apa korelasi Takwa kepada Allah dengan Akhlaq yang Mulia.
Karena ketakwaan itu, kalau sudah menjadi karater yang tertanam dihati seorang hamba, dan itu terus menancap dengan baik maka akan,
- Memperbaiki hubungan seorang hamba dengan Allah Rabbul Izzah (Hamblum minallah).
- Memperbaiki hubungan manusia dengan manusia (Hablum minannas).

◇ Tatkala telah terjalin hubungan yang baik antara Hamba dengan Allah, otomatis hubungan itu akan memperbaiki kondisi seorang hamba,
1. Seorang hamba yang beruntung ini ketika sudah memiliki ketakwaan yang baik, maka dia akan mendapatkan cintanya Allah.
2. Ketika seorang hamba sudah memiliki akhlaq yang mulia, maka semua orang otomatis akan diarahkan oleh Allah untuk mencintai dirinya.
Secara logika manusiawi, orang yang berakhlaq mulia akan disukai orang lain.

◆ Seorang Ulama di kota Madinah mengatakan,
"Orang diluar sana lebih sering melihat tingkah lakumu bukan cara bicaramu, maka hati-hatilah dalam masalah ini."

Ketika Nabi kita memberikan kabar gembira kepada kita, sebuah kabar gembira yang Nabi sampaikan dalam Hadits yang Masyhur.
Yang kalau kita baca secara seksama akan menggetarkan hati kita, menggugah semangat kita, mendobrak relung hati kita untuk meraih hal ini, ini adalah anugrah dan kabar gembira.

◆ Hadits dari Jabbir bin Abdillah radhiallahu'anhu, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً

"Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat majelisnya denganku pada hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaqnya."
(HR. At-Tirmidzi no. 2018)

◇ Maka dengan demikian kita memahami,
- Setiap kali seorang hamba diantara kita baik akhlaqnya, maka peluang dekat dengan Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam sangat besar.
- Begitupun sebaliknya, setiap kali diantara kita buruk perangainya, buruk akhlaqnya, buruk interaksinya, siap-siap bahwa dia tidak layak dekat dengan Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

◆ Diantara sahabat Nabi, pernah berkata kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam,
"Ya Rasulullah, setiap aku dirumah mengenang wajahmu, aku rindu menghampirimu. Ya Rasulullah aku pasti akan mati, dan engkaupun juga akan mati. Ya Rasulullah, kalau engkau mati sudah pasti dijamin masuk surga. Kalau aku mati dan kalaupun Allah mengizinkanku masuk ke surga Allah, masih ada satu kekhawatiranku. Aku khawatir tidak diizinkan Allah untuk melihat wajahmu ya Rasulullah."

◆ Bahkan Robiah bin Ka'ab Al-Aslami saking cintanya beliau kepada Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, beliau berharap untuk dekat dengan Nabi.
Ketika beliau sering mengambilkan wudhu untuk Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.
Nabi mengatakan,
"Silahkan kau ajukan permintaanmu."
Robiah mengatakan,
"Ya Rasulullah, izinkan saya untuk bersandingmu di Surga."

◇ Janji Nabi bukan perkara yang mudah untuk kita bisa menerapkannya, berat dan sangat berat. 
Karena beliau mengatakan,
"Orang yang paling aku cintai dan dekat majelisnya denganku dihari kiamat, orang terbaik diantara kalian akhlaqnya, perilakunya, tutur katanya."

Ini menunjukan bahwasanya yang diharapakan oleh Nabi kita kepada kita umatnya, sahabatnya, pengikutnya, adalah,
"Bagaimana interaksi kita, perangai kita dan akhlaq kita."

Kita tidak pernah bisa menarik simpati masa sekitar kita dengan harta kita. Jangan mimpi, kalau toh sekarang kita bisa merangkul mereka dengan harta dunia dan uang, itu sifatnya sementara karena ada uangnya.
Karena sebagian orang punya statement dan beranggapan, "dengan harta yang saya miliki saya akan mampu memikat hati umat sekitar saya."

Ternyata hal ini sudah pernah disampaikan dan diperingatkan oleh Nabi dalam sebuah hadits yang Masyhur.

◆ Riwayat Imam Al Bazzar dari jalur Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda,

إنَّكُمْ لَا تَسَعُونَ النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

"Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlaq yang mulia."
(HR. Al Hakim dalam mustadroknya)

◆ Ibnu Umar pernah berkata kepada putranya,

بُنَيَّ إِنَّ الْبِرَّ شيْءٌ هيِّنٌ وَجْهٌ طَلِيْقٌ وَ لِسَانٌ لَيِّنٌ 

"Wahai anakku, sesungguhnya kebaikan itu suatu yang mudah, Wajah yang berseri-seri dan tutur kata yang baik / halus."

◇ Kalau kita bicara masalah akhlaq, maka banyak para ulama menyampaikan kepada kita dalam syair-syairnya,
"innamal umamu akhlaquha, inhiya dzahabat fahum dzahabu."
Artinya;
"Sejatinya umat itu dikatakan ada kalau mereka punya akhlaq. Bila akhlaqnya tidak ada maka keberadaan mereka sama aja tidak ada."

◇ Kata Para Ulama,
"Keberadaannya sama dengan gak adanya."
Ini sudah menjadi sebuah konsep baku yang sudah menjadi sebuah kearifan lokal yang para Ulama sudah mengingatkannya.

Baginda Nabi Muhammad shalallahu'alahi wasallam yang seluruh dunia sudah mengakui, beliau manusia terbaik dan manusia pilihan, kekasih Allah, Rasulullah, pemimpin Para Nabi dan Rasul.
Masih meminta kepada Allah;
- Agar Allah menganugrahkan kepada beliau akhlaq yang mulia,
- Agar Allah menyelamatkan beliau dari akhlaq yang tercela.

◆ Dalam Hadits masyhur Dari Ziyad bin ‘Ilaqoh dari pamannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca do’a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ

“Allahumma inni a’udzu bika min munkarotil akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa’

"Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari kemunkaran-kemunkaran akhlaq, dan amal yang buruk dan hawa nafsu yang sering menjerumuskan manusia dalam kesesatan."
(HR. Tirmidzi no. 3591, shahih)

◆ Nabi juga pernah menyampaikan kepada kita dengan doa beliau,

اَللّٰهُمَّ كَمَا حَسَّـنْتَ خَلْقِـيْ فَحَسِّـنْ خُلُقِـيْ

“Allahumma kamaa hassanta kholqii fahassin khuluqii.”

“Ya allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan penciptaanku, maka baguskanlah pula akhlaqku.”


? Muara Masalah Akhlaq ada Empat Hadits.

Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitabnya Jamiul Ulum Wal Hikam mengatakan,
"Muara yang menjelaskan tentang masalah Akhlaq dan budi pekerti itu ada pada empat Hadits."

1️⃣ Hadits riwayat Bukhari Muslim.

◆ Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.”
(Muttafaq ‘alaih : Al-Bukhari no. 6018; Muslim no.47)

2️⃣ Hadits riwayat Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah.

◆ Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, dari Nabi shallallahu'alaihi wasallam, beliau bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

"Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya."
(HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

3️⃣ Muara masalah Akhlaq yang mulia, Hadits masyhur Riwayat Imam Bukhari.

◆ Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu'alaihi wasallam,

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

"Berilah aku wasiat, Beliau menjawab "Janganlah engkau marah." Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, namun Nabi shallallahu'alaihi wa sallam selalu menjawab, “Janganlah engkau marah.” 
(HR. Bukhari no. 6116)

4️⃣ Hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim.

◆ Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu'anhu pembantu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ          

"Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaiman dia mencintai kebaikan untuk dirinya."
(HR. Bukhari dan Muslim)


? Rukun Akhlaq Mulia.

Dari empat riwayat tersebut diatas, yang menjadi muara tentang akhlaq yang mulia Para ulama mengatakan,
"Bahwasanya Akhlaq itu tegak berdiri dengan empat rukun."

1️⃣ Menjaga Lidah / Lisan.
"Lisan itu dikatakan lisan karena dia adalah juru bicara isi hati setiap orang diantara kita."

》Dalilnya seperti yang disebutkan pada Hadits nomer 1 diatas,
"Berkata baik atau diam."

◇ Itu berarti kata Para Ulama ketika kita akan berbicara,
1. Berfikir terlebih dahulu yang akan kita bicarakan ini baik atau tidak.
2. Yang akan kita bicarakan ini, berdampak buruk ataukah tidak.
3. Yang akan kita bicara ini apakah akan mengantar kita untuk mendapatkan ridho ataukah murkanya.

Ini untuk mematahkan Argumentasi sebagian kecil orang sekitar kita yang sering mengatakan, "masalah buat luuh, mulut-mulut gua, lidah-lidah gua."

2️⃣ Menjauhkan diri / menyelamatkan diri dari perkara yang bukan memberikan manfaat buat kita.

3️⃣ Tidak terpancing dengan emosi kita, terutama ketika marah.
Orang kalau sudah marah akan buruk, karena amarah itu dari syaiton dan membahayakan.

》Dalilnya hadits Nabi yang diatas,
"Jangan Marah."

》Dan Nabi pernah memberikan anjuran di hadits yang masyhur riwayat Imam Ahmad dan Abu Dawud,  
◆ Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ  وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” 
(HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

4️⃣ Hati yang bersih, hati yang tidak ada unsur iri, dengki, dan benci sama saudara seiman.

》Dalilnya seperti dalam hadits diatas,
"Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaiman dia mencintai kebaikan untuk dirinya."

Inilah empat pilar yang menjadi pondasi dasar akhlaq dan muara budi pekerti yang baik, yang menjadi sarana setiap orang diantara kita untuk meraih surga Allah Rabbul Izzah.


? Beberapa Hadits yang lain.

◆ Dari Abu Umamah radhiyallahu'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

- أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا 
- وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا 
- وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

1. Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. 
2. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. 
3. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.”
(HR. Abu Daud, no. 4800. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

◆ Di Hadits lain dalam kitab Al Adabul Mufrod, Rasulullah mengingatkan.
Rasulullah bersabda,
"Tidak patut seorang hamba berdusta / bohong walaupun sedang bercanda."
(HR. Bukhari)

Benahi diri kita, benahi akhlak kita, benahi perilaku kita dengan banyak memohon kepada Rabbul Izzab.
Jangan sampai kita mengatakan,
"Gapapa deh saya rela kalaupun dapet surga yang paling bawah, yang penting surga." Tidak....

Justru harus memberi kita stimulus,
"Jika kalian meminta Surga kepada Allah, mintalah yang paling tinggi yaitu Surga Firdaus."

Setiap orang diantara kita tertuntut untuk berusaha bagaimana semaksimal mungkin untuk bisa meraih Surga dengan akhlak yang mulia.
Terlebih dirukun yang ke 4 tadi, terkait masalah Hati yang Bersih.

◇ Kata Para Ulama,
"Kerusakan bathin itu akan berimbas dengan rusaknya lahiriah kita dan jasad kita."

◆ Hadits yang Masyhur.
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” 
(HR. Bukhari no.52 dan Muslim no.1599).

◇ Kata Para Ulama,
"Ketika hati seorang hamba sudah mulai baik dari penyakit yang merusak hatinya, maka orang semacam ini akan bisa mewujudkan apa yang Nabi harapkan dan janjikan, yaitu memilik Akhlaq yang Mulia."
- Memang susah tapi butuh perjuangan,
- Memang berat tapi butuh usaha.

Ketika Allah menyampaikan kepada kita dalam Alquranul Karim,

★Allah Ta'ala berfirman dalam Quran Surat Al-Ankabut ayat 69;

وَالَّذِيۡنَ جَاهَدُوۡا فِيۡنَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَا ‌ؕ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الۡمُحۡسِنِيۡن
َ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."
[QS. Al-Ankabut : 69]


? Pesan Penutup.

Ringkas dari kita kupas Tema hari ini "Meraih Surga Dengan Akhlaq Mulia" bukanlah hal atau perkara yang mudah kita bisa meraihnya. 
Butuh perjuangan dan butuh pengorbanan, tapi yakini setiap usaha kita sudah pasti dijanjikan oleh Allah untuk dimudahkan.

★ Allah Ta'ala berfirman,

وَالَّذِيۡنَ جَاهَدُوۡا فِيۡنَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَا ‌ؕ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الۡمُحۡسِنِيۡن
َ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."
[QS. AL Ankabut : 69]

Sehingga dengan demikian teruslah memohon kepada Allah Rabbul Izzah agar Allah berkenan menganugrahkan kepada kita akhlaq yang mulia.
Agar kelak kita diijinkan oleh Allah berjumpa dan berkumpul dengan Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.

◆ Sering-sering kita berdoa kepada Allah dengan doa yang indah,
(Allahumma inni as aluka qalbun salim)
"Ya Allah anugrahkan kepadaku hati yang bersih."

◆ Doa yang lain,

اَللّٰهُمَّ كَمَا حَسَّـنْتَ خَلْقِـيْ فَحَسِّـنْ خُلُقِـيْ

(Allohumma kamaa hassanta kholqii fahassin khuluqii)
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan penciptaanku, maka baguskanlah pula akhlaqku."

Wallahu Ta'ala 'alam bishowab


?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Maksud wajah berseri-seri itu kepada siapa, apakah termasuk kepada lain jenis.?
↪️  Jawab :
Akan ada 2 masalah.
1. Kita berangkat dari pesan Nabi kita Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.
◆ Dari Abu Dzar radhiallahu'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

"Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu."
(HR at-Tirmidzi no.1956)
2. Kalau kita dengan lawan jenis, maka kembali kepada muara masalah fitnah dan tidak fitnah. Termasuk mengucap salam.
◆ Syaikh Musthafa al-'Adawi dalam kitab Jami'u Ahkami an-Nisa'
"Menceritakan Nabi juga mengucapkan salam kepada wanita, tapi syaratnya tidak menimbulkan fitnah."
Tapi kalau dikampung kita biasa bertegur sapa dan senyum, itu tidak mengapa karena sudah menjadi kearifan lokal. 
Tapi kalau senyum kepada lawan jenis yang tidak dikenal, harus didudukan perkara kepada sebuah kaidah apakah ini menimbulkan fitnah atau tidak. Maka lebih baik tinggalkan.
Usahakan sesama jenis, kecuali sebuah kampung atau komunitas yang warga mereka terbiasa saling bertegur sapa, mengucap salam berseri-seri itu tidak masalah.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

2️⃣ Bagaimana sikap kita atau akhlak kita kepada keluarga yang masih belum faham sunnah, bahkan menyelisihinya dan masih melakukan kegiatan-kegiatan yang dilarang. Mohon penjelasannya.!
↪️  Jawab :
Ini yang menjadi PR bersama, kita harus memahami. 
Kita saja ketika mengenal yang hak dan indahnya Islam itu berproses dan butuh proses. Maka demikian halnya orang lain, semua orang butuh proses dalam hal dakwah.
Dan mengenal Islam itu butuh 3 proses;
1. Menyampaikan / Unsur penyampaian.
2. Memahamkan.
3. Faham.
Dalam 3 hal ini audien dakwah kita butuh proses untuk menerima, memahamai dan berubah.
Dan kita yang sudah mengenal yang hak dan indahnya Islam, ketika mendapati keluarga kita dan kerabat kita yang mereka belum mengenal indahnya Islam. 
Kita harus memperlakukan mereka dengan akhlak yang mulia.
◆ Sebagaimana pesan Nabi kita,

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”
(HR. Tirmidzi)
Islam itu mengajarkan kita,
- melihat kebaikan, mendoakannya.
- melihat keburukan, juga mendoakannya.
◇》Apa maksud mendoakannya,
- Apabila melihat saudara kita baik, maka kita doakan dia semoga istiqomah diatas kebaikan
- Pun sebaliknya tatkala melihat saudara kita dalam keburukan dan kondisi yang kurang baik, maka doakan dia agar siberikan hidayah oleh Allah Rabbul Izzah.
◆ Nabi kita Muhammad shalallahu'alaihi wasalam mendoakan orang-orang Thaif dengan dua doa,
- Allahummahdi Qaumiy fainnahum laa ya’lamun 
"Ya Allah beri hidayah kaumku karena mereka belum tahu."
- Allahummaghfirli qaumi fainnahum laa ya’lamun
"Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui."
Adapun mereka kerabat kita, keluarha kita yang terkadang melakukan perbuatan yang tidak ada contoh dari syariat Islam.
Kita tidak usah langsung melabrak mereka, memarahi mereka atau bahkan membentak mereka.
Tapi dekati mereka dengan akhlak yang mulia, sampaikan nasihat dengan baik, minimalnya langkah kita tidak langsung menyalahkan perbuatan dia. Kita katakan bahwasanya segala bentuk amal perbuatan ketika itu mengarah kepada perkara ibadah maka harus berlandaskan dengan dalil.
Jika tidak ada dalilnya maka itu ditinggalkan.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

3️⃣ Apakah diam diantara perbincangan teman-teman tentang hal-hal keduniaan dan hanya banyak basa basi saja, apakah itu termasuk menjaga lisan.?
↪️  Jawab :
Yang harus kita hindari, adalah ketika bermajelis tapi muara pembahasannya duniawi.
Boleh kita bicara duniawi ketika sharing manfaat.
Tapi kalau ngobrolnya ngalor ngidul tanpa ada tujuan yang jelas maka ini berbahaya. Terlalu melebur dalam perkara-perkara yang tidak memberikan manfaat, itu justru akan merugikan kita.
Makanya itu diantara hal kita menjaga lisan, agar lisan kita ini ketika berbicara bermanfaat.
Jangan dengan hal yang tidak bermanfaat apalagi sia-sia. 
Bukan tidak boleh kita berbicara perkara duniawi, jika dibutuhkan boleh. Masalah bisnis, marketing dan lain sebagainya itu boleh.
Tapi kalau kita hanya kongkow-kongkow dan tidak ada hal yang bermanfaat maka hindari.
◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam ketika mendapati para shabat kongkow-kongkow dipinggir jalan, Nabi menegur,

 إِيَّاكُم وَالْجُلُوسَ في الطُّرُقاتِ

"Hindari oleh kalian banyak duduk-duduk dipinggir jalan."
Kata para sahabat,
"Ya Rasulullah kami gak punya tempat untuk duduk ngobrol kecuali dipinggir jalan."
Kata Rasulullah,
"Bila tidak mungkin ditinggalkan, silahkan kalian ngobrol tapi harus memiliki syarat;
1. Tundukan pandangan
2. Menyingkirkan gangguan dari orang lain
3. Saling mengajak kepada kebiakan
4. Mencegah dari perbuatan yang mungkar.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

4️⃣ Sekarang di era digital dan perteman di media sosial sudah tidak bisa dihindarkan, bagaimana tanggapan Ustadz bagi orang yang coba berdakwah distatus media sosialnya tanpa tahu apakah ada yang disakiti dari statusnya atau tidak. Apakah ini teemasuk Akhlak yang baik Ustadz.?
↪️  Jawab :
Terkait dakwah, kita berdakwah itu,
1. Karena Allah
2. Dalam rangka menasehati
3. Mengajak orang kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran
4. Tidak berharap untuk diterima
5. Dalam berdakwah sudah pasti akan muncul banyak penafsiran, dan sekarang diera digital, kita tidak jarang bikin status baik itu di WA, atau di Facebook, atau di IG. Silahkan berstatus konten dakwah. Perkara ada orang yang tersinggung atau tersindir Alhamdulillah, berarti artinya hidup. Tapi kalau ada orang baca gak tersindir maka hatinya mungkin lagi sakit.
Maka anda dan saya tidak bisa berharap setiap orang itu memahami yang kita inginkan dengan pemahaman yang baik.
Ingat tidak semua keinginan baik kita iti difahami dengan baik oleh orang lain.
Bisa kita bayangkan, Nabi itu kurang benar seperti apa, kurang baik seperti apa, Nabi membawa Kalamullah / wahyu Allah. Tetapi ditolak dakwahnya, disalah tafsirkan, bahkan diberikan predikat penyair gendeng, dukun, tukang sihir dan majenun / orang gila.
Terus berdakwah selama itu memberi manfaat.
◆ Kata para ulama, 
"Seluruh sarana dakwah yang bisa anda masuk kedalamnya untuk berdakwah, maka lakukan, dengan lisan, dengan tulisan, dengan perbuatan dan dengan isyarat.
◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam pernah bersabda,

من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya”
(HR. Muslim no. 1893)
◆ Ibnul Qoyyim Al Zaujiah pernah mengatakan,
"Bila diantara kita menjadi penyebab orang lain berbuat kebaikan, maka dia diposisikan seperti pelaku utama, pun sebaliknya bila diantara kita menjadi fasilitator penyebab orang lain berbuat keburukan dia diposisikan seperti pelaku utama."
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~