Pa' IJ memperbaiki semrawutnya kereta Jabodetabek berkat pemahaman akar permasalahan yang benar.
Akarnya sepele, tapi perjuangan untuk mengetahuinya lumayan. Pa' IJ harus ikut bergelantungan, berdesakan dan terhimpit dalam lautan manusia di kereta.
Yang paling menyedihkan, ketika beliau menyaksikan para penumpang yg naik ke atap kereta. Mereka bertaruh nyawa, sadar sudah banyak korban namun memberanikan diri.
Lewat mulut penumpang dan apa yg beliau rasakan, Pa IJ menyimpulkan jawabannya karena gerbong teramat panas, tidak ada AC waktu itu.
Naik kereta serasa masuk oven, terpanggang bersama ribuan manusia beraneka aroma. Dan ketika keluar, tubuh mandi keringat.
Sekarang kereta Jabodetabek sudah ber-AC semua. Tidak ada lagi yang naik ke atap. Memang masih sangat penuh, tetap berdesakan, namun relatif nyaman.
Semua sudah tahu, Masjid Jogokariyan yang fenomenal itu mengawali perubahannya dengan mengadakan survey ke jamaah dan warga di sekitarnya. Ketemulah suara voice of customer yang jadi acuan program.
Jadi kapan menggali masukan lebih dalam untuk masjid kita? (GG)