Selasa,27 Februari 2024
L. Syarat Syarat Berharap
Termasuk perkara yang seharusnya diketahui, yaitu jika seseorang
mengharapkan sesuatu, maka ia harus memenuhi tiga syarat berikut:
(1) rasa cinta terhadap apa yang diharapkan, (2) kekhawatiran tidak mendapat apa yang diharapkan, dan (3) usaha untuk memperoleh apa yang diharapkan sesuai kemampuan.
Maka dari itu, harapan yang tidak disertai dengan salah satu dari ketiga syarat ini hanyalah akan menjadi angan-angan.
Harapan dan angan-angan adalah dua hal yang berbeda. Setiap orang yang berharap adalah orang yang khawatir. Andaikan kekhawatiran tersebut menimpa orang yang sedang berjalan, tentulah ia akan mempercepat jalannya disebabkan takut kehilangan sesuatu.
Dalam]aami'ut Tirmidzi, 119 dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Rasulullah ~ bersabda:
"Barang siapa yang takut terlambat, niscaya ia akan berjalan semalam suntuk, dan barang siapa berjalan semalam suntuk ia pasti akan sampai ke tempat tujuannya. Ingatlah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ingatlah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah Surga."
Sebagaimana Allah ~ memberikan harapan untuk orang-orang yang melakukan amal shalih, Maka Dia juga menyertakan rasa takut bagi mereka. Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa rasa harap dan takut yang bermanfaat adalah yang teriringi oleh amal shalih
Allah ~ menyifati orang yang bahagia dengan perbuatan baik yang disertai dengan rasa takut, sedangkan Dia menyifati orang yang sengsara dengan perbuatan buruk yang disertai dengan rasa aman.
Siapa saja yang memperhatikan kondisi para Sahabat, niscaya ia akan mendapati mereka berada pada puncak amal disertai dengan puncak rasa takut. Adapun kita menggabungkan antara kurangnya amal, bahkan kelalaian, dengan rasa aman.
Renungkanlah perkataan Abu Bakar as-Shiddiq ~ berikut:
"Aku ingin sekiranya aku menjadi sehelai rambut di sisi seorang hamba yang Mukmin." A tsar ini diriwayatkan oleh Ahmad. 124
Disebutkan pula, Abu bakar memegang lisannya seraya berkata:
"Inilah yang menggiringku ke dalam kebinasaan. Beliaulah orang yang banyak menangis, seperti sarannya: "Menangislah! Jika kalian tidak bisa menangis, maka berpura-puralah menangis."
Ketika mengerjakan shalat, Sahabat ini seperti sebatang pohon disebabkan rasa takutnya kepada Allah
Suatu ketika ada yang membawakan seeker burung kepadanya.
Abu Bakar membolak-balikkannya lalu berkata: "Tidaklah hewan buruan ditangkap dan pohon ditebang, melainkan ada tasbih yang disia-siakan.
Saat menghadapi maut, Abu Bakar berkata kepada 'Aisyah:
"Wahai puteriku, sebagian harta kaum Muslimin ada padaku, yaitu aba-ah (mantel/pakaian yang biasa dikenakan wanita Arab-pen), bejana untuk memerah susu, dan budak ini. Bawalah segera kepada 'U mar bin al-Khaththab ~ .
Beliau menambahkan: "Demi Allah, aku lebih senang sekiranya aku menjadi pohon yang dimakan lalu ditebang."
Qatadah berkata: "Telah sampai kepadaku perkataan Abu Bakar:
'Aku senang sekiranya aku menjadi tanaman hijau yang dimakan oleh binatang ternak.
Lihatlah 'Umar bin al-Khaththab ~ saat membaca surat AtThuur. Sahabat ini menangis ketika sampai pada ayat:
"Sesungguhnya adzab Rabbmu pasti terjadi." (QS. At-Thuur: 7)
Karena sangat kerasnya tangisan tersebut, beliau sakit, akhirnya para sahabat menjenguknya.
'Umar berkata kepada anaknya saat menjelang maut: "Celakalah kamu. Letakkan pipiku ke tanah, mudah-mudahan Allah merahmatiku."
Lantas, beliau melanjutkan: "Celakalah ibuku, jika Allah tidak mengampuniku." Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali, haru kemudian meninggal dunia.
Saat berdzikir di malam hari, 'U mar pernah membaca ayat yang membuatnya takut sehingga ia tetap tinggal di rumahnya selama beberapa hari. Orang-orang pun menjenguknya karena menyangka ia
sedang sakit. Di wajahnya pun terdapat dua garis hitam akibat tangisan
Ibnu 'Abbas ~ pernah berkata kepadanya: "Allah membuka sejumlah kota, menaklukkan sejumlah negeri, serta melakukan sejumlah hal dengan perantaraanmu."
'Umar menjawab: "Aku senang sekiranya aku selamat, tanpa membawa pahala ataupun dosa."Inilah 'Utsman bin 'Affan ~ ; yang jika berdiri di samping kuburan, ia menangis hingga air matanya membasahi jenggotnya.Beliau berkata: "Sekiranya aku berada di antara Surga dan Neraka, sedangkan aku tidak tahu ke arah mana dari keduanya aku diperintah, sungguh aku akan memilih menjadi abu sebelum aku mengetahui mana yang akan ditetapkan untukku."
Inilah 'Ali bin Abu Thalib ~, Sahabat yang banyak menangis dan sangat takut kepada Allah. Ia sangat takut terhadap dua perkara:
panjang angan-angan dan mengikuti hawa nafsu. Beliau menjelaskan:
"Panjang angan-angan akan melalaikan akhirat, sedangkan mengikuti hawa nafsu akan mencegah dari kebenaran. Ingatlah, dunia telah berbalik pergi dan akhirat sedang datang menghadap. Masing-masing
Dari keduanya mempunyai anak. Maka jadilah anak-anak akhirat;
jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah amal tanpa hisab dan besok adalah hisab tanpa amal."
Inilah Abud Darda' ~ , ia pernah berkata: "Sesungguhnya
yang paling aku takutkan pada hari Kiamat adalah jika ditanyakan kepadaku: 'Wahai Abud Darda', kamu seorang berilmu, lalu apa yang sudah kamu amalkan dari ilmumu?"
Beliau juga berkata: "Sekiranya kalian mengetahui apa yang akan kalian temui setelah kematian, tentulah kalian tidak memakan makanan sesuai selera, tidak min um sesuai selera, dan tidak memasuki rumah untuk bernaung di dalamnya; tetapi kalian akan keluar.
Oleh Wawan Tim Mediasi