TANBIHUL GHAFILIN

surya Din • 23 Januari 2024

Abul -Laits meriwayatkan dengan sanadnya 

dari Umar bin Abdul-Aziz berkata: “Sesungguhnya Allah s.w.t. tidak 

menyiksa orang-orang umum kerana dosa-dosanya orang-orang 

yang tertentu tetapi apabila perbuatan dosa itu merahajalela dan 

terang-terangan kemudian tidak ada yang menegur, maka bererti 

semuanya sudah layak menerima hukuman.”

 Dan diriwayatkan bahawa Allah s.w.t. telah 

mewahyukan kepada Yusya bin Nuh a.s.: “Aku akan membinasakan 

kaummu empat puluh ribu orang yang baik-baik dan enam puluh ribu 

orang yang derhaka.” Nabi Yusya bertanya: “Ya Tuhan, itu orang 

derhaka sudah layak, maka mengapakah orang yang baik-baik itu?” 

Jawab Allah s.w.t.: “Kerana mereka tidak murka terhadap apa yang

Aku murka, bahkan mereka makan minum bersama mereka yang 

derhaka itu.”

 Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi Muhammad 

s.a.w. bersabda (yang bermaksud): “Anjurkan lah kebaikan itu 

meskipun kamu belum dapat mengerjakannya dan cegahlah segala 

yang mungkar meskipun kamu belum menghentikannya.”

 Anas r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w.

bersabda (yang bermaksud): “Sesungguhnya diantara manusia itu. 

 

ada yang menjadi pembuka untuk kebaikan dan penutupan dari 

kejahatan, dan ada juga manusia yang menjadi pembuka kejahatan 

dan penutupan kebaikan, maka sesungguhnya untung bagi orang 

yang dijadikan Allah s.w.t.sebagai pembuka kebaikan dan binasa 

bagi yang dijadikan Allah s.w.t. pembuka kejahatan itu ditangannya.”

 Ertinya: Orang yang menganjurkan kebaikan 

dan mencegah mungkar itulah pembuka kebaikan dan penutupan 

dari kejahatn dan ia termasuk orang mukmin sebagaimana firman 

Allah s.w.t.: “Wal mu’minuna wal mu’minaatu ba’dhuhum auliyaa’u 

ba’dh ya’muruuna bil ma’rufi wayanhauna anil mungkar.” Yang 

bermaksud: “Orang-orang mukmin lelaki dan perempuan setengah 

menjadi wali pembantu pada setengahnya, menganjurkan kebaikan 

dan mencegah dari mungkar.“

 Adapun yang menganjurkan mungkar dari 

mencegah dari kebaikan maka itu tanda munafiq sebagaimana 

firman Allah s.w.t.: “Almunafiquuna walmunafiqatu ba’dhuhum min 

ba’dh ya’muruuna bil mungkari wayanhauna anil ma’ruf” Yang 

bermaksud: “Orang munafiq lelaki dan perempuan masing-masing 

menjadi wali pembantu setengahnya menganjurkan kejahatan dan 

mencegah kebaikan.“

 Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: 

“Seutama-utama amal ialah amar ma’ruf dan nahi mungkar 

(menganjurkan kebaikan dan mencegah kejahatan), dan membenci 

orang yag fasiq (melanggar hukum). Maka siapa yang menganjurkan 

kebaikan bererti memperkuat orang mukmin dan siapa mencegah 

mungkar bererti menghina orang munafiq.

 Said meriwayatkan dari Qatadah berkata: 

“Ada seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. ketika 

diMekah lalu bertanya: “Benarkah engkau mengaku sebagai utusan 

Allah s.w.t.?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w. : “Ya” Lalu bertanya: 

“Amal apakah yang lebih disukai Allah s.w.t?” Jawab Nabi 

Muhammad s.a.w.: “Menghubungi keluarga.” Tanyanya lagi: 

“Kemudian apakah?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: “Menganjurkan 

kebaikan dan mencegah mungkar.” Lalu ditanya lagi: “Amal apakah 

yang sangat dimurkaiAllah s.w.t.?” Jawab Nabi Muhammad s.a.w. ” 

Syirik, mempersekutukan Allah s.w.t.” “Kemudian apakah?” tanyanya 

lagi. Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: “Memutuskan hubungan 

kekeluargaan.” “Kemudian apakah?” tanyanya lagi. Jawab Nabi 

Muhammad s.a.w.: “Meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar 

(tidak suka menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar).”

 Sufyan Atstsauri berkata: “Jika kau melihat

 

orang yang pandai quran itu disayangi oleh tetangganya dan dipuji 

oleh kawan-kawannya, maka ketahuilah bahawa ini suka mengambil 

hati (yakni tidak tegas amar ma’ruf dan nahi mungkar).”

 Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya 

dari Jabir r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang 

bermaksud) Tidak terjadi pada suatu kaum seorang yang berbuat 

durhaka, sedang mereka dapat menghentikannya tetapi mereka 

tidak mencegahnya melainkan Allah s.w.t. akan meratakan mereka 

siksaanNya sebelum mati mereka.”

 Abul-Laits berkata: “Nabi Muhammad s.a.w.

mensyaratkan berkuasa untuk mencegah bererti bahawa 

orang-orang yang baik-baik berkuasa (berwibawa), kerana itu maka 

kewajipan mereka harus mencegah merahajalelanya orang-orang 

ahli maksiat.”

 Allah s.w.t. memuji ummat ini didalam ayat 

yang berbunyi: “Kuntum khoiro ummatin ukhrijat linnaasi ta’muruna bil 

ma’rufi watanhauna anil mungkari watu’minuna billah.” Yang 

bermaksud: “Kamu sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk manusia 

kerana menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar dan 

beriman kepada Allah.”

 Didalam ayat lain pula berbunyi: “Wal takun 

minkum ummatun yad’uuna jlal khori waya’muruuna bil ma’ruufi 

wayanhauna anil munkar wa’ulaika humul muflihuun.” Yang 

bermaksud: “Harus ada dari kamu golongan (orang-orang) yang 

mengajak kepada kebaikan dan menganjurkan segala ma’ruf (yang 

baik) dan mencegah mungkar dan merekalah orang-orang yang 

beruntung (bahagia).”

 Juga Allah s.w.t. mencela orang-orang yang 

tidak suka mencegah munkar dalam ayat yang berbunyi: “Kaa nu laa 

yatana hauna an mungkharin fa’aluhu labi’samaa kaanuu yaf’alun.” 

Yang bermaksud: “Mereka tidak saling mencegah dari perbuatan 

mungkar yang mereka perbuat, sesungguhnya busuk perbuatan 

mereka itu.”

 Didalam ayat yang lain pula Allah s.w.t.

berfirman: “Lau laa yanhahumur robbaniyuna wal ahbaaru an 

qaulihimul itsma wa aklihimus suhta, labi’sa maa kaanu yash ma’uun.” 

Yang bermaksud: “Mengapa para ulama dan orang-orang yang 

mengerti agama itu tidak melarang mereka dari kata-kata yang keji 

dan makan yang haram, sungguh busuk apa yang mereka perbuat.”

 Seharusnya orang yang akan 

menganjurkan amar maruf itu melaksanakan sendiri peribadi supaya lebih mantap manishat peringatannya. Abud Dardaa r.a. berkata: 

“Siapa yang menasihati saudaranya dimuka umum (terang-terangan) 

maka bererti telah memalukannya dan siapa memberi nasihat itu 

sendirian maka benar-benar akan memperbaiki dan bila tidak 

berguna nasihat dengan rahsia maka boleh minta tolong kepada 

orang yang baik-baik untuk mencegahnya dari perbuatan maksiat, 

maka jika tidak dikerjakan yang demikian pasti perbuatan maksiat itu 

akan menjalar dan bermahajalela sehingga membinasakan mereka 

semua.”

 Abul-Laits meriwayatkan dengan 

sanadnya dari Annu’man bin Basyir r.a. berkata: “Saya telah 

mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang 

bermaksud)Perumpamaan orang yang tegak dalam hukum Allah s.w.t. 

dan orang yang tergelincir bagaikan rombongan yang naik kapal 

maka masing-masing bertempat diatas dan dibawah, maka ketika 

mereka sedemikian, tiba-tiba orang yang berada dibahagian bawah 

mengambil kapak lalu ditanya oleh kawan-kawannya: Apakah 

maksudmu? Jawabnya: Saya akan melubangi tempatku supaya 

dekat dengan air sehingga mudah bagiku mengambil atau 

membuang air. Maka sebahagian yang lain berkata: Biarkan ia 

berbuat sesukanya dibahagiannya, sebahagian yang lain pula 

berkata: Jangan kamu biarkan dia melubangi bahagian bawah dari 

kapal ini, nescaya ninasa dan membinasakan kita semua, maka bila 

mereka dapat menahannya bererti selamat dan selamat semuanya 

tetapi bila mereka tidak mencegahnya maka binasa dan binasa 

semuanya.”

 Abu-Dardaa r.a. berkata: “Kamu harus 

melakukan amar maruf nahi mungkar, kalau tidak Allah s.w.t. akan 

mengguasakan diatas kamu seorang yang zalim, yang tidak 

menghargai orang tua dan tidak kasih kepada anak-anak, kemudian 

pada saat itu orang-orang yang baik diantara kamu berdoa, maka 

tidak diterima doa mereka, minta pertolongan juga tidak ditolong 

minta ampun tidak diampun.”

 Huszaifah ra.a berkata: “Nabi Muhammad 

s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Demi Allah yang jiwaku ada 

ditangaNya, kamu harus melakukan amar maruf dan nahi mungkar 

atau jika tidak melakukan itu bererti sudah hampir Allah akan 

menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdoa maka tidak 

diterima oleh.“

 Ali r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w.

bersabda (yang bermaksud) Jika ummatku telah takut berkata  kepada orang yang zalim itu: “Engkau zalim!”, maka ucapkan

selamat tinggal pada ummat itu (mereka akan binasa dan hina).”

 Abul Said Alkhudi r.a. berkata: “Nabi

Muhammad s.a.w. bersabda (yang bermaksud) Jika kamu melihat

perbuatan mungkar maka kamu harus roboh (tentang) dengan

kekuatan kekuasaan (tangan), jika tidak dapat maka dengan nasihat

lidahnya, jika tidak dapat maka dibenci dengan hatinya dan ini

menunjukkan selemah-lemah iman. Menggunakan kekuatan

kekerasan itu bagi orang yang berkuasa dan dengan lisan bagi para

ulama (cerdik pandai) dan denganb hati bagi umum. Masing-masing

orang menggunakan menurut kedudukannya, kekuatannya dan

kekuasaannya.”

 Abul-Laits berkata: “Seharusnya bagi orang

yang maruf (menganjurkan kebaikan) dan nahi mungkar (mencegah

kejahatan) itu harus niat ikhlas kerana Allah s.w.t. dan menegakkan

agama Allah s.w.t. bukan semata-mata membela kepentingan diri

sendiri, sebab bila ia benar-benar ikhlas kerana Allah s.w.t. dan

agama Allah s.w.t., maka pasti mendapat bantuan pertolongan Allah

s.w.t. sebagaimana ayat yang berbunyi: “In tanshurullaha yan

shurkum.” (Yang bermaksud: “Jika kamu benar-benar menegakkan

khalimatullah, maka Allah akan menolong kamu.) Juga pasti ia

terpimpin dengan taufiq dariAllah s.w.t. Ada riwayat dari Ikrimah

berkata: “Ada seorang berjalan tiba-tiba ia melihat sebuah pohon

disembah orang maka ia marah dan langsung ia pulang mengambil

kapaknya lalu naik himar menuju ketempat pohon itu untuk

memotongnya, maka dihadang iblis laknatullah ditengah jalan tetapi

merupai orang, maka ditanya: “Engkau akan kemana?” Jawab orang

itu: “Saya melihat pohon yang disembah orang, maka saya berjanji

kepada Allah s.w.t. akan memotong pokok itu, kerana itu saya pulang

mengambil kapak dan naik himarku ini untuk pergi kepohon itu.” Iblis

laknatullah berkata: “Apa urusanmu dengan sembahan orang, biar

orang lain, mereka telah jauh dari rahmat Allah.” Disebabkan

rintangan iblis laknatullah itu maka ahkirnya mereka berkelahi tetapi

ternyata Iblis laknatullah itu kalah, sampai berulang tiga kali tetap iblis

laknatullah kalah lalu Iblis laknatullah itu berkata: “Lebih baik kau

kembali dan saya berjanji kepadamu tiap hari aku akan berikan

kepadamu empat dirham diujung tempat tidurmu.” Orang itu

bertanya: “Apakah betul kau akan begitu?” Jawab iblis laknatullah:

“Ya, aku jamin tiap hari.” Maka kembalilah orang itu kerumahnya,

maka benarlah pada esok hari ia mendapat wang itu selama dua hari

dan pada hari ketiga ternyata tidak ada apa-apa, kemudian esok harinya lagi tiada juga. Maka kerana ia tidak mendapat wang itu, 

maka ia segera mengambil kapak dan naik himar untuk pergi 

kepohon itu, maka ditengah jalan dihadang oleh iblis laknatullah 

yang merupai manusia dan ditanya: “Kemana kau mahu pergi?” 

Jawabnya: “Kepohon yang disembah orang itu untuk memotongnya.” 

Iblis laknatullah berkata: “Engkau tidak dapat berbuat demikian, 

adapun yang pertama kali itu kerana kau keluar dengan marahmu itu 

benar-benar kerana Allah sehingga umpama semua penduduk langit 

dan bumi akan menghalangi kamu tidak akan dapat, adapun 

sekarang maka kau keluar kerana tidak mendapat wang maka bila 

kau berani maju setapak aku akan patahkan lehermu.”, maka ia 

kembali kerumahnya dan membiarkan pohon itu.

 Abul-Laits berkata: “Seorang yang akan 

menjalankan amar maruf dan nahi mungkar harus melengkapi lima 

syarat iaitu: 

Berilmu, sebab orang yang bodoh tidak mengerti maruf dan mungkar

Ikhlas kerana Allah s.w.t. dan kerana agama Allah s.w.t.

Kasih sayang kepada yang dinasihati, dengan lunak dan ramah 

tamah dan jangan menggunakan kekerasan sebab Allah s.w.t. telah 

berpesan keppada Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. supaya 

berlaku lunak kepada Fir’aun

Sabar dan tenang, sebab Allah s.w.t. berfirman yang berbunyi: 

“Wa’mur bil ma’rufi wanha anilmunkar wash bir ala maa ashabaka.” 

Yang bermaksud: “Anjurkan kebaikan dan cegahlah yang mungkar 

dan sabarlah terhadap segala penderitaanmu.”

Harus mengerjakan apa-apa yang dianjurkan supaya tidak dicemuh 

orang atas perbuatannya sendiri sehingga tidak termasuk pada ayat 

yang berbunyi: “Ata’murunannasa bil-birri watansauna anfusakum.” 

Yang bermaksud: “Apakah kamu menganjurkan kebaikan kepada 

orang lain tetapi melupakan dirimu sendiri.”

 Anas r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w.

bersabda (yang bermaksud): “Ketika malam isra’ saya melihat 

orang-orang yang digunting bibirnya dengan gunting dan ketika aku 

bertanya pada Jibril: Siapakah mereka itu, ya Jibril? Jawabnya: 

Mereka pemimpin-pemimpin dari ummatmu yang menganjurkan 

orang lain berbuat baik tetapi lupa pada diri sendiri, padahal mereka 

membaca kitab Allah s.w.t. tetapi mereka tidak memperhatikan dan 

mengamalkannya.“

 Qatadah berkata: “Didalam kitab Taurat ada 

tertulis: Hai anak Adam, engkau mengingatkan lain orang dengan 

ajaranKu sedang engkau melupakan Aku, dan mengajak orang kembali kepadaKu sedang engkau lari daripadaKu, maka sia-sia 

perbuatanmu itu.“

 Abu Mu’awiyah Alfazari meriwayatkan 

dengan sanadnya bahawa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang 

bermaksud): “Kamu kini dalam hal yang sangat jelas dari jalan 

Tuhanmu sehingga nampak jelas bagimu dua macam mabuk iaitu 

mabuk penghidupan dan mabuk kebodohan dan kamu kini masih 

menjalankan amar maruf dan nahi mungkar, dan kamu berjuang 

bukan dalam jalan Allah s.w.t. dan orang-orang yang dapat 

menegakkan ajaran kitab dengan sembunyi atau terang-terangan 

sama pahalanya dengan orang-orang dahulu dari sahabat Muhajirin 

dan Anshar.“

 Alhasan berkata Nabi Muhammad s.a.w.

bersabda (yang bermaksud): “Siapa yang lari dari daerah kelain 

daerah untuk mempertahankan agamanya, walau baru melangkah 

satu jengkal, maka telah pasti (berhak) masuk syurga dan menjadi 

kawan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad s.a.w.“

 (Sebab) Nabi Ibrahim a.s. telah berhijrah dari 

Hiraan ke Syam iaitu yang tersebut didalam ayat yang berbunyi: “Wa 

qaala inni muhajirun ila robbi innahu huwal aziizul hakiem. Yang 

bermaksud: “Dan berkata Ibrahim, sungguh aku akan berhijrah 

kepada Tuhanku, sungguh Dialah yang mulia, jaya dan bijaksana.”

 Dan Ayat yang berbunyi: “Inna dzahibun ila 

robbi sayahdini.” Yang bermaksud: “Sungguh aku akan pergi kepada 

Tuhanku, Dialah yang memberi hadayat dan memimpin aku.”

 Dan Nabi Muhammad s.a.w. telah berhijrah 

dari Mekkah ke Madinah, maka siapa didaerah yang penuh maksiat 

lalu ia keluar daripadanya kerana mengharapkan keridhaan Allah 

s.w.t., maka telah mengikuti jejak Nabi Ibrahim a.s. danNabi 

Muhammad s.a.w., maka insyaallah akan menjadi kawan keduanya 

disyurga.

 Firman Allah s.w.t. yang berbunyi: “Waman 

yakhruj min baitihi muhajiran illalahi warasulihi tsumma yudrikhul 

mautu faqad waqa’a ajrunu alallah wakaanallahu ghafura rahima.” 

Yang bermaksud: “Dan siapa yang keluar dari rumahnya berhijrah 

kepada Allah dan Rasulullah kerana taat kepada Allah dan Rasulullah 

kemuadian mati, maka pahalanya telah dijamin oleh Allah, dan Allah 

itu maha pengampun lagi penyayang.“

 Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang 

bermaksud): “Tiap-tiap muslim yang keluar dari rumahnya berhijrah 

menuju taat dan keridhoaan Allah s.w.t. dan Rasul-Nya, lalu  meletakkan kakinya diatas kenderaannya walau baru berjalan 

selangkah kemudian mati, maka Allah s.w.t. akan memberi pahala 

orang-orang yang berhijrah. Dan tiap-tiap orang muslim keluar dari 

rumahnya untuk berperang jihad fisabilillah, mendadak terinjak oleh 

kenderaannya atau tergigit oleh binatang berbisa sebelum perang 

atau mati bagaimanapun keadaannya, maka ia mati syahid. Dan tiap 

orang muslim yang keluar dari rumahnya menuju ke Baitillahil Haram 

(berbuat haji) kemudian mati sebelum sampai, maka Allah s.w.t. akan 

mewajibkan baginya syurga.” 

 Abul-Laits berkata: “Dan siapa tidak hijrah 

dari daerahnya sedang ia sanggup menunaikan ibadat kepada Allah 

s.w.t., maka tidak apa-apa asalkan ia membenci pada maksiat yang 

terjadi disekitarnya, maka ia dimaafkan.” Abdullah bin Mas’ud r.a. 

berkata: “Cukup bagi seorang yang melihat mungkar dan ia tidak 

dapat merubahnya, asalkan Allah s.w.t. mengetahui dalam hatinya 

bahawa ia tidak suka pada mungkar itu.”

 Sebahagian sahabat r.a. berkata: “Jika 

seorang melihat mungkar dan tidak dapat mencegahnya, maka 

hendaklah dia membaca: Allahuma inna hadzaa munkaran fala tu’aa 

khidzni bihi. Yang bermaksud: Ya Allah, maka jangan menuntut aku 

dengan adanya mengkar. (Sebanyak 3 kali) Maka jika membaca 

yang demikian ia mendapat pahala seperti orang amar maruf dan 

nahi mungkar.

 Umar bin Jabir Allakhmi dari Abu Umayyah 

berkata: “Saya tanya pada Abu Tsa’labah Alkhusyani r.a. tentang ayat 

yang berbunyi: “Ya ayyuhai ladzina aamanu anfusakum laa 

yadhurrukum man dholla idzah tadaitum.” Yang bermaksud: “Hai 

orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tidak apa-apa bagimu 

kesesatan orang yang sesat bila kamu telah mendapat hidayat dan 

berlaku baik.” Jawab Abu Tsa’labah: “Engkau telah tanya pada 

orang-orang yang benar mengetahui, saya telah tanya kepada 

Rasulullah s.a.w. makaNabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang 

bermaksud): “Hai Abu Tsa’labah, laksanakan amar maruf dan nahi 

mungkar, maka apabila engkau telah melihat dunia sudah 

diutamakan dari lain-lainnya, dan orang yang kikir telah diikuti orang, 

dan tiap orang sombong dan berbangga dengan pendapatnya 

sendiri, maka jagalah dirimu, sebab dibelakangmu adalah saat 

kesabaran dan ketahanan dan bagi orang yang kuat 

mempertahankan sebagaimana yang kamu lakukan sekarang ini 

akan mendapat pahala sama dengan lima puluh orang.” Sahabat 

bertanya: “Sama dengan lima puluh orang dari kami atau dari  mereka?” Jawab Rasullullah s.a.w.: “Sama dengan lima puluh orang

dari kamu.”

 Qais bin Abi Hazim berkata: “Saya telah

mendengar Abu Bakar Assiddiq r.a. berkata: “Kamu membaca ayat

ini (yang berbunyi): “Ya ayyuhallazlina amanu alaikum anfusakum ia

yadhurrukum man dholla idzah tadaitum, ilallahi marji’ukum kami’an.”

Yang bermaksud: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu,

tidak bahaya bagimu kesesatan orang-orang yang sesat jika kamu

sendiri mengikuti petunjuk, kepada Allah kamu semua akan kembali.”

Dan saya telah mendengar Nabi Muhammad s.a.w. bersabda (yang

bermaksud): “Tiada satu kaum yang memaharajalela

ditengah-tengah mereka perbuatan maksiat kemudian tiada yang

berusaha merubahnya dan mencegahnya melainkan telah hampir

tiba pada mereka siksa umum merata dari Allah s.w.t.” dan kamu

letakkan tidak pada tempatnya.

 Ibn Mas’ud r.a. ketika ditanya mengenai ayat

ini, ia menjawab: “Bukan masanya tetapi itu berlaku bila hawa nafsu

telah mengusai dan merata dan orang-orang suka berdebat, maka

tiap orang harus menjaga keselamatan dirinya, maka pada saat itulah

tiba masanya.(Tafsirannya)