Kabar Bahagia, Mereka Telah Menyebrang

Gege Pagera • 1 Juli 2020
di grup Amanah Astra
Ilustrasi

Donatur yang berbahagia, mudah-mudahan kabar ini menambah kebahagiaan anda. Kabar ini khusus untuk anda, karena berkat andalah senyum mereka tambah merekah.

Kabar ini dari mereka yang muda dan berprestasi, dari sembilan remaja Tunas Unggul Lazis yang baru saja menyebrang ke jenjang Perguruan Tinggi. Ini teramat istimewa, karena mereka berhasil diterima di Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Padjajaran, Polman Astra bahkan sampai nun jauh sana, ke Jepang. Alhamdulillah, tangan-tangan yang dulu gemetaran memegang pena itu, kini mulai merasakan toga di kepalanya.

Coba simak kegembiraan Pa Rohman, tergopoh-gopoh dia datang ke kantor Lazis, lelaki sepuh pensiunan Toyota itu terlihat sumringah. "Anak saya mendapat kursus mekanik gratis Pa, tiga tahun, di Jepang," tuturnya. Muhammad Ridwan Saputra (Ridwan) anaknya adalah penerima Beasiswa Amaliah Astra.

Tiga tahun lalu, Pa Rohman mendatangi Konter Zakat di Masjid Astra, dengan rona sedih dia menceritakan bahwa anaknya yang diterima di sebuah STM, justru membuatnya bingung, tak lain karena masalah keuangan. Pa Riza Deliansyah, ketua Lazis yang saat itu sedang di konter, kontan memerintahkan untuk ditindak lanjut, dan memang Pa Rohman layak dibantu.

Lain cerita dengan Anisya, penerima beasiswa binaan PT TAFS asal Ciseeng, Bogor. Annisa lolos melalui jalur SMPTN Undangan Universitas Indonesia, kelulusannya adalah yang pertama di keluarga besarnya, "keluarga sempat kaget, namun akhirnya gembira, apalagi ketika saya terpilih juga untuk mendapat Beasiswa Bidik Misi," jelasnya.

Sambutan tentang kelulusan Hesti Yuliatman, penerima beasiswa binaan PT DIC Astra Chemicals, yang diterima di Universitas Padjajaran, justru agak lain. Ayahnya hanya berkata "ooh" dan tidak berekspresi. "Ayah saya mungkin langsung kepikiran biayanya," kata Hesti.

Kisah mengharukan berikutnya, tertulis dari perjuangan gadis remaja asal kaki gunung Merapi, Jogjakarta. Dua tahun lalu, mungkin cita-cita Nur Endraningsih ikut kandas bersamaan dengan luluh lantaknya SMK 1 Salam, namun dia bisa terus belajar karena Grup Astra membantu merenovasi sekolahnya. Ketika mendaftar test di Polman, Nur sebenarnya berat hati, betapa saat itu ayahnya sedang tergolek sakit, tekad kuat membuatnya melangkah ke Jakarta. Psikotest dan interview Polman dapat dilalui Nur dengan baik, cobaan berat justru datang menjelang test kesehatan, keluarganya di kampung mengabarkan ayahnya meninggal dunia, pun begitu keluarganya keukeuh menyuruh Nur tetap di Jakarta untuk melanjutkan test. Dan akhirnya Selasa (17/7) itu, di kator Lazis, kami menyaksikan tangis sedih Nur berbaur dengan kegembiraannya karena dinyatakan lulus di Polman.

Tunas Unggul adalah program akselerasi Lazis untuk mempercepat perubahan dari mustahik menjadi muzakki. Meskipun dengan latar belakang keluarga kurang mampu, mereka sanggup berprestasi di sekolahnya. Kami sadar, di penghujung akhir sekolah, pelajar dari kalangan kurang mampu seringkali bertemu “jembatan putus”, langkahnya terhenti lantaran tiada pijakan menyeberang, dan program Tunas Unggul laksana jembatan kecil menuju cita-cita mereka.

Donatur yang dermawan, semoga anda terus bersama kami. Bersama sampai melihatnya tersenyum dengan toga wisuda di kepalanya. (GGM | 2012)

Files