Sustainability Masjid atau Masjid yang berkelanjutan dapat diartikan sebagai siapnya kapasitas individu, komunitas, dan sistem masjid untuk mitigasi, adaptasi, bersiap, bertahan, dan menjadi lebih kuat menghadapi berbagai jenis bencana alam. Ada tiga hal yang menunjukkan bahwa masjid itu berkelanjutan, yaitu masjid SIAP, masjid SUCI dan masjid TERHUBUNG.

-Masjid SIAP adalah masjid yang siap dan mampu mengurangi dampak dalam menghadapi risiko bencana dan dampak perubahan iklim

-Masjid SUCI adalah masjid yang menjamin akses air bersih, tata kelola sampah, dan air limbah yang berkelanjutan.

-Masjid TERHUBUNG maksudnya masjid yang saling terhubung dalam konektivitas dan jejaring dai, jemaah, serta masyarakat umum.

 (Dr. H. Hayu S. Prabowo, Ketua Departemen Hubungan Antar Lembaga & Hubungan Luar Negeri, DMI).

Bangunan masjid secara umum berfungsi sebagai pusat pengaturan umat (ri’ayatul ummah) baik yang bersifat penghambaan pada Allah, ataupun hubungan (mu’amalah) antar manusia (Dewan Masjid Indonesia 2019). Astra memiliki lebih dari 200 anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia tentu saja dengan masjid atau mushala didalamnyaJumlah tersebut merupakan angka yang cukup seandainya setiap masjid dapat memberikan kontribusi pada usaha konservasi lingkungan dengan menerapkan konsep masjid berkelanjutan. Keberhasilan menciptakan kehidupan yang ramah lingkungan merupakan penjelmaan dari hati bersih dan pikiran jernih umat beragama dan merupakan titik-tolak upaya menciptakan negeri yang asri, nyaman, aman sentosa: baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghafur.

Lalu apa yang bisa dilakukan sebagai Langkah awal menuju Sustainability Masjid tersebut ?

Apakah harus langsung pasang sollar cel sebagai sumber energi?

Apakah harus menggunakan instalasi penen air hujan sebagai sumber air wudhu?

Lingkungan merupakan karunia Allah SwtKualitas lingkungan hidup sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan umat manusia. Karena itu, tanggungjawab menjaga dan melestarikan lingkungan hidup menyatu dengan tanggungjawab manusia sebagai makhluk Allah yang bertugas memakmurkan bumi.

Lingkungan hidup diciptakan Allah sebagai karunia bagi umat manusia, Ironinya manusia kurang mampu mengemban amanat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan tersebut. Pencemaran lingkungan terutama yang diakibatkan oleh sampah plastik sudah sangat memperihatinkan. Indonesia menghasilkan sekitar 130.000 ton sampah plastik setiap hari. Hanya setengahnya yang dibuang dan dikelola di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sisanya dibakar secara ilegal atau dibuang ke sungai dan laut yang merusak ekosistem. Ketika sampah mikroplastik berubah menjadi nanoplastik dan kemudian dimakan ikan dan seterusnya dikonsumsi manusia, limbah plastik telah menjadi ancaman nyata bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Hal ini menandakan bahwa persoalan kelestarian lingkungan bukanlah persoalan individu, melainkan sudah menjadi persoalan umum.  Al-Quran telah menggambarkan kerusakan yang terjadi di dunia diakibatkan ulah manusia sendiri.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar (QS. ar-Rum: 41)

Melihat kondisi ancaman bahaya sampah plastik, Islam sebagai agama Rahmatan lil ‘Alamin (menjadi rahmat bagi seluruh alam) tidak boleh diam. Islam harus bisa ikut hadir dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan bersih serta lestari demi terwujudnya kemaslahatan umat.

Respon yang demikian itu merupakan salah satu bentuk kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial yang diperintahkan agama. Sampah plastik menjadi ancaman (madharat) besar terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan hidup harus dihilangkan. Ajaran Islam sangat menganjurkan untuk menghilangkan hal-hal yang membahayakan. Nabi Muhammad SAW menegaskan:

“Tidak (diperbolehkan) menyengsarakan diri sendiri dan menimbulkan kesengsaraan terhadap orang lain.” (HR. Ibnu Majah).

Hampir setiap hari dijadwalkan kajian yang dihadiri oleh jamaah berjumlah lebih dari 200 jamaah. Masjid menyediakan air mineral kemasan untuk semua jamaah. Sudah terbayang berapa banyak sampah yang harus dikelola setelah kajian. Mari kita mengambil langkah bukan bagaimana mengelola sampah yang dihasilkan, namun kita harus melakukan langkah memutus dari sumber sampah tersebut, yakni dengan meniadakan air mineral kemasan dan menggantinya dengan menyiapkan sumber – sumber air minum dan mewajibkan jamaah peserta kajian membawa botol minumnya masing – masing.

Melalu tindakan sederhana ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran jamaah terkait amalan yang konsisten dan terus menerus mengungguli amalan yang tidak rutin meskipun jumlahnya banyak

Di antara keunggulan suatu amalan dari amalan lainnya adalah amalan yang rutin (kontinu) dilakukan. Amalan yang kontinuwalaupun sedikit- itu akan mengungguli amalan yang tidak rutinmeskipun jumlahnya banyak-. Amalan inilah yang lebih dicintai oleh Allah Ta’alaDi antara dasar dari hal ini adalah dalil-dalil berikut.

Dari ’Aisyahradhiyallahuanha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda :

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.

Alqomah pernah bertanya pada Ummul MukmininAisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahualaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab :

لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ

Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahualaihi wa sallam lakukan.”

Kotak amal khusus untuk peserta kajian yang ingin beramal botol minum