8 Mukjizat Rasulullaah

Sutrisno Tnoz • 19 April 2023

_Risalah Harian Ramadhan ke-28_

8 Mukjizat Rasulullah
Oleh: Junaedi Putra, S. Pd. S. Ag

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam adalah Rasul terakhir yang juga menghadapi penentangan dalam dakwahnya. Tak jarang Allah menganugrahkan mukjizat kpd Rasulullah untuk membantu dakwah beliau menghadapi penentangan musuh Allah dan menunjukkan kemahakuasaan Allah. Hari ini kita akan bahas tentang 8 mukjizat Rasulullah yg paling agung. 

*1. Al Qur’anul ‘azhim*

Bentuk kemukjizatan AL Qur’an meliputi:

1. Al-I`jazul Balag`i, yaitu kemukjizatan dari segi keindahan sastra atau balaghah. 

2.  Al-I`jazut Tasyrii`, yaitu kemukjizatan dari segi pensyariatan hukum pada saat penetapan hukum-hukum tersebut. Hukum yang adil, sempurna, dan konferhensif.

3. Al-I`jazul I`lmi, yaitu kemukjizatan dari segi ilmu pengetahuan. Benar dan sesuai perkembangan zaman, dan bisa menjawab semua masalah kontemporer.

4. Al-I`jazul A'dadi, yaitu kemukjizatan dari segi matematis/statistik.

5. Isinya mencakup hal-hal gaib yang sudah terjadi dan yang belum terjadi. Mengungkap isi hati orang kafir dan munafiq, mengungkap makar mereka dan membalasnya.

6. Isi kandungan Al-Qur’an terbebas dari kontradiksi. 

7. Aspek penjagaannya yang sempurna dengan cara dihafal, ditulis, dijelaskan tafsirnya dalam kitab tafsir, dikeluarkan hukumnya dalam kitab fiqh, dan dikeluarkan ilmu ilmu tentangnya dalam bentuk ulumul Qur’an. 

8. Aspek pembuktian. Tantangan yang tidak bisa dijawab sampai akhir zaman.

*2. Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad.*

Aspek Kemukjizatan dalam Isra’ Mi’raj:
1. Jarak Horizontal dalam Isra’
2. Jarak vertikal dalam Mi’raj’
3. Pembelahan dada
4. Buroq. Kendaraan yang luar biasa.
5. Ketidakmampuan malaikat yg hanya mampu dilakukan Rasulullah.
6. Rasulullah menyebutkan kondisi Masjidil Aqsha dihadapan kafir Quraisy.
7. Pertemuan dengan para Nabi yg menunjukkan wihdaturrisalah
8. Para Nabi dan Rasul selalu menghendaki kemudahan untuk ummatnya.

*3. Terbelahnya Bulan*
suatu saat penduduk Makkah meminta suatu mukjizat sebagai bukti kenabiannya,
   عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ االلهُ عَنْهُ، قَالَ: سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً «فَأَرَاهُمُ انْشِقَاقَ القَمَرِ»   
Dari Anas, ia berkata: ‘Penduduk Makkah meminta Nabi agar menunjukkan suatu bukti kenabian pada mereka, maka Nabi Muhammad menunjukkan terbelahnnya bulan’” (HR  Bukhari).   

Terbelahnya bulan tersebut terlihat jelas sekali oleh para penduduk saat itu sebab terlihat jelas menjadi dua bagian yang terpisah,
   عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: انْشَقَّ القَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِرْقَتَيْنِ، فِرْقَةً فَوْقَ الجَبَلِ، وَفِرْقَةً دُونَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اشْهَدُوا»   
Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Bulan terbelah di masa Rasulullah ﷺ menjadi dua bagian. Satu bagian [terlihat] ada di atas puncak gunung dan satu bagian lagi di bawahnya. Lalu Rasulullah ﷺ berkata: Saksikanlah!” (HR  Bukhari).   

Meski sudah nyata tetap saja orang kafir itu ingkar
   عَنْ عَبْدِ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ، قَالَ: انْشَقَّ الْقَمَرُ بِمَكَّةَ حَتَّى صَارَ فِرْقَتَيْنِ فَقَالَ كُفَّارُ أَهْلِ مَكَّةَ: هَذَا سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ ابْنُ أَبِي كَبْشَةَ انْظُرُوا السُّفَّارَ فَإِنْ كَانُوا رَأَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَقَدْ صَدَقَ وَإِنْ كَانُوا لَمْ يَرَوْا مَا رَأَيْتُمْ فَهُوَ سِحْرٌ سَحَرَكُمْ بِهِ، قَالَ: فَسُئِلَ السُّفَّارُ وَقَدِمُوا مِنْ كُلِّ وَجْهٍ فَقَالُوا: رَأَيْنَاه   “
Dari Abdullah ibn Mas’ud, ia berkata: Bulan telah terbelah di Makkah menjadi dua, maka orang-orang kafir berkata: ‘Ini adalah sihir yang dilakukan oleh putra Abi Kabsyah (Nabi Muhammad) terhadap kalian. Tunggulah para musafir, bila mereka melihat apa yang kalian lihat, maka dia jujur. Bila mereka tak melihatnya, maka ini adalah sihirnya atas kalian’. Kemudian para musafir yang datang dari berbagai penjuru ditanya, mereka menjawab: ‘Kami melihatnya [terbelah]’” (HR  Baihaqi dalam al-I’tiqad).

*4. Segelas susu mengenyangkan banyak orang*

Abu Hurairah adalah shahabat Nabi yang sangat miskin tetapi amat banyak ilmunya dan kuat hafalannya. Dia sering mengalami kelaparan.
Pada suatu hari ketika Abu Hurairah sednag duduk di jalan, Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam melewatinya dan tersenyum melihatnya. Beliau sangat mengerti akan penderitaan Abu Hurairah. Karenanya, berkatalah Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yaa Aba Hirr!” Abu Hurairah menjawab, “Labbaika, yaa Rasulullah (aku datang memenuhi panggilanmu, wahai Rasulullah).” beliau berkata, “Ikutilah aku!”
Maka Abu Hurairah mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ke rumahnya. Kemudian beliau mengizinkannya masuk. Di sana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemukan segelas susu. Beliau bertanya kepada istrinya, “Dari mana susu ini?” Istrinya menjawab, “Dari Fulan, ia menghadiahkannya untukmu.” Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian memanggil Abu Hurairah, “Yaa Aba Hirr!” “Labbaika, yaa Rasulullah,” jawabnya. “Pergilah dan panggil ahlush shuffah.”
Ahlush shuffah adalah sekumpulan sahabat yang tinggal di masjid Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam karena tidak punya harta dan keluarga (di kota Madinah, red.). Abu Hurairah merasa berhak mendapat seteguk lebih dahulu agar kekuatannya yang hilang bisa kembali. Nanti, jika ahlush shuffah datang, tentu Abu Hurairah yang akan melayani mreka. Ia khawatir jika tidak kebagian.
Namun Abu Hurairah tidak mau menentang perintah Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Abu Hurairah segera memanggil ahlush shuffah. Mereka pun datang ke rumah Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Abu Hurairah, “Yaa Aba Hirr!” “Labbaika, yaa Rasulullah.” “Terimalah ini dan bagikan kepada mereka!” Maka Abu Hurairah memberikan gelas berisi susu itu kepada orang pertama. Orang itu meminumnnya sampai puas.
Kemudian gelas tersebut dikembalikan kepada Abu Hurairah. Lalu diberikan lagi kepada orang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga semua merasa puas. Sungguh menakjubkan! Gelas itu pun diterima kembali oleh Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian tersenyum kepada Abu Hurairah dan berkata, “Yaa Aba Hirr!” “Labbaika, yaa Rasulullah.” Sekarang tinggal aku dan kamu.” “Benar, wahai Rasulllah.” “Duduklah dan minum!”
Maka Abu Hurairah duduk dan minum.  Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam terus memerintahkannya minum sampai Abu Hurairah berkata, “Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, sudah tidak ada tempat lagi dalam perutku.” Kemudian  Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beirkan kepadaku gelas itu.” Beliau memuji Allah dan bersyukur lalu membaca, “Bismillah,” dan meminum sisa susu itu. (HR. Bukhari, no. 6087)

*5. Makanan sedikit cukup untuk orang banyak*

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat lemas karena menahan lapar. Abu Thalhah yang mendengar hal itu akhirnya menemui istrinya. Abu Thalhah dan istrinya berniat mengundang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk makan.
Singkat cerita, Abu Thalhah dan istrinya hanya memiliki makanan yang sedikit. Namun ternyata Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak banyak sahabat untuk ikut makan ke rumah Abu Thalhah. Abu Thalhah menjadi cemas; makanan sedikit apakah cukup untuk menjamu tamu sebanyak itu?
Akhirnya, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam dan shahabat-shahabatnya tiba di rumah Abu Thalhah. Sebelum acara makan dimulai, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan makanan yang dihidangkan. Setelah itu para tamu diminta makan bergantian. Yang pertama makan adalah 10 sahabat. Lalu, 10 sahabat berikutnya, kemudian 10 sahabat berikutnya, dan seteruny.
Akhirnya semua sahabat yang datang itu makan sampai kenyang, sedangkan jumlah mereka waktu itu 70 atau 80 orang. Setelah itu, barulah Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarga Tholhah makan hingga kenyang pula. (HR. Bukhari dan Muslim)

*6. Rasulullah punya mukjizat yg lebih dahsyat dari Nabi Isa yg menghidupkan mayat dengan Izin Allah.*

Hidupnya kerikil untuk bertasbih di tangan mulia beliau. Tentu saja hidupnya kerikil lebih hebat dari hidup kembalinya manusia yang baru mati. Kisah hidupnya kerikil ini disebutkan dalam hadits berikut:
   عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ قَالَ: «إِنِّي لَشَاهِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَلْقَةٍ، وَفِي يَدِهِ حَصًى، فَسَبَّحْنَ فِي يَدِهِ، وَفِينَا أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ، فسَمِعَ تَسْبِيحَهُنَّ مَنْ فِي الْحَلْقَةِ،   
Dari Abu Dzar r.a. berkata: “Sesungguhnya aku menyaksikan Rasulullah ﷺ di dalam sebuah halaqah; di tangan beliau ada batu kerikil, lalu batu kerikil itu bertasbih di telapak tangannya. Bersama kami ada Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali—semoga Allah merahmati semuanya—maka orang-orang yang berada dalam halaqah semua mendengar tasbih batu-batu tersebut” (HR Thabrani).   
Hidupnya pohon demi merespons perintah beliau. Diceritakan bahwa suatu hari Rasulullah memerintahkan sebuah pohon untuk merapat dengan pohon lain hingga menjadi satir bagi beliau yang sedang menunaikan hajatnya. Ini juga lebih hebat dari sekadar hidupnya manusia yang baru mati. Kisah ini diceritakan dalam hadits berikut: 
  عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ تَبَاعَدَ حَتَّى لَا يَرَاهُ أَحَدٌ، فَنَزَلْنَا مَنْزِلًا بِفَلَاةٍ مِنَ الْأَرْضِ لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ وَلَا شَجَرٌ، فَقَالَ لِي: «يَا جَابِرُ، خُذِ الْإِدَاوَةَ وَانْطَلِقْ بِنَا» ، فَمَلَأْتُ الْإِدَاوَةَ مَاءً، فَانْطَلَقْنَا فَمَشَيْنَا حَتَّى لَا نَكَادُ نُرَى، فَإِذَا شَجَرَتَانِ بَيْنَهُمَا أَذْرُعٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَا جَابِرُ، انْطَلِقْ فَقُلْ لِهَذِهِ الشَّجَرَةِ: يَقُولُ لَكِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْحَقِي بِصَاحِبَتِكِ حَتَّى أَجْلِسَ خَلْفَكُمَا "، فَفَعَلْتُ، فَرَجَعَتْ حَتَّى لَحِقَتْ بِصَاحِبَتِهَا   
Dari Jabir, ia berkata: Kami keluar Bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan panjang. Rasulullah ketika hendak buang air, beliau menjauh hingga tak dilihat siapa pun. Kemudian kami sampai di suatu tempat di tanah yang luas yang tak punya bukit atau pohon, maka beliau berkata padaku: “Wahai Jabir, ambillah kantong air dan pergilah bersamaku” Lalu aku memenuhi kantong itu dengan air kemudian kami berangkat hingga tak terlihat. Ternyata ada dua pohon yang berjarak beberapa hasta, maka Rasulullah berkata padaku: “Wahai Jabir, pergilah dan katakan pada pohon itu, Rasulullah berkata padamu “bertemulah kamu dengan kawanmu itu hingga aku bisa duduk di belakang kalian” Kemudian pohon itu melakukannya hingga ia bertemu dengan pohon lainnya” (HR Baihaqi dalam Dalâ’il an-Nubuwwah).   
Merintihnya pelepah kurma karena merindukan beliau. Sewaktu belum ada mimbar di Masjid Nabawi, Nabi Muhammad ﷺ berkhutbah dengan bersandar pada sebatang pelepah kurma. Ketika suatu saat dibuatkan mimbar sebagai tempat khutbah, maka pelepah kurma itu hidup dan menangis. Kisah ini diceritakan dalam hadits berikut:
   عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ إِلَى جِذْعٍ، فَلَمَّا اتَّخَذَ المِنْبَرَ تَحَوَّلَ إِلَيْهِ فَحَنَّ الجِذْعُ فَأَتَاهُ فَمَسَحَ يَدَهُ عَلَيْهِ   “
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi ﷺ berkhutbah [dengan bersandar] pada pelepah kurma. Maka ketika dibuatkan mimbar,beliau berpindah memakai mimbar tersebut sehingga pelepah pohon kurma itu merintih, kemudian nabi mendatanginya dan mengusapkan tangan kepadanya” (HR Bukhari)   
Tangisan pelepah pohon kurma tersebut didengar oleh seluruh sahabat yang hadir di masjid saat khutbah jumat tersebut terjadi. Menurut kesaksian mereka, tangisannya seperti suara unta yang mau beranak. Disebutkan dalam hadits,
   فَسَمِعْنَا لِذَلِكَ الجِذْعِ صَوْتًا كَصَوْتِ العِشَارِ، حَتَّى جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهَا فَسَكَنَتْ   “
Kami mendengar suara dari batang kayu tersebut bagaikan suara unta yang hampir beranak lalu Nabi ﷺ datang menghampirinya kemudian meletakkan tangan beliau pada batang kayu tersebut hingga akhirnya batang kayu itu terdiam” (HR Bukhari).  
 Adapun menghidupkan kembali yang sudah mati, tidak terjadi di tangan Nabi Muhammad ﷺ sendiri tetapi justru terjadi di tangan salah satu umatnya seperti dituturkan oleh Imam Baihaqi berikut: 
  عَنْ أَبِي سَبْرَةَ النَّخَعِيِّ، قَالَ: " أَقْبَلَ رَجُلٌ مِنَ الْيَمَنِ فَلَمَّا كَانَ فِي بَعْضِ الطَّرِيقِ نَفَقَ حِمَارُهُ، فَقَامَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: اللهُمَّ إِنِّي جِئْتُ مِنَ الدَّثَنِيَّةِ مُجَاهِدًا فِي سَبِيلِكَ وَابْتِغَاءِ مَرْضَاتِكَ، وَأَنَا أَشْهَدُ أَنَّكَ تُحْيِي الْمَوْتَى، وَتَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ، لَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ عَلَيَّ الْيَوْمَ مِنَّةً، أَطْلُبُ إِلَيْكَ أَنْ تَبْعَثَ لِي حِمَارِي، فَقَامَ الْحِمَارُ يَنْفُضُ أُذُنَيْهِ “ هَذَا إِسْنَادٌ صَحِيحٌ، وَمَثَلُ هَذَا يَكُونُ كَرَامَةً لِصَاحِبِ الشَّرِيعَةِ حَيْثُ يَكُونُ فِي أُمَّتِهِ مِثْلُ هَذَا   “
Dari Abi Sabrah, ia berkata: Seorang laki-laki dari Yaman bepergian ketika sampai di suatu jalan, himarnya mati. Kemudian ia bangun, berwudhu lalu shalat dua rakaat dan berdoa: "Ya Allah, aku datang dari Datsaniyah dalam rangka berjihad di jalanmu dan mencari ridhamu. Aku bersaksi engkau dapat menghidupkan yang mati dan membangkitkan orang dari kuburnya. Janganlah engkau jadikan keadaanku sebagai anugerah bagi musuhku hari ini, aku memohon padamu agar menghidupkan kembali himarku. Lalu himar itu bangkit kembali dan menggerakkan kedua telinganya.” (HR Baihaqi dalam Dalâ’il an-Nubuwwah).

*7. Lebih Dahsyat dari Mukjizatnya Nabi Musa.*

Di antara mukjizat Nabi Musa alaihissalam adalah memancarnya mata air secara ajaib dari batu yang ia pukul dengan tongkatnya. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an dalam Surat al-Baqarah ayat 60 sebagai berikut:
   وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا   
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu!’ Lalu memancarlah darinya dua belas mata air.” 

Mukjizat yang persis seperti ini tidak pernah terjadi di masa Rasulullah Muhammad ﷺ tetapi yang lebih hebat justru terjadi beberapa kali, yakni peristiwa memancarnya mata air dari sela jari jemari tangan beliau. Imam al-Baihaqi menceritakan peristiwa memancarnya air dalam jumlah sangat banyak dari tangan beliau pada saat momen perdamaian Hudaibiyah tatkala lebih dari 1000 orang kaum Muslimin berbaiat setia kepada Rasulullah ﷺ. Peristiwa ini diriwayatkan oleh sahabat Jabir. Selengkapnya sebagai berikut:
   سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ أَبِي الْجَعْدِ، قَالَ: قُلْتُ لِجَابِرٍ: كَمْ كُنْتُمْ يَوْمَ الشَّجَرَةِ؟ قَالَ: كُنَّا أَلْفًا وَخَمْسَمِائَةٍ، وَذَكَرَ عَطَشًا أَصَابَهُمْ قَالَ: فَأُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَاءٍ فِي تَوْرٍ فَوَضَعَ يَدَهُ فِيهُ فَجَعَلَ الْمَاءُ يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ كَأَنَّهُ الْعُيُونُ، قَالَ: فَشَرِبْنَا وَوَسِعَنَا وَكَفَانَا قَالَ: قُلْتُ: كَمْ كَنْتُمْ؟ قَالَ لَوْ كُنَّا مِائَةَ أَلْفٍ كَفَانَا، كُنَّا أَلْفًا وَخَمْسَمِائَةٍ   
“Hushain bin Abdirrahman berkata, Aku mendengar Salim bin Abi Al-Ja'd berkata: Aku bertanya kepada Jabir, kalian ada berapa orang di hari Syajarah (Hudaibiyah)? Dia berkata kami berjumlah 1.500 orang. Jabir kemudian bercerita tentang rasa haus yang menimpa mereka semua. Kemudian Rasulullah ﷺ dibawakan air dalam suatu wadah lalu beliau meletakkan tangannya di dalam wadah itu lalu air memancar dari antara jari-jarinya seolah sumber mata air. Jabir berkata: Kemudian kami meminumnya dan itu mencukupi kami semua. Aku bertanya pada Jabir, kalian ada berapa orang? Ia menjawab seandainya kami 100.000 orang, maka akan cukup bagi kami semua tetapi saat itu kami berjumlah 1.500 orang” (al-Baihaqi, al-I’tiqâd, 272-273).   
Kejadian munculnya air ajaib tersebut juga terjadi di lain waktu saat Nabi berada di Madinah. Ibnu Abbas bercerita bahwa saat itu muncul pancaran mata air dari jari-jari tangan beliau sehingga Bilal menyeru orang-orang yang ada saat itu untuk berwudhu dari air tersebut. Di saat Rasulullah dan para sahabat berada di daerah Quba', sahabat Anas menceritakan bahwa peristiwa yang sama juga terjadi sekali lagi sehingga ada kurang lebih 70 sampai 80 orang yang berwudhu memakai air yang memancar dari sela-sela jari beliau yang dimasukkan dalam sebuah wadah air (al-Baihaqi, al-I’tiqâd, 273)

*8. Menyembuhkan para sahabat*

Nabi Isa alaihissalam. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa ia pernah menyembuhkan penyakit buta sejak lahir dan sopak. Al-Quran melansir pernyataannya:
   وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِ الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ   
Artinya: Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah, (QS. Ali Imran: 49).   
Bagaimana dengan Nabi Muhammad ﷺ? Adakah mukjizat beliau yang berupa penyembuhan? Jawabannya, banyak. 

Pertama, menyembuhkan kaki sahabat Abdullah bin Atik yang patah saat menjalankan misi penyerangan.   
Dikisahkan, Abdullah bin Atik bersama beberapa orang lainnya mendapat tugas untuk melakukan penyerangan terhadap Abu Rafi’ (Sallam bin Abi al-Huqaiq), seorang saudagar Yahudi yang menjadi provokator terhadap kaum Quraisy agar memerangi kaum Muslimin di Madinah, sekaligus menjadi penyandang dana perang mereka. Namun, dalam misi tersebut, kaki Abdullah patah. Selengkapnya, kisah ini diceritakan dalam Shahih al-Bukhari:
   حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى دَرَجَةٍ لَهُ، فَوَضَعْتُ رِجْلِي، وَأَنَا أُرَى أَنِّي قَدِ انْتَهَيْتُ إِلَى الأَرْضِ، فَوَقَعْتُ فِي لَيْلَةٍ مُقْمِرَةٍ، فَانْكَسَرَتْ سَاقِي فَعَصَبْتُهَا بِعِمَامَةٍ، ثُمَّ انْطَلَقْتُ حَتَّى جَلَسْتُ عَلَى البَابِ، فَقُلْتُ: لاَ أَخْرُجُ اللَّيْلَةَ حَتَّى أَعْلَمَ: أَقَتَلْتُهُ؟ فَلَمَّا صَاحَ الدِّيكُ قَامَ النَّاعِي عَلَى السُّورِ، فَقَالَ: أَنْعَى أَبَا رَافِعٍ تَاجِرَ أَهْلِ الحِجَازِ، فَانْطَلَقْتُ إِلَى أَصْحَابِي، فَقُلْتُ: النَّجَاءَ، فَقَدْ قَتَلَ اللَّهُ أَبَا رَافِعٍ، فَانْتَهَيْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَدَّثْتُهُ، فَقَالَ: «ابْسُطْ رِجْلَكَ» فَبَسَطْتُ رِجْلِي فَمَسَحَهَا، فَكَأَنَّهَا لَمْ أَشْتَكِهَا قَطُّ   
Artinya: “Saat itu aku sampai di suatu anak tangga hingga kakiku merasa telah menyentuh tanah. Namun, di malam yang bercahaya bulan sangat terang itu aku terjatuh. Kakiku patah. Kemudian aku membalutnya dengan serbanku. Setelah itu, perlahan aku pergi dan duduk di depan pintu gerbang. Aku berkata kepada kawan-kawanku, ‘Aku tidak akan keluar dari benteng ini sampai tahu bila aku benar-benar telah membunuhnya (Abu Rafi).’ Ketika ayam jantan mulai berkokok, seseorang pembawa berita kematian Abu Rafi‘ berdiri dan menyatakan, ‘Aku umumkan bahwa Abu Rafi', saudagar dari Hijaz itu, telah tewas.’ Lalu aku menemui kawan-kawanku dan berkata, ‘Mari kita pergi menyelamatkan diri, karena Allah telah membunuh Abu Rafi’.’ Di hadapan Nabi ﷺ, aku sampaikan hal itu. Beliau bersabda, ‘Bentangkanlah kakimu.’ Lalu aku membentangkannya. Beliau kemudian mengusapnya. Begitu diusap, kakiku sekaan-akan tidak merasakan sakit apa-apa,” (HR. al-Bukhari).   

Kedua, menyembuhkan luka Salamah.
   حَدَّثَنَا المَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدٍ، قَالَ: رَأَيْتُ أَثَرَ ضَرْبَةٍ فِي سَاقِ سَلَمَةَ، فَقُلْتُ يَا أَبَا مُسْلِمٍ، مَا هَذِهِ الضَّرْبَةُ؟ فَقَالَ: هَذِهِ ضَرْبَةٌ أَصَابَتْنِي يَوْمَ خَيْبَرَ، فَقَالَ النَّاسُ: أُصِيبَ سَلَمَةُ، فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «فَنَفَثَ فِيهِ ثَلاَثَ نَفَثَاتٍ، فَمَا اشْتَكَيْتُهَا حَتَّى السَّاعَةِ»   
Artinya: Al-Makki bin Ibrahim telah meriwayatkan kepada kami bahwa Yazid bin Abu ‘Ubaid bercerita, “Aku pernah melihat bekas luka pukulan pedang pada kaki (bagian lutut) Salamah. Aku lalu menanyakannya, ‘Wahai Abu Muslim, luka bekas pukulan apa itu?’ Dia menjawab, ‘Ini luka bekas pukulan yang aku alami pada saat perang Khaibar. Saat itu orang-orang berkata, ‘Salamah terluka,’ maka aku kemudian menemui Nabi ﷺ, dan beliau meludahi lukaku ini sebanyak tiga kali. Setelah itu aku tidak merasakan sakit apa-apa hingga sekarang,” (HR. al-Bukhari). 

Ketiga, menyembuhkan kebutaan dengan doa yang diajarkan Rasulullah
 ﷺ.   عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ، أَنَّ رَجُلًا ضَرِيرًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَنِي، فَقَالَ: «إِنْ شِئْتَ أَخَّرْتُ ذَلِكَ، فَهُوَ أَفْضَلُ لِآخِرَتِكَ، وَإِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ لَكَ» . قَالَ: لَا بَلْ ادْعُ اللَّهَ لِي. " فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ، وَأَنْ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ، وَأَنْ يَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ فَتَقْضِي، وَتُشَفِّعُنِي فِيهِ، وَتُشَفِّعُهُ فِيَّ " قَالَ: فَكَانَ يَقُولُ هَذَا مِرَارًا. ثُمَّ قَالَ بَعْدُ: أَحْسِبُ أَنَّ فِيهَا: أَنْ تُشَفِّعَنِي فِيهِ. قَالَ: فَفَعَلَ الرَّجُلُ، فَبَرَأَ   
Artinya: ‘Utsman bin Hunaif meriwayatkan, ada seorang yang tunanetra datang kepada Nabi ﷺ lantas berkata, “Wahai Nabiyullah, berdoalah kepada Allah agar menyembuhkanku.” Beliau bersabda, “Jika engkau mau, aku akan menangguhkan doaku dan itu lebih utama untuk akhiratmu. Dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu.” Lalu orang itu berkata, “Tidak, berdoalah engkau untukku.” Maka beliau menyuruh orang itu berwudlu dan shalat dua rakaat, lalu membaca doa, “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, aku bertawajjuh kepada-Mu dengan perantaraan nabi-Mu, Muhammad ﷺ, nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya dengan perantaramu aku menghadap kepada tuhanku perihal kebutuhanku ini, dan engkau memohonkan kesembuhan untukku.” Utsman bin Hunaif Radliyallahu'anhu melanjutkan ceritanya, “Lalu orang itu membacakan doa tadi.” Dalam kesempatan lain, orang itu mengatakan, “Seingatku kala itu ada kalimat ‘dengan harapan engkau bisa menolongku melalui doamu,’” Lalu laki-laki itu pun melakukannya dan akhirnya sembuh,” (HR. Ahmad).
 
Keempat, menyembuhkan luka Khubaib bin Adi. 
 أَخْبَرَنِي خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ: ضُرِبَ خُبَيْبٌ، يَعْنِي ابْنَ عَدِيٍّ، يَوْمَ بَدْرٍ، فَمَالَ شِقُّهُ، فَتَفَلَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَأَمَهُ وَرَدَّهُ فَانْطَبَقَ   
“Khubaib bin Abdurrahman bercerita kepadaku bahwa Khubaib bin Adi tertebas pedang pada saat perang Badar hingga tubuhnya miring sebelah. Namun kemudian Rasulullah meludahi lukanya, membungkus, dan mengembalikannya hingga serasi kembali.” (HR. Baihaqi dalam Dalâ’il an-Nubuwwah.)

Kelima, menyembuhkan mata Qatadah yang bergelantungan di pipinya sewaktu perang Badar.
   عَنْ قَتَادَةَ بْنِ النُّعْمَانِ، أَنَّهُ أُصِيبَتْ عَيْنُهُ يَوْمَ بَدْرٍ فَسَالَتْ حَدَقَتُهُ عَلَى وَجْنَتِهِ، فَأَرَادُوا أَنْ يَقْطَعُوهَا، فَسَأَلُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «لَا» ، فَدَعَا بِهِ فَغَمَزَ حَدَقَتَهُ بِرَاحَتِهِ، فَكَانَ لَا يَدْرِي أَيَّ عَيْنَيْهِ أُصِيبَتْ   
Diriwayatkan bahwa Qatadah bin Nu’man matanya terkena senjata pada saat perang Badar hingga bola matanya bergelantungan di pipinya. Semula para sahabat hendak memotongnya. Untungnya, mereka menanyakannya lebih dahulu kepada Rasulullah. Dan beliau pun melarang, “Jangan dipotong.” Kemudian beliau memanggil Qatadah dan mengembalikan bola matanya dengan telapak tangan beliau. Sampai-sampai Qatadah pun tidak tahu mata mana yang sebelumnya terluka [karena sembuh total],” (HR. Baihaqi dalam Dalâ’il an-Nubuwwah).   

Keenam, menyembuhkan mata Abu Dzarr yang terluka pada saat perang Uhud.
   عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: «أُصِيبَتْ عَيْنُ أَبِي ذَرٍّ يَوْمَ أُحُدٍ فَبَزَقَ فِيهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانَتْ أَصَحَّ عَيْنَيْهِ   
Artinya: Abdurrahman bin Harits bin Ubaid meriwayatkan bahwa kakeknya berkata, “Mata Abu Dzarr terluka pada saat perang Uhud. Kemudian Rasulullah ﷺ meludahinya, maka mata yang terluka tadi menjadi mata yang paling sehat,” (HR. Abu Ya’la).  

Wallahu a'lam bisshowwab