Risalah Harian Ramadhan ke-17
Kemarin malam adalah malam nuzulul Qur’an maka pembahasan kita adalah tentang hal mendasar yg wajib kita tahu tentang Al Qur'an yaitu kewajiban Kita.
*8 Kewajiban Kita Terhadap Al Qur’an*
Oleh: Junaedi Putra, S. Pd. S. Ag
Al Qur'an turun 2 tahap.
Tahap pertama sekaligus 30 juz dari Al Fatihah sampai annaas dalam satu waktu yaitu saat Lailatul Qodar, lalu tahap kedua adalah turun secara berangsur sesuai peristiwa yg melatar belakangi turunnya Al Qur'an.
Ibnu Abbas radhiyallahuanhu berkata sebagaimana dikutip imam ath thobari.
أُنزل القرآن جملة واحدة إلى السماء الدنيا ليلة القدرثم أُنزل بعد ذلك في عشرين سنة
Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Qadar, kemudian diturunkan sesudah itu sepanjang 20-an tahun.
Terkait turun yang tahap kedua ini para ulama beda pendapat. Ada yang berpendapat tanggal 17, 18, 19, 24, dll. Namun jika kita melihat 5 ayat pertama turun pada tanggal 17 Ramadhan, dan surat Al Anfal ayat 41 tentang yaumul furqon maka itu terjadi tanggal 17 Ramadhan.
Kita meyakini bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah bukan makhluq. Adapun mushafnya dan tinta tulisannya itu makhluq tp Al Qur'an yg kita baca adalah firman Allah.
Para ulama mendefinisikan Al Qur'an dengan berbagai definisi yg jika dikumpulkan ada 8 point. Al Qur'an adalah:
1. Firman Allah
2. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
3. Melalui perantara.
4. Sebagai mukjizat
5. Sampai kepada kita secara mutawatir.
6. Membacanya bernilai ibadah
7. Berbahasa Arab
8. Dimulai dari Al Fatihah sampai An Naas secara berurutan.
Adapun kewajiban Kita terhadap Al Qur'an adalah:
*1. Beriman*
Ini adalah kewajiban paling mendasar. Mengingkarinya menyebabkan pelakunya terjerumus ke dalam kekafiran.
- Kita beriman bahwa Al Qur'an adalah Firman Allah seluruhnya
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”. (QS. At Taubah: 6)
Kalaupun ada perkataan para Nabi bahkan perkataan orang kafir serta iblis sekalipun maka itu diredaksikan oleh Allah sebagai pelajaran bagi manusia.
- Kita beriman bahwa Allah menjaga Al Qur’an dari intervensi makhluq manapun.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr [15]: 9)
Jaminan ini tidak ada pada kitab lain selain Al Qur'an karena memang kitab lain itu terbatas hanya untuk kaum tertentu di masa Tertentu sementara Al Qur'an berlaku untuk semua manusia (bahkan jin) di semua zaman. Allah menjaga Al-Quran dengan cara yg sempurna:
1. Dihafal oleh jutaan kaum muslimin dari generasi ke generasi. Inilah cara paling gampang membuktikan kebenaran Al-Quran. Logikanya jika Al Qur'an itu pernah diselewengkan maka dipastikan hafalan semua orang di dunia ini berbeda. Tp nyatanya mereka menghafal ayat dan surat yg sama diseluruh dunia.
2. Ditulis. Penulisan Al Qur'an ini dimulai saat Rasulullah masih hidup.
3. Ditulis tafsirnya oleh para ulama di sepanjang zaman. Ada ribuan kitab tafsir bisa kita temukan di sepanjang zaman sebagai fakta historis keotentikan Al Qur'an yg tak pernah berubah. Berbagai metode dan corak dalam tafsir yg beragam dan semakin berkembang sehingga mudah bagi ummat untuk mengambil pelajaran dan hukum dari Al Quran sesuai penafsiran para ulama. Termasuk penulisan ilmu ilmu tentang Al Qur’an yg semakin berkembang dari masa ke masa
4. Ditulis hukum fiqhnya dalam kitab kitab fiqh para ulama sepanjang zaman. Ini juga jadi bukti otentik bahwa Al Qur’an tidak pernah berubah sepanjang zaman.
Penjagaan yg sempurna ini takkan kita temukan di kitab suci lain yg dijaga hanya dengan Ditulis. Akibatnya ada ribuan manuskrip yg seluruhnya berbeda satu dengan yg lain, belum lagi ayat yg bolong bolong dalam kitab suci mereka, belum lagi beragam versi dalam kitab suci mereka di setiap sekte.
- Kita beriman bahwa Al Qur’an adalah petunjuk dan kabar gembira
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS Al-Isra [17]: 9).
- Kita beriman bahwa Al Qur’an seluruh ayat dan ajarannya adalah kasih sayang. Buktinya ayat yg pertama kita baca dalam Al Qur’an adalah
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. Al Fathihah, 1: 1)
Dari sekian banyak asmaul husna, Allah memilih 2 nama yg keduanya memiliki akar kata yg sama yaitu rohmah yang artinya kasih sayang.
Maka seluruh ayat dalam Al Qur’an adalah wujud nyata dari kasih sayang Allah kepada kita.
*2. Tilawah dan Tahsin*
Kewajiban kedua adalah membaca Al Quran dan memperbaiki bacaan kita.
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ »
dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah. shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Begitu luar biasa balasan Allah bagi orang yg membaca Al Quran karena membaca Al Quran walaupun kita belum paham artinya tetap merupakan ibadah. Hal ini takkan kita temukan dalam agama manapun.
Berapa lama sebaiknya kita mengkhatamkan Al Qur'an? Itu juga yg ditanyakan sahabat Rasulullah bernama Abdullah bin Amr bin Ash rodhiyallahu 'anhuma.
Sahabat mulia anak dari sahabat yg mulia
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَالَ « فِى شَهْرٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ « اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ ». قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ. قَالَ « لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِى أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ »
“Wahai Rasulullah dalam berapa hari aku boleh mengkhatamkan Al-Qur’an. Beliau menjawab, “Dalam satu bulan.” ‘Abdullah menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Lantas hal itu dikurangi hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Khatamkanlah dalam waktu seminggu.” ‘Abdullah masih menjawab, “Aku masih lebih kuat dari itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Tidaklah bisa memahami jika ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud no. 1390 dan Ahmad 2: 195. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Saya pernah membaca riwayat lain yg menjelaskan bahwa proses "tawar menawar" ini berurutan mulai dari satu bulan, lalu 20 hari, lalu 15, hari, lalu 10 hari, lalu 7 hari, dan terakhir 3 hari.
Lihatlah betapa sungguh sungguhnya sahabat Rasulullah dalam berinteraksi dengan Al Qur'an. Maka benarkah ucapan Utsman bin Affan "jika orang hatinya bersih maka tidak akan pernah merasa cukup dari membaca Al Quran."
Adapun utsman sendiri berapa lama mengkatamkan Al Qur’an?
Dalam sebuah riwayat dikatakan hanya dalam sekali sholat witir. Bahkan para ulama seperti Imam Syafi'i menghatamkan Al Qur'an dua kali sehari dalam bulan ramadhan. Jadi larangan dalam hadits itu hanya bagi orang yg dikhawatirkan tidak mengerti apa yg dibaca. Tentu mereka membaca Al Quran dengan qiro'ah hadr.
Cara baca Al Qur'an berdasarkan kecepatannya ada 3:
1. Mujawwad. (Cara baca lambat Seperti yg dibaca para qori)
2. Murottal (cara baca sedang Seperti yg dibaca kaum muslimin pada umumnya)
3. Hadr (cara baca cepat tp tetap sesuai tajwid) ini hanya bisa dilakukan oleh penghafal Al Qur'an dan orang yg sangat sering membaca Al Quran
Bagaimana cara kita membaca Al Quran? Dengan memperindah tilawah dg suara kita. Boleh dg irama nahawand, jiharkah, ros, hijaz, bayati, dll. Rasulullah memerintahkan
زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
“Baguskanlah suara bacaan Al Qur’an kalian.” (HR. Abu Daud no. 1468 dan An Nasai no. 1016. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Bahkan mengancam
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ
“Barangsiapa yang tidak memperindah suaranya ketika membaca Al Qur’an, maka ia bukan dari golongan kami.” (HR. Abu Daud no. 1469 dan Ahmad 1: 175. Dari Abu Lubabah Basyir bin ‘Abdul Mundzir radhiyallahu ‘anhu).
Kaum ingkar hadits tidak melaksanakan perintah ini karena mereka tidak mau menerima Hadits Rasulullah.
*3. Mempelajari dan Mengajarkan*
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`ân dan mengajarkannya. [HR Bukhari]
Apa yg harus kita pelajari?
Tafsirnya.
Agar kita tidak keliru dalam memahami maksud dari ayat Al Qur’an.
Haram menafsirkan Al Qur'an hanya dengan logika tanpa ilmu. Boleh bahkan ada tafsir birro'yi (dengan logika) tapi harus dibangun atas kaidah berpikir yg menggunakan akal sehat dan tidak bertentangan dg Al Qur'an.
Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu berkata.
أي أرض تُقلُّني، وأي سماء تُظلُّني، إذا قلت في كتاب الله ما لم أعلم؟
“Bumi mana yang akan membawaku dan langit mana yang akan menaungiku, jika aku berkata tentang Kitabullah sesuatu yang aku tidak tahu?” kutipan ini ada dalam muqoddimah Tafsir Ibnu Katsir.
Penulis pernah menemukan Kutipan serupa yg dinisbatkan kepada Umar.
Setelah belajar dan ilmu kita sudah dianggap cukup, maka kewajiban kita adalah mengajarkan ilmu itu kepada semua orang.
Imam al-Laits rahimahullah menjelaskan sikap Said bin Musayyib (ulama besar Tabi'in)
عن يحيى بن سعيد، عن سعيد بن المسيب، أنه كان لا يتكلم إلا في المعلوم من القرآن.
“Dari Yahya ibn Sa’id, dari Sa’id ibn al-Musayyib, bahwa beliau tidak berbicara apapun sama sekali kecuali tentang sesuatu yang telah diilmui dari al-Qur’an.”
Jadi bukan dilarang bicara, tp jika ingin bicara harus dg ilmu. Maka bagi orang yg banyak ilmu ttg Al Quran wajib menyampaikan kepada seluruh manusia sesuai kadar ilmunya.
Sebaliknya bahkan haram menyembunyikan kebenaran.
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَإِذ أَخَذَ اللَّـهُ ميثـٰقَ الَّذينَ أوتُوا الكِتـٰبَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنّاسِ وَلا تَكتُمونَهُ
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya.” [Surat Ali ‘Imran: 187]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من سُئل عن علم فكتمه أُلجم يوم القيامة بلجام من نار.
“Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dikekang pada hari kiamat dengan tali kekang dari neraka.” [Hadits hasan, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidziy]
*4. Menghafal*
Menjadi penghafal Al Qur’an artinya menjadi orang yg paling dekat dg Allah.
إِنَّ لِلَّهِ أَهْلِينَ مِنْ النَّاسِ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: هُمْ أَهْلُ الْقُرْآنِ؛ أَهْلُ اللَّهِ وَخَاصَّتُهُ
“Sungguh Allah memiliki keluarga yang terdiri dari manusia.”
“Ya Rasulullah, siapakah mereka?” Tanya seorang sahabat.
Rasul menjawab,
“Mereka ialah Ahlul Quran (orang yang membaca, menghafalkan, dan mengamalkan al-Quran). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa bagi Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 215)
Jangan bayangkan disini Allah memiliki keluarga seperti istri, anak, dll. Maksudnya adalah orang yg paling dekat dg Allah. Menjadi penghafal al-Quran artinya menjadi bagian dari penjagaan Allah kpd Al Qur’an.
Allah memuliakan penghafal Al Qur’an
يَجِيءُ الْقُرْآنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ حَلِّهِ، فَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ: يَا رَبِّ زِدْهُ، فَيُلْبَسُ حُلَّةَ الْكَرَامَةِ ثُمَّ يَقُولُ: يَا رَبِّ ارْضَ عَنْهُ، فَيَرْضَى عَنْهُ فَيُقَالُ لَهُ: اقْرَأْ وَارْقَ وَتُزَادُ بِكُلِّ آيَةٍ حَسَنَةً
“Penghafal al-Quran akan datang pada hari Kiamat, kemudian al-Quran berkata,‘Wahai Rabbku, bebaskanlah dia.’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota kehormatan. Al-Quran kembali meminta,‘Wahai Rabbku, tambahkanlah.’ Maka orang itu dipakaikan jubah kehormatan. Kemudian al-Quran memohon lagi,‘Wahai Rabbku, ridhailah dia.’ Maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu,‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat Surga),’ dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR. At-Tirmidzi no. 2915, ia berkata: hadits ini hasan shahih. Dari Abu Hurairah ra)
Bahkan penghafal Al Qur’an ditinggikan derajatnya di surga sesuai dengan ayat terakhir yg ia baca
وَإِنَّ الْقُرْآنَ يَلْقَى صَاحِبَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يَنْشَقُّ عَنْهُ قَبْرُهُ كَالرَّجُلِ الشَّاحِبِ فَيَقُولُ لَهُ: هَلْ تَعْرِفُنِي؟ فَيَقُولُ: مَا أَعْرِفُكَ. فَيَقُولُ لَهُ: هَلْ تَعْرِفُنِي؟ فَيَقُولُ: مَا أَعْرِفُكَ؟ فَيَقُولُ: أَنَا صَاحِبُكَ الْقُرْآنُ الَّذِي أَظْمَأْتُكَ فِي الْهَوَاجِرِ وَأَسْهَرْتُ لَيْلَكَ وَإِنَّ كُلَّ تَاجِرٍ مِنْ وَرَاءِ تِجَارَتِهِ وَإِنَّكَ الْيَوْمَ مِنْ وَرَاءِ كُلِّ تِجَارَةٍ. فَيُعْطَى الْمُلْكَ بِيَمِينِهِ وَالْخُلْدَ بِشِمَالِهِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ وَيُكْسَى وَالِدَاهُ حُلَّتَيْنِ لَا يُقَوَّمُ لَهُمَا أَهْلُ الدُّنْيَا، فَيَقُولَانِ: بِمَ كُسِينَا هَذِهِ؟ فَيُقَالُ: بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ. ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: اقْرَأْ وَاصْعَدْ فِي دَرَجَةِ الْجَنَّةِ وَغُرَفِهَا
“Pada hari Kiamat nanti, al-Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al-Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya,‘Apakah Anda mengenalku?’
Penghafal tadi menjawab,‘Saya tidak mengenalmu.’
Al-Quran berkata,‘Saya adalah kawanmu, al-Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak bisa tidur di malam hari. Setiap pedagang akan memperoleh keuntungan dari dagangannya dan kamu pada hari ini memperoleh keuntungan dari semua dagangan.’
Penghafal al-Quran tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan kekekalan di tangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian yang harganya tidak dapat dibayar oleh penghuni dunia seluruhnya.
Kedua orang tua itu bertanya,‘Kenapa kami diberi pakaian seperti ini?’
Kemudian dijawab,‘Karena anakmu hafal al-Quran.’
Kepada penghafal al-Quran tadi diperintahkan,‘Bacalah dan naiklah ke tingkat-tingkat Surga dan kamar-kamarnya’.” (HR. Ahmad no. 22441. Dari Buraidah al-Aslami )
*5. Tadabbur*
Tadabbur adalah merenungi Al Qur’an dan mengambil pelajaran dibalik ayat yg dibaca.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa[4]: 82).
Pertanyaan dalam ayat ini berfungsi sebagai celaan kpd manusia yg tidak mau mentadabburi ayat Allah.
Bahkan Allah mengatakan bahwa orang yg tak mau mentadabburi Al Qur’an adalah orang yang terkunci hatinya.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 24).
Tentu tadabbur ini memerlukan ilmu. Itulah sebabnya saya letakkan ayat ini setelah belajar Al Qur’an
*6. Mengamalkan*
Pepatah Arab mengatakan
ألعلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
“Ilmu tanpa amal, ibarat pohon tanpa buah.”
Apa guna otak dipenuhi ilmu dan teori jika tak menggerakkan jasad kita untuk mengamalkan ajarannya.
Bahkan ini adalah inti dari interaksi kita dg Al Qur’an.
Allah berfirman
اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ ۗ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kalian mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS. Al-A’raf [7]: 3).
Jangan sampai ketaatan kita kepada manusia menyebabkan kita tidak mengamalkan firman Allah.
*7. Berdakwah kepada Al Qur’an*
Allah berfirman.
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran, 3: 104)
Dakwah sesuai kemampuan kita. Mengajak orang yg belum bisa baca Al Qur’an untuk belajar membaca dg tajwid. Mengajak orang untuk ikut kajian tafsir. Mengajak manusia untuk mengikuti ajaran Al Qur’an. Bahkan sekadar memposting ceramah singkat seorang ustad tanpa dipotong substansinya itu juga termasuk dakwah.
*8. Berjihad Membela Al Qur’an*
Allah berfirman
وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفْسِهِۦٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al Ankabut, 6)
Syaikh Wahbah Azzuhaili menafsirkan ayat diatas dengan
“Dan barangsiapa berusaha meninggikan kalimat Allah , maka sesungguhnya pahala usahanya itu bagi dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan hamba-hambaNya dari golongan manusia, jin dan malaikat. Dia tidak membutuhkan ketaataan mereka.”
Jihad artinya mengerahkan seluruh kemampuan untuk melawan musuh musuh Islam.
Ketika musuh Islam menyerang Al Qur'an dengan tuduhan ini dan itu, maka kaum muslimin wajib bangkit membela Al Qur'an sesuai kemampuannya. Orang awamnya meminta fatwa kepada para ulama, para ulama memberikan fatwa dan penjelasan tentang ayat, para penguasa menangkap semua penista Al Qur'an dan menghukum mereka sehingga tidak ada kitab suci manapun yg dinistakan oleh siapapun.
Para ilmuwan, sejarahwan, fisikawan, ahli biologi, dan siapapun yg ahli dalam bidang ilmu apapun, bangkitlah berkolaborasilah dg para ulama ahli tafsir dan jelaskan ayat Al Qur'an yg bicara ttg iptek, sejarah, dll. Ungkap rahasia di dalamnya, dan jelaskan hikmah hikmahnya sehingga Al Qur'an semakin bisa diketahui rahasia dan hikmahnya serta musuh Islam semakin terbuka kebohongan mereka.
Semoga Allah bantu kita dalam memenuhi semua kewajiban Kita kepada Al Qur'an. Sehingga Al Qur'an bisa menjadi Syafa'at untuk kita di Hari kiamat.
Wallahu a'lam bisshowwab