Risalah Harian Ramadhan ke-10
Risalah ini adalah Risalah terakhir yang membahas tentang ilmu. Islam memuliakan semua yang berkaitan dengan ilmu. Orang yang mempelajarinya menjadi mulia, orang yang mengajarkannya menjadi mulia, dan orang yang memilikinya (ulama) pun menjadi mulia. Semoga keluarga kita bisa menjadi keluarga yang dekat dengan ilmu baik dg mempelajarinya, apalagi mengajarkannya, syukur syukur lagi jika ada salah satu anggota keluarga kita yang menjadi ulama sehingga Allah memuliakan keluarga kita dengannya.
8 Keutamaan Ulama
Oleh: Junaedi Putra, S. Pd. S. Ag.
Jarak antara kita dengan Rasulullah sangat jauh yaitu 14 Abad. Bahkan jarak secara geografis pun begitu jauh. Lalu bagaimana caranya kita menerima Islam di negri kita tercinta?
Tidak lain dan tidak bukan semua itu adalah berkat jasa pengorbanan besar para ulama sehingga Islam bisa sampai ke seluruh dunia . Betapa besar jasa para ulama dalam hidup kita, maka kali ini kita akan membahas tentang Ulama sebagai pribadi yang memiliki ilmu agama yang mumpuni. Agar kita memahami betapa mulianya kedudukan para ulama sehingga kita bisa memuliakan mereka dengan semestinya.
1. Orang Yang Berilmu Akan Allah Angkat Derajatnya
…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ..
“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).
Dengan iman dan ilmunya Allah memuliakan dan mengangkat derajat para ulama di dunia dan akhirat. Satu satunya makhluq yg disebutkan secara jelas bahwa mereka diangkat derajatnya adalah para ulama. Maka harusnya para ulamalah yang kita muliakan dalam masyarakat kita. Kita agungkan fatwanya, kita taati nasihat mereka, dan kita tempatkan mereka di tempat yang mulia.
Bukan malah memuliakan artis apalagi artis yang ahli maksiat dan mencari uang dengan kemaksiatan. Untuk mengundang ulama dari luar kota 2 juta untuk akomodasi tim dakwahnya dianggap terlalu mahal padahal banyak ilmu yang diberikan kpd kita. Sementara untuk artis hanya untuk menyanyi beberapa lagu banyak orang rela untuk mengeluarkan uang sampai ratusan juta rupiah. Sungguh sangat ironis. Bagaimana Allah akan memuliakan kita jika kita lebih memuliakan artis daripada ulama.
Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah riwayat dari Amir bin Watsilah, bahwa Nafi’ bin Abdul Harits pernah bertemu dengan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu di ‘Usfan (nama suatu daerah). Ketika itu Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah.
‘Umar bertanya,”Siapakah yang Engkau tunjuk untuk memimpin penduduk di lembah itu?”
Nafi’ menjawab,”Ibnu Abza.”
‘Umar bertanya,”Siapakah Ibnu Abza itu?”
Nafi’ menjawab, ”Salah seorang bekas budak kami.”
‘Umar kemudian mengatakan,”Apakah Engkau mengangkat seorang bekas budak?”
Nafi’ menjawab,”Sesungguhnya dia pandai memahami kitabullah ‘Azza wa Jalla, dan dia juga ahli ilmu faraidh (ilmu waris).”
‘Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Adapun Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh dia pernah bersabda,
إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat kedudukan sekelompok orang dengan Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian lainnya dengan Kitab ini pula.” (HR. Muslim no. 1934)
Diantara sebab diangkatnya derajat para ulama adalah karena mereka selalu berhubungan dengan ilmu.
لاَ يَشْبَعُ عَالِمٌ مِنْ عِلْمٍ حَتَّى يَكُونَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةُ
“Seorang alim tidak adakan pernah kenyang terhadap ilmu sampai ujungnya adalah surga.” (HR Al-Qudha’i dalam Musnad As-Syihab).
2. Yang Paling Takut Pada Allah Adalah Orang Yang Berilmu
Konsekuensi dari ilmunya, para ulama itu sangat takut kpd Allah.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu). Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 6: 308).
Jadi takut yang dimaksud dalam ayat ini yang diredaksikan dengan "khosy-yah" adalah rasa takut yang lahir dari pemahaman akan keagungan Allah sehingga takut / segan untuk melakukan kesalahan.
Sementara takut dalam arti "khouf" adalah takut akan sesuatu yg tidak kita inginkan seperti neraka, kemuliaan Allah, dll.
Para ulama berkata,
من كان بالله اعرف كان لله اخوف
“Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah”.
3. Allah memuji orang berilmu dengan menyandingkannya setelah Nama Allah dan malaikat.
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).” (QS. Ali ‘Imran [3]: 18)
4. mendapat istighfar dari semua makhluq
صاحب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في البحر
"Segala sesuatu memintakan ampun bagi ahlul ilmi, sampai-sampai ikan di lautan.” (HR. Abu Ya’la)
bahkan Allah dan para makhluqnya bersholawat untuk ahli ilmu.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا، وَحَتَّى الْحُوتَ فِي الْبَحْرِ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ
“Sesungguhnya Allah, malaikat-malaikatNya, sampai semut di sarangnya, dan ikan di lautan bershalawat untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Thabrani)
Sholawatnya Allah kepada makhluq bermakna rohmah/kasih sayang. Sementara sholawat makhluq kpd makhluq lain bermakna doa.
5. Ahlul Ilmi adalah orang yang paling berhak jadi imam.
Idealnya orang yang menjadi pemimpin adalah orang yang berilmu. Musibah besar jika orang bodoh jadi pemimpin.
يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنْ كَانُوا فِى الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِى السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِى الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا
“Yang menjadi pemimpin suatu kaum adalah yang paling faham terhadap kitabullah. Jika masih sama, maka yang paling faham terhadap As-Sunnah. Jika masih sama, maka yang lebih dahulu berhijrah. Jika masih sama, maka yang lebih dahulu masuk Islam.” (HR. Muslim no. 1564)
6. dunia itu terlaknat kecuali orang yg dzikir, beramal, 'alim, dan penuntut ilmu.
Rasulullah bersabda
{ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ }
“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah.)
Laknat bermakna Al bu'du minarrohmah (jauh dari rahmat Allah) dan memang begitulah sifatnya dunia. Jika kita larut dalam urusan dunia maka yg terjadi adalah kita jauh dari rahmat Allah.
Sementara orang yang zikir, taat, alim, dan penuntut ilmu syar’i selalu berada dalam rahmat Allah. Maka hendaklah hidup kita selalu berada dalam salah satu dari kegiatan itu.
Dalam hadits lain Rasulullah menjelaskan celakalah orang yang menjadi budak dunia.
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ
“Celakalah budak dinar (uang emas), celakalah budak dirham (uang perak), celakalah budak khamishah (pakaian yang cantik) dan celakalah budak khamilah (ranjang yang empuk).” (HR. Bukhari)
Karena dunia tidak bisa memberikan. Kegembiraan dan kebahagiaan yang hakiki, tak juga bersifat abadi, tak juga bisa membuat manusia puas.
7. Mukmin yang Alim adalah manusia terbaik
Rasulullah menjelaskan bahwa para ulama adalah manusia terbaik
أَفْضَلُ النَّاسِ المُؤْمِنُ العَالِمُ الذِي إِذَا احْتِيْجَ إليه نَفَعَ، وإن اسْتُغْنِيَ عنه أغْنَى نَفْسَه
“Orang paling utama adalah seorang mukmin alim yang bermanfaat bila dibutuhkan dan mencukupi dirinya bila ‘tidak diperlukan,’” (HR Ibnu Asakir).
Karena mereka selalu memberikan kepada manusia ilmu yg bermanfaat bahkan meski mereka tidak diatas mimbar, kebersamaan dg mereka memberikan kepada kita ilmu yg banyak melewati keteladanan, nasihat, dan kritik mereka atas kesalahan kita.
Orang kafir yg terbaik juga akan menjadi yg terbaik dalam Islam saat mereka masuk Islam jika mereka berilmu.
النَّاسُ مَعَادِنُ كَمَعَادِنِ الْفِضَّةِ وَالذَّهَبِ خِيَارُهُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا
“Manusia itu ibarat logam dari emas dan perak. Orang yang terbaik ketika jahiliyyah akan menjadi yang terbaik ketika Islam, jika mereka berilmu.” (HR. Bukhari no. 3496 dan Muslim no. 6877. Lafadz hadits di atas adalah milik Muslim)
Dalam kehidupan sehari hari kita lihat sangat banyak orang yg masuk Islam justru lebih semangat berislam dan menyebarkan Islam dibanding yg sejak lahir muslim.
لَمَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ
“Kematian satu kabilah lebih ringan daripada kematian seorang alim,” (HR At-Thabarani, Al-Baihaki, Abu Ya’la, dan Ibnu Asakir).
Begitulah perbandingan ulama dengan orang awam.
8. Ulama adalah pewaris para nabi dan orang yang paling dekat dengan Nabi
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا، وَلَكِنْ وَرَّثُوْا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Maka jika ingin mengambil "warisan" ilmu dari Rasulullah maka kita perlu mengambilnya dari para ulama
Bahkan Rasulullah menyamakan para ulama dengan mujahid.
أَقْرَبُ النَّاسِ مِنْ دَرَجَةِ النُّبُوَّةِ أَهْلُ العِلْمِ وَالْجِهَادِ، أَمَّا أَهْلُ الْعِلْمِ فَدَلُّوْا النَّاسَ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُسُلُ وأَمَّا أَهْلُ الجِهَادِ يُجَاهِدُوْنَ بِأَسْيَافِهِمْ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُسُلُ
“Orang paling dekat dengan derajat kenabian adalah ulama dan pejuang. Ulama memberikan petunjuk kepada manusia atas ajaran yang dibawa para rasul. Sedangkan pejuang berjihad dengan senjata mereka atas ajaran yang dibawa para rasul,” (HR Ad-Dailami).
Bahkan tinta ulama jauh lebih berat daripada darah para syuhada, sebuah perumpamaan yg menunjukkan besarnya manfaat ilmu ulama.
يُوْزَنُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِدَادُ العُلَمَاءِ بِدَمِ الشُّهَدَاءِ
“Pada hari kiamat tinta (karya tulis) ulama ditimbang bersama tetesan darah syuhada. (Hasilnya lebih berat nilai tetsan tinta ulama sebagaimana riwayat lain),” (HR Ibnu Abdil Barr, Ibnun Najjar, Ibnul Jauzi, As-Syairazi, Al-Marhabi, dan Ad-Dailami).
Imam Al ghazali menjelaskan
فأعظم بمرتبة هي تلو النبوة وفوق الشهادة مع ما ورد في فضل الشهادة
Sungguh betapa agungnya level ulama yang mengiringi derajat kanabian dan melampaui derajat syahadah (mati syahid) padahal terdapat hadits yang menjelaskan begitu agungnya keutamaan syahadah (mati syahid). (Syekh al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din, juz.1, hal.6).
Wallahu a'lam bisshowwab