Allah adalah Tuhan yang penuh akan rahmat. Sebagai muslim kita pasti telah banyak melakukan perbuatan dosa, melanggar syariat. Kalau semuanya bukan rahmat Allah tentu kita telah mendapat siksaan langsung. Allah senantiasa menerima taubat hambaNya. Seperti salah satu sifat Allah yang berkali-kali disebutkan dalam Alquran:
إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ – ٣٧
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang (QS. Al-Baqarah: 37)
وَٱللَّهُ يَخۡتَصُّ بِرَحۡمَتِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلۡفَضۡلِ ٱلۡعَظِيمِ – ١٠٥
Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar (QS. Al-Baqarah: 105)
وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٢١٨
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Baqarah: 218)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Alquran yang menunjukkan bahwa ampunan dan rahmat Allah itu luas. Namun untuk mendapatkan rahmat Allah dan petunjukNya kita juga senantiasa terus memohon kepadaNya. Doa memohon rahmat dan petunjuk disebutkan dalam kisah Ashabul Kahfi yang lari dari kejaran raja yang zalim. Kisah tersebut termaktub dalam surat al-Kahfi ayat 10:
إِذۡ أَوَى ٱلۡفِتۡيَةُ إِلَى ٱلۡكَهۡفِ فَقَالُواْ رَبَّنَآ ءَاتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةٗ وَهَيِّئۡ لَنَا مِنۡ أَمۡرِنَا رَشَدٗا ١٠
Artinya: (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”
Dalam Tafsir Al-Quran Al-Adzim karya Ibnu Katsir bahwa ayat ini menerangkan tentang Ashahbul Kahfi (para pemuda yang bersembunyi di gua). Mereka bersembunyi di gua yang berada di dekat gunung karena lari dari kejaran pasukan raja zalim karena mereka menentang untuk melakukan perbuatan syirik dengan mengikuti ajaran mereka. Mereka melarikan diri untuk bersembunyi, lalu mereka memandjatkan doa tersebut. Mereka memohon diberi rahmat dan dilindungi dari mereka. Juga memohon agar diberi petunjuk. Dan Ibnu Katsir menafsiri makna petunjuk ialah petunjuk di akhir urusan mereka. Seperti yang pernah Nabi ucapkan saat berdoa dan disebutkan dalam sebuah hadis,
وَمَا قَضَيْتَ لَنَا مِنْ قَضَاءٍ فَاجْعَلْ عَقِبَتَهُ رَشَدًا
(wahai Tuhanku) apa yang telah Engkau tetapkan kepadaku sebagia takdir, jadikanlah akhirnya sebuah petunjuk.