Mendidik Anak dengan Al Quran

Bang Pitung • 16 Agustus 2021
di grup Masjid Astra

 

??  NGAJI DARI RUMAH - MASJID ASTRA  ??


? Kajian Online Interaktif Untuk Ikhwan & Akhwat
?️ SABTU, 7 Agustus 2021 / 28 Dzulhijjah 1442
? 05.30 WIB - Selesai

? Pemateri :
Ustadz Dr. Didik Hariyanto, MA. حفظه لله تعالى

- Chapter 1 - 


?  MENDIDIK ANAK DENGAN ALQURAN  ?


Kalau kita berbicara tentang agama Islam maka kita akan mendapatkan sejarah emas yang begitu istimewa, yang begitu luar biasa sejak zaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam hingga saat ini.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam meletakkan pondasi kejayaan umat dengan mengajarkan Tauhid selama dakwah dikota Mekah.
Lalu hijrah ke kota Madinah, beliau mulai membangun peradaban dikota Madinah yang dari situ cahaya keislaman kemudian menyebar keseluruh dunia.

Maka tidak heran apabila dalam waktu yang begitu singkat lahir generasi yang luar biasa dari binaan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Pada tahun ke 15 Hijriah dimasa kekhilafahan Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu, umat Islam sudah bisa membuka Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa.
Hanya empat tahun setelah Rasulullah wafat, umat Islam sudah bisa menundukan Masjidil Aqsa.
Lima tahun kemudian pada tahun ke 21 Hijriah, imperium terbesar yaitu Persia juga sudah bisa ditundukan.

Sehingga umat Islam yang saat itu berangkat dari Mekah Madinah (Jazirah Arab), dimana mereka dalam sejarah tidak pernah menguasai dunia, dimana mereka dulu tidak pernah menjadi perhatian. Dengan datangnya Islam mereka menjadi orang-orang yang terhormat dan bisa menyebarkan kedamaian keseluruh pelosok dunia

? Perkataan Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu;
"Kami dulu adalah masyarakat, komunitas yang terhina, lalu kemudian Allah memuliakan kami dengan turunnya agama Islam."

Maka kalau kita mencari kejayaan selain Islam, Allah akan menghinakan kita.
Rumus kita adalah;
"Bagaimana mengembalikan kejayaan Islam yang hanya bisa kita capai dengan jalan yang sama yang sudah ditempuh oleh para pendahulu kita, oleh para salafus shaleh kita. Itulah satu-satunya jalan untuk mengembalikan kejayaan Islam."

Salah satu metode dan ide yang dimunculkan untuk mengembalikan kejayaan umat, adalah bagiamana melahirkan generasi baru yang lebih baik dari kita. Yaitu generasi Quran yang akan menjadikan mereka generasi unggul.


♦️ Kejayaan Islam akan kembali dengan dua hal.

1️⃣  Dengan Alquran dan Sunnah.

? Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

"Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya."
[HR. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm]

Ini azas pertama yang harus kita miliki untuk mengembalikan kejayaan Islam, untuk mencetak generasi baru maka kita harus menguatkan Alquran dan Hadits.

Tapi tidak cukup hanya Alquran dan Hadits, ada tonggak lain yang harus kita siapkan sehingga dua tonggak ini sama-sama menopang, datangnya, tumbuhnya, terciptanya generasi baru, generasi Quran generasi yang unggul.
Yaitu,
"Parenting atau kepengasuhan, atau pendidikan anak."
Kita tidak cukup hanya mengkaji Alquran dan Sunnah, namun mengesampingkan dunia parenting atau kepengasuhan.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam adalah contoh nyata bagaimana pentingnya parenting yang berdasarkan pada Alquran dan hadits.
Tanpa pengasuhan dan pendidikan yang benar bagaimana bisa kita akan melahirkan generasi-generasi baru.

Betapa banyak anak yang lahir dari para dai, guru, kyai, mungkin juga dari orang-orang yang suka ngaji. Tapi generasi yang lahir generasi yang lemah.
Kelemahan yang sangat mendasar dikalangan orang-orang yang berinteraksi dengan Alquran dan Hadits ada kekurangan besar didalam dunia parenting dan kepengasuhan anak.

Para Ustadz, para dai sudah sibuk dengan urusan umat, sibuk diluar rumah. Dirumah waktu untuk anak-anak sangat terbatas, ini tidak bisa lahir anak-anak dengan generasi yang kuat kalau kita tidak perkuat dunia kepengasuhan.

▪️ Untuk lahirnya generasi baru itu maka kita harus;
1.  Menyiapkan kepengasuhan untuk generasi baru.
2.  Memiliki pola dan teori kepengasuhan yang bagus.
Mereka yang tidak memberikan perhatian besar kepada dunia parenting, dunia pengasuhan, dunia pendidikan, maka jangan berharap memiliki harapan di masa depan.
Bagaimana kita bisa punya harapan dimasa depan kalau anak-anak kita, generasi kita, santri-santri kita tidak kita siapkan dengan baik.
3.  Generasi Alquran.
Adalah generasi yang selalu unggul dalam bidang beradapan.
Mereka yang memiliki Alquran sebagai panduannya, mereka akan selalu memiliki keunggulan dibidang budaya, dibidang pendidikan, dibidang peradaban.

2️⃣  Kita akan kaji tentang Quranik Parenting.

Atau metode kepengasuhan parenting yang berdasarkan dan bersumber bahkan bermuara kepada Alquran.
Banyak teori-teori atau metode-metode didalam dunia kepengasuhan dan parenting.
Kita sebagai umat Islam memiliki teori tersendiri yang sangat istimewa dan sangat luar biasa, karena kita memiliki Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

Inilah yang membedakan teori Quranik parenting dengan teori-teori lain termasuk teori barat.
Teori-teori lain mereka banyak berkonsentrasi kepada konsep, tapi apakah konsep itu sudah terbukti, sudah bisa diterapkan, sudah bisa melahirkan generasi yang unggul.
Belum tentu, banyak yang hanya sekedar konsep bahkan yang punya konsep pun tidak bisa menerapkannya, belum bisa membuktikan konsep itu bisa melahirkan generasi unggul.

Quranik parenting memiliki kelebihan bahwa dia sudah terbukti secara nyata dalam diri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, yang bisa melahirkan generasi-generasi unggul, seperti Abdullah Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu.
Abdullah Ibnu Mas'ud termasuk kedalam golongan para sahabat yang lemah, dari sisi ekonomi, fisik. Bahkan ketika beliau naik keatas pohon kurma, lalu datang hembusan angin sehingga sarungnya tersingkap, para sahabat menertawakan kaki dan betis beliau yang sangat kecil dan sangat kurus.

? Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengatakan;
"Kalian jangan mentertawakannya, betis Ibnu Mas'ud disurga lebih berat dari pada Gunung Uhud."

Dari situ lahir Bilal, Abu Hurairah dan para sahabat yang lain yang kemudian bisa menyebarkan agama Islam, bahkan bisa mengalahkan dan menundukan dua emporium besar yaitu Romawi dan Persia.

Inilah konsep yang harus kita yakini, bahwa kita punya konsep, teori kepengasuhan parenting yang jauh lebih unggul daripada teori-teori yang lain.

Teori Quranik Parenting ini seperti laut yang tak bertepi, mau apa saja kita dapatkan didalamnya.
Sayangnya selama ini umat Islam yang sudah punya laut dalam diri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, malah kita mencari teori-teori lain.
Kenapa kita tinggalkan laut yang begitu luas yang banyak ikannya dan mutiara didalamnya, kemudian kira mencari di selokan-selokan sungai-sungai kecil dari teori-teori barat yang itu belum tentu terbukti kebenarannya.

Persepsi ini yang harus kita samakan;
"Bahwa kita Umat Islam memiliki teori tersendiri yang unggul, yang bagus dan sudah terbukti kehandalannya dalam diri Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dengan melahirkan generasi-generasi hebat."

? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.”
[Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3651, dan Muslim, no. 2533]

Teori-teori lain, teori-teori barat didalam parenting dan pengasuhan boleh kita membacanya, mengkajinya, sebagai bahan pustaka, sebagai perbandingan.
Tetapi harus kita saring, harus kita pilih mana yang sesuai dengan prinsip-prinsip Quran dan Hadits. Kita tidak boleh jadi pengekor, kita tidak boleh terorientasi bahwa pendidikan itu yang model begini teori yang seperti dari Itali, dari Amerika, dari Inggris misalkan.

=》 Seorang ahli parenting di Amerika yaitu John Cannon, dia mengatakan;
"Hal terburuk yang masuk ke Amerika adalah mengadopsi metode pendidikan dan metode pangasuhan Inggris selalu dibawa dan diterapkan di Amerika."

Padahal mereka satu bahasa, satu budaya, tapi perbedaan tempat dan karakter menjadi hal yang sangat berbahaya.
Lalu bagaimana kalau kita umat Islam yang mengambil teori-teori mereka, apa tidak lebih menghancurkan.


♦️ Kenapa kita harus belajar dan mengkaji Quranik parenting konsep-konsep pengasuhan dalam Alquran.

1️⃣  Untuk mengembalikan kejayaan umat sebagaimana sudah diterangkan panjang lebar di awal tadi.
Mereka umat yang tidak memberikan perhatian besar kepada Quran, hadits dan dunia parenting atau pengasuhan jangan berharap ada masa depan yang cerah. Karena akan kehilangan generasi, jangan sampai terjadi pada generasi anak-anak kita.


2️⃣  Karena mendidik anak menjadi baromater sebab dari doa yang nanti akan dipanjatkan oleh anak-anak kita.

? Allah Ta'ala berfirman;

وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
{QS. Al-Isra/17 : 24}

Apa barometer sebab dia berdoa untuk orang tua, dijelaskan oleh Allah sebagaimana orang tua telah mendidiknya dan mengasuhnya sejak kecil.
Allah meminta kepada anak-anak untuk mendoakan orang tuanya yang sudah mengasuh dan mendidiknya sejak kecil, Allah tidak menjadikan sebabnya karena sudah melahirkannya, bukan karena sudah memberikan makan.

Orang tua berhak mendapatkan rahmat dan kasih sayang, orang tua berhak mendapatkan doa dari anak-anaknya karena keduanya telah mendidiknya sejak kecil.

Bagaimana mungkin anak kita akan mendoakan kita, bagaimana mungkin Allah menurunkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita, kalau kita tidak melakukan tarbiyah pengasuhan dan pendidikan anak.

Jadi besarnya Rahmat dan kasih sayang Allah kepada kita juga akan sangat ditentukan oleh keseriusan, kebaikan dan kebenaran kita didalam mendidik anak-anak kita.


3️⃣  Karena anak adalah hadiah terbaik dari Allah yang harus kita jaga, camkan ini baik-baik.

Kalau kita dapat hadiah dari manusia saja kita akan sambut dengan tangan terbuka, dengan gembira, dengan penuh senyum. Bagaimana kalau hadiah itu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Anak kita bukan beban, anak kita tidak membawa kesulitan. Anak kita membawa keberkahan, membawa kebahagiaan. Kita harus memandang anak kita sebagai hadiah besar dan hadiah mahal dari Allah yang harus kita jaga.

Kalau kita sakit maka kita tidak akan periksakan diri kita kepada orang sembarangan. Kita kalau sakit mau kedokter kita akan cari dokter yang terbaik, kalau kita sakit gigi kita akan cari dokter gigi terbaik.
Seorang dokter itu untuk bisa punya lisensi izin untuk meriksa pasien perjalanannya sangat panjang sekali. Dia harus membangun profesinya dengan kuliah di Fakultas kedokteran minimal empat tahun atau delapan semester. Itu baru dapat Ijazah sarjana kedokteran belum boleh langsung praktek. Harus belajar lagi untuk ambil profesinya. Mungkin setahun atau dua tahun baru setelah itu dia dapat profesi seorang dokter dan mengantongi izin untuk praktek. Maka akan ditulis nomer izin prakteknya.

Bagaimana kita menjadi orang tua yang merawat makhluk hidup. Betapa lemahnya diri kita dan dzalimnya kita mendidik anak-anak kita.
Berapa banyak hadits, ayat dan teori yang kita pelajari sebelum anak kita lahir. Mayoritas kita mendidik anak kita tanpa konsep, sesuai dengan perasaan, tidak ada sekolah kepengasuhan anak.
Kalau mau naik motor dan mobil harus punya SIM, kalau mau ke dokter kita lihat dulu izin prakteknya.
Lalu bagaimana teori pengetahuan yang sudah kita miliki untuk mengasuh buah hati kita, dan kita mendidik anak kita tanpa tahu ilmunya. Kita harus perlakukan anak kita jauh lebih terhormat, jauh lebih bagus dari motor dan mobil

Jadi kita harus minta maaf kepada anak-anak kita terutama kepada diri kita, karena sering kali kita mengasuh anak-anak kita tanpa terlebih dahulu belajar bagaimana cara tuntunan Allah dan Rasulullah, contoh para Ulama dahulu dalam mendidik anak-anak kita.

Betapa sering kita melakukan perkara-perkara yang menghancurkan kepribadian anak tanpa kita sadari. Kita merasa tenang karena kita tidak punya surat izin mendidik atau mengasuh anak.

Kebayangkah kalau kita salah dalam memberikan vitamin dan asupan-asupan kepada anak-anak kita, sebagaimana seorang supir salah dalam memberikan bahan bakar kepada kendaraannya.
Mobil mogok bisa turun mesin dan ganti mesin, tapi naudzubillah kalau asupan yang kita berikan kepada anak kita salah setelah beberapa tahun mogok, jiwanya terguncang, masa depannya berantakan, bagaimana tanggung jawab kita dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Maka tidak cukup kita mendidik anak kita berdasarkan pengalaman orang tua mendidik kita.

? Ali bin Abi Thalib mengatakan:
"Didiklah anak kalian sesuai zaman mereka."

Tidak boleh kita mendidik anak kita sebagaimana orang tua mendidik kita karena zamannya berbeda.
Maka kita perlu belajar Quranik Parenting, metode kepengasuhan Quran dan Hadits, lalu kemudian kita perkuat dengan ilmu-ilmu metode teori parenting.
Kalau tidak, naudzubillah nanti akan mogok anak kita, naudzubillah kalau kita tidak rawat maka dia akan rusak dan bisa terjun kejurang kegagalan. Kalau kita tidak pelihara jiwanya, kita tidak didik dengan cara-cara yang benar.

Maka disini tidak cukup dengan Quran dan Hadits, tapi kita juga perlu belajar sisi parenting dan pengasuhan.
Kita harus punya SIM untuk mendidik anak, paling tidak dasar-dasar tuntunan Alquran dan Hadits bagaimana menjadi orang tua yang ideal, yang positif.
Bagaimana kita meneladani Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam didalam mendidik anak-anak beliau dan cucu-cucu beliau dan generasi para sahabat.


4️⃣  Agar kita bisa menjadi pendidik yang positif.

Kita selama ini bukan suatu aib kalau kita melakukan instrospeksi diri, bukan suatu aib kalau kita mengakui kelemahan yang kita miliki selama ini untuk melakukan perubahan.

Yang aib adalah kalau kita ridho, rela tetap berada didalam kesalahan, kesalahan dalam mengasuh anak-anak kita, kesalahan dalam membesarkan mereka, kesalahan didalam menjaga hadiah Allah yang teramat istimewa yang diberikan kepada kita.
Jadi bukan aib bagi seorang muslim untuk mengakui kesalahannya kemudian melakukan perbaikan.

Kita perlu untuk melihat kembali dan menginstrospeksi diri kita dibidang kepengasuhan.
Mungkin nanti kita akan nangis, betapa lemahnya dan betapa kurangnya bekal kita didalam mendidik anak kita. Betapa banyaknya kesalahan yang kita lakulan didalam mendidik mereka.


♦️ Kita termasuk jenis pendidik yang seperti apa.

1️⃣  Jenis Pemadam Kebakaran.

Pendidik, pengasuh, orang tua, guru, Ustadz.?
Itu ada yang jenis "Pemadam Kebakaran."

Dan penelitian membuktikan bahwa tujuh puluh persen orang tua (ayah atau ibu), guru, ustadz, disekolah, dimasjid, dipesantren, mereka termasuk kedalam golongan pendidik dan pengasuh yang tugasnya seperti pemadam kebarakan.

⚡ Bagaimana Pemadam Kebakatan itu.
"Pemadam kebakaran dia akan bergerak, baru tertarik, baru keluar dari kantornya ketika ada laporan kebakaran dan melihat api menyala, baru dia bergerak."

Betapa sering kita memerankan diri kita dalam mengasuh anak kita seperti pemadam kebakaran.
Pemadam kebakaran akan selalu bertindak untuk masuk tatkala keadaan emergency, dimana ada kebakaran maka disitu dia datang.

Pendidik yang seperti pemadam kebakaran, dia akan bergerak mana kala anaknya nangis bagaimana mendiamkannya, tiba-tiba anaknya menyakiti orang lain.
- Kita berharap didalam mendidik ini tidak menjadi seperti pemadam kebakaran.
- Kita berharap menyiapkan diri kita sebagaimana rumah, kita siapkan rumah kita, aliran-aliran listriknya, dan lain sebagainya, kita siapkan sejak awal agar tidak terjadi kebakaran.
- Kita siapkan rumah kita sebelum hujan agar tidak bocor.
Ini yang perlu kita siapkan.


2️⃣  Jenis konsep ingin  mempunyai anak yang penurut dan jinak.

Kalau ditanya siapa yang ingin punya anak yang penurut.?
Pasti semua orang tau ngacungkan tangan, semua orang tua bayangannya mempunyai anak yang penurut.

Konsep agar anak jadi penurut itu bukan konsep Islam.
Kalau kita selama ini ingin memiliki anak, ingin menumbuhkan, mencetak, menyiapkan anak yang penurut, maka apa bedanya kita dengan pawang yang tugasnya menjinakan binatang buas, ini metode barat.

Ada tiga buku yang membahas tentang konsep ini di barat;
"Bagaimana kamu menjadikan anakmu penurut (menjinakkan anakmu)"
Ini sangat berbahaya sekali.

Apa bedanya kita dengan pawang, kalau pawang Harimau bagaimana menjadikan Harimau itu jinak sehingga tidak menerkam, pawang Ular bagaimana menjadikan Ular itu jinak dan ditundukan.
Ini pemikiran yang sangat berbahaya sekali, yang berasal dari konsep mereka didalam melihat manusia.

Kenapa mereka memiliki teori menjinakkan menjadikan anak penurut.?
Kalau kita lihat Aristoteles ketika memberikan definisi siapa manusia dan apa definisi manusia, dia mengatakan;
"Manusia adalah hewan yang berfikir."
Maka mereka ingin menundukkan si hewan tadi.
Kalau kita ingin menjinakkan dan menjadikan anak kita penurut, ini berasal dari pandangan seorang filsafat yang tidak Islami yang bukan berasal dari Alquran dan Hadits.

▪️ Kita umat Islam tidak, kita memiliki definisi bahwa manusia itu adalah;
"Sebagai ciptaan Allah, makhluk Allah yang sangat mulia dan terhormat."

? Allah Ta'ala berfirman;

 وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,"
{QS. Al-Isra/17 : 70}

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
{QS. At-Tin/95 : 4}

Maka jangan sekali-sekali kita meniru dan menjiplak begitu saja teori-teori parenting Barat.
Karena teori mereka dibangun diatas definisi yang salah.
- Mereka melihat manusia seperti hewan yang berfikir.
- Sementara kita umat Islam melihat manusia sebagai hamba Allah.
Ini cara pandang kita yang dari situ akan melahirkan metode-metode pendidikan pengasuhan dan parenting.


3️⃣  Jenis seorang pendidik yang positif.

Dan ini yang kita inginkan bagaimana kita bisa menjadi pendidik yang positif.

Setiap teori punya dasar-dasar, teori apapun didalam bidang kepengasuhan parenting, mereka punya dasar-dasar yang dari dasar itulah dibangun konsep-konsep dan teori pendidikan pengasuhannya.


? Quranik Parenting pengasuhan yang bersumber kepada Alquran ada lima dasar yang perlu kita ketahui.
1. Perangai anak.
Kalau kita ingin mendidik anak-anak kita dengan konsep Quran maka kita perlu memahami bagaimana perangai anak kita.
2. Tujuan utama dari pendidikan itu.
Kita harus punya tujuan pendidikan anak kita yang utama dan terbesar apa, ini harus jadi dasar kenapa kita mengasuh anak kita.
3. Tujuan detail.
Tujuan garis-garis kecil yang kita lakukan untuk mencapai tujuan besar dipoint ke dua.
4. Visi dan metode.
Kalau dikita metodenya adalah metode yang bersumber dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
Karena beliau disifati oleh istrinya Aisyah radhiallahu 'anha;

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ 

"Akhlak beliau adalah Al-Qur’an"
[HR. Ahmad]
5. Penyiapan pendidik.
Inilah yang selama ini kita lalaikan. Kita punya anak tapi tidak punya bekal ilmu-ilmu pengasuhan.


?  Penjabaran Metode Quranik Parenting

1️⃣  Perangai Anak.

Banyak teori yang masing-masing memiliki cara oandang didalam melihat perangai anak. Diantara teori itu dan paling banyak dipakai dikalangan kita terutaman Home Schooling bahkan dikalangan pendidik-pendidik muslim, dikalangan orang-orang yang mengatakan pendidikan kita adalah pendidikan yang Islami.

▪️ Mereka memandang anak itu seperti kertas kosong.
Jadi teori ini yang kita kenal dengan Taburasa, menganggap anak itu seperti kertas kosong dan lembaran putih.

Pandangan ini tidak sepenuhnya benar bahkan banyak kelemahan didalamnya.
Karena kalau kita melihat anak kita sebagai lembaran putih, maka kita akan menganggap bahwa subjek utamanya adalah kita, dan ini sangat berbahaya.

Kalau kita menganggap subjek utama dalam pendidikan pengasuhan anak adalah orang tua, maka orang tua yang menentukan mau gambar apa saja terserah orang tuanya.
Sehingga lahir perkataan dan metode, "Bagaimana membentuk anak."

Dalam mengasuh dan mendidik anak itu bukan menbentuk, kalau kita membentuk anak kita bisa patah dia.
Pohon mau kita bentuk terus kita pegang dan kita arahkan sesuai kemauan kita, itu sangat berbahaya sekali.
Jadi teori anak dilahirkan seperti kertas putih tidak selamanya benar, dan berbahaya.

▪️ Tugas kita adalah menumbuhkan.
Maka cara pandang kita, metode Quranik Parenting kita, bagaimana melihat perangai anak, bagaimana melihat anak.?

(1)  Kita melihat anak yang lahir sesuai dengan Hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam;
"Mereka lahir dalam keadaan fitrah, bukan dalam keadaan kosong."

Mereka lahir dalam keadaan fitrah dan dalam kebaikan.
? Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda;

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ،

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah."
[HR. Tirmidzi]

 مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ 

"Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah."
[Mutaffaqun Alaih]

Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang dilahirkan kemuka bumi ini kecuali dalam keadaan fitrah.

⚡ Apa itu Fitrah;
"Fitrah itu bukan kertas kosong atau lembaran putih, tapi Fitrah itu adalah kebaikan."

Anak kita lahir semuanya dalam keadaan baik, itu tatacara pandang kita yang sesuai dengan Aqidah kita, sesuai dengan nilai-nilai Qurani, sesuai dengan nilai-nilai hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

Jangan kita potong hadits tersebut diatas, lihat sambungan hadits tersebut agar tidak ada kesalahan.
? Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam; 

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْمِلَّةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ

"Setiap anak lahir (dalam keadaan) fitrah, Kedua orang tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi, Nasrani, atau bahkan beragama Majusi, sebagaimana binatang ternak memperanakkan seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacat (putus telinganya atau anggota tubuhnya yang lain).?"
[Mutafaqqun Alaihi]

Jadi anak yang lahir bukan seperti kertas kosong atau teori Taburasa, betapa sering kita melakukan kesalahan ini.
Tapi anak kita lahir dalam keadaan fitrah dan dijelaskan oleh Nabi dia lahir dalam keadaan sempurna tidak ada kekurangan.
Maka kewajiban kita untuk menjaga kebaikan itu.

Jadi mendidik itu bukan membentuk tapi mendidik adalah menumbuhkan.
Anak kita bukan kertas kosong yang dengan sesuka kita kita gambar,  kita bentuk sesuai dengan kemauan kita.
Anak kita adalah benih yang kita membantu menyiapkan lingkungan yang mendukung perkembangan dan tumbuh kembangnya.

Jadi dalam mendidik rumusnya adalah;
"Bukan membentuk tapi menumbuhkan."

Anak kita adalah benih unggul yang luar biasa, agar benih unggul ini semakin istimewa, kita perlu menyiapkan medianya, kita siapkan agar tanahnya bisa subur, agar tanahnya bisa bagus, agar terkena matahari dapat vitamin D, dan lain sebagainya.

Jadi dalam memahami perangai anak kita harus memahaminya, memahami anak kita sebagai anak yang lahir dalam keadaan fitrah, disebutkan oleh Rasulullah dalam hadits diatas,
"Sebagaimana binatang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna tidak ada kekurangan sama sekali."
Jadi anak kita bukanlah kertas kosong tapi makhluk Allah yang sangat luar biasa.

(2)  Pengasuh harus memahami perangai anak.

Kita yang harus tahu perangai anak kita, anak itu penuh kebaikan dan anak hampir saja tidak melakukan kesalahan, karena dia tidak mukallaf.
Allah saja tidak mencatat tingkah laku anak, anak tidak pernah salah, tapi kita orang tuanya yang merawat dan memeliharanya yang melakukan kesalahan itu.

Anak itu lahir salam keadaan fitrah baik, kalau ada kesalahan dianak berarti kita yang menumbuhkan yang salah, mungkin hujannya terlalu banyak dan air banyak tergenang dan menjadikan dia tidak segar kembali untuk tumbuh, malah bisa mati.
Kalau kita terlalu banyak mencegah dan terlalu banyak memberikan nasihat kepada anak kita yang masih kecil, bisa saja dia jadi gak punya semangat, gak mau sekolah dan yang lainnya, itu bukan anaknya yang salah.

Jadi kalau ada sikap anak yang kurang baik atau kurang pas, itu bukan anaknya yang harus kita rubah, tapi sikap kitanya yang harus kita rubah.
Dan cara fikir kita dalam memahami perangai anak itu yang harus kita rubah.

Kalau ada orang tua mengatakan anaknya nakal, susah diatur, malas. Ini dia memakai cara pandang yang tidak Islami, tata cara pandang Islami menganggap anak adalah fitrah yang penuh kebaikan, orang yang salah.

Anak usia empat tahun, tidak mau berbagi makanan atau minuman yang dia miliki, bukan perangai anak itu yang kita rubah. Kalau merubah sikap anak dalam melindungi hak miliknya dimasa-masa pertumbuhan seperti itu, maka jangan salahkan nanti kalau sudah besar dia tidak punya a sense of belonging pada barang-barang miliknya.
Jadi yang harus dirubah cara berfikir kita dalam memahami perangai anak. Anak-anak usia balita perangai mereka memang seperti itu. Dan kita harus memahaminya. Dari pada kedepannya dia tidak bisa berdiri diatas kakinya sendiri, karena dari kecil potensinya sudah kita bunuh.

Jadi kalau ada anak kecil bosen, egois, kita anggap dia nakal, jangan perangai anak yang kita rubah, tapi cara pandang kita yang kita rubah.

(3)  Fitrah anak dia akan selalu menolak setiap sikap yang mengandung kekerasan, penindasan, kontrol berlebihan dan penelantaran.

Jadi fitrah anak akan menolak kalau kita teriak didepannya.
Akan ada kajian khusus,
"Lima belas penghancur kepribadian anak, Lima belas penghacur koneksi anak dan orang tua."

Jadi fitrah anak itu menolak cara keras, fitrah sifat dasar anak itu gak suka kalau dikontrol berlebihan.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB  ?


1️⃣  PERTANYAAN :
Bagaimana cara kita sebagai orang tua memperbaiki cara mendidik anak yang pada awalnya memang sudah salah atau lalai dalam pengasuhan, dan dalam mendidik anak terutama dalam pendidikan agamanya !

➡️  JAWAB :
Seperti yang sudah disebutkan tadi, dalam agama Islam bukan sebuah aib bagi kita untuk Introspeksi diri.
Melihat kembali metode kepengasuhan kita, terutama didalam membangun nilai-nilai keislaman dan agama dalam diri anak kita.

Dalam mendidik anak kadang orang tua mengangkat suara, dan mengangkat suara itu adalah kesalahan paling besar dalam mendidik anak.
Dulu kita berfikiran anak gak boleh manja, gak boleh nangis, cara pandang kita selama ini bukan sebuah cara yang baik. 

▪️ Bagaimana kita memperbaiki yang sudah kadung terjadi:
1.  Kita mulai dengan membawa bekal yang banyak, tambah keilmuan kita, belum terlambat, keshalehan anak itu bisa kita munculkan lagi.

Sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam banyak yang baru masuk Islam diusia 40 - 50 tahun.
Seorang ulama besar di Madinah baru mulai menghafal Quran di usia 40 tahun, selama bulan Ramadhan dia menghafal sepuluh juz, dan satu tahun kedepan beliau mengulang-ulang hafalannya. Ramadhan berikutanya beliau tambah sepuluh juz, lalu diulangi selama satu tahu sepuluh juz itu. Ditahun ketiga beliau menghafal sepuluh juz terakhir dan beliau ulang-ulang lagi selama satu tahun kedepan.
Jadi tidak ada masalah.

Imam Ahmad rahimahullah ketika sakaratul maut beliau akan wafat, minta sama putranya untuk dicarikan sebuah hadits, apalagi kita yang sehat ini.

2.  Bukan aib kalau kita kumpulkan anak-anak kita, kita minta maaf.
Tidak ada seseorang yang tawadhu mengalah, merendahkan hatinya niatnya karena Allah, kecuali Allah pasti akan angkat derajatnya.
Itu akan menjadi cara terbaik meskipun anak kita sudah besar, mereka Insyaa Allah akan berubah dan menjadi anak yang lebih baik.

Permintaan maaf kita kepada anak-anak kita akan menghancurkan sekat-sekat yang ada diantara kita dan anak kita. Dan pengakuan kita akan kekurangan bukan berarti tidak punya kebaikan.
Seberapapun suksesnya seorang anak itu tetap menjadi tabungan orang tua.

Kesalahan yang kita lakukan kalau kita akui, kita perbaiki, kita ajak anak kita untuk lebih baik, Insyaa Allah itu akan menjadi starting point kehidupan yang lebih baik kedepannya.
Wallahu 'alam bishowab.


2️⃣  PERTANYAAN :
Bagaimana cara kita menjelaskan kepada anak berusia sepuluh tahun, karena kalau kita ingatkan, anak menjawab dengan dalil.
Misalnya pernah saya bilang,
"Ayo nak hafalannya ditambah lagi jangan hanya satu ayat sehari."
Karena saya tahu anak saya mampu menghafal lebih dari itu.
Lalu anak saya menjawab,
"Umi amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang rutin meskipun sedikit."
Bagaimana saya sebagai ibu.?

➡️  JAWAB :
Kepada orang tua yang bertanya, kita perlu bersyukur bapak ibu sekalian kepada Allah.
Masya Allah bapak ibu diberikan hadiah yang istimewa dari Allah, ketika ngajak putra kita untuk diskusi memberikan nasihat kepada mereka, mereka mengajak kita diskusi dengan dalil.
Itu Masyaa Allah luar biasa.

Coba anak-anak yang lain, banyak yang ketika diajak kepada kebaikan dan diberikan motivasi, dia teriak dan menjawab dengan mengutip kata-kata, atau dia membandingkan dengan yang lain.

Anak bapak dan ibu diberi nasihat menjawab dengan hadits maka itu harus disyukuri.

▪️ Bagaimana kedepannya, kita harus memahami bahwa ada empat rukun dalam pendidikan:
1. Membangun koneksi, relasi, hubungan yang kuat antara kita dengan anak kita.
2. Membangun rasa saling percaya, kita orang tua percaya ke anak, anak percaya ke otang tua.
3. Meningkatkan, mengembangkan sikap-sikap positif dianak.
4. Merubah perilaku yang buruk.

Tadi bapak ibu bisa masuk di tiga atau empat, bisa masuk karena dia sudah hafal ingin kita tingkatkan, atau kita anggap bahwa anak ini sebenarnya bisa lebih tapi malas.
Intinya ada di yang pertama tadi, bagaimana membangun koneksi yang baik dengan anak.

Tingkatkan koneksi antara bapak dan ibu dengan anak bapak dan ibu. Sebelum tidur usahakan sepuluh menit berbicara dengan anak diluar masalah hafalan, diluar masalah sekolah, diluar masalah apapun.
Seperti seorang sahabat ngobrol apa aja yang bikin nyaman, bangun dulu koneksi itu.
Insyaa Allah kalau bapak dan ibu sudah bangun koneksi, nanti begitu diberi motivasi dia akan berubah dengan sendirinya.
Bahkan bapak dan ibu tidak perlu nasehati dia akan menghafal dengan sendirinya, malah nanti bapak dan ibu yang akan bingung dia kejar-kejar untuk setoran hafalan.

Bangun koneksi ikatan hubungan, kalau koneksi kita sudah bagus, Insyaa Allah itu akan muncul dengan sendirinya. Usahakan lima atau sepuluh menit untuk ngobrol apa saja diluar hafalan dan tugas-tugas, lakukan sebelum tidur.
Wallahu 'alam bishowab.


3️⃣  PERTANYAAN :
Apakah di Wadi Mubarak ada pesantren Tahfiz Quran untuk anak-anak usia SMP, karena saya dengar disana hanya untuk usia kuliah.!

➡️  JAWAB :
Di Wadi Mubarak saat ini yang dipusat itu memang untuk S1 Sekolah Tinggi Ilmu Ushul Din jurusan tafsir dan ilmu Alquran.
Alhamdulillah dengan izin Allah mereka dalam satu tahun sudah bisa menghafal 30 Juz. Dan Alhamdulillah 99 persen santri kita bisa menyelesaikan hafalan Qurannya dalam satu tahun dengan tahsin, kemudian dengan pengambilan sanad Jazariyah sekitar tiga semester.

Kita punya cabang-cabang, kalau yang SMP ada di sentul sekolah Tahfiz.
Yang SMA ada di puncak.
Untuk yang putri tahun ini kami mulai tahfiz yang bisa duikuti oleh anak SMP, SMA atau pasca SMA.
Insyaa Allah tahun depan akan buka khusus untuk yang tingkat SMP dan SMA terutama untuk yang anak-anak putri.
Untuk tingkat SD dan Paud, Tahfiz anak usia dini, usia 3 sampai 7 pra SD sudah ada 170 cabang dari Sabang sampai Papua.
Di Meulborne ada, di Kamboja ada, di Malaysia ada, di Thailand ada. Insyaa Allah di Jepang di Saporo akan dibangun.

Jadi walaupun di Pusat itu hanya untuk S1, tapi dicabang-cabang kita ada dari Paud.
Insyaa Allah kurikulum kita anak tamat Paud hafal 5 juz, nanti di SD baru menyelesaikan 30 juz.
Wallahu 'alam bishowab.


4️⃣  PERTANYAAN :
Kita memberikan pendidikan sebaik mungkin yang kita ketahui, misalnya nilai-nilai keislaman, namun saat anak berinteraksi dengan lingkungan luar yang nyata, maka sangat kontras dengan apa yang coba kita ajarkan dirumah. Misalnya adab yang kurang bagus, bahasa yang kasar, dan lain-lain.
Mohon masukannya Ustadz karena anak kita harus bisa bertahan di lingkungan yang semakin keras.!

➡️  JAWAB :
Ini akan menjadi pembahasan kita pada pertemuan yang akan datang, yaitu tentang, "Tujuan besar kependidikan dan kepengasuhan kita dalam Islam."

▪️ Di masyarakat itu, orang terbagi menjadi tiga;
1. Komunitas yang baik, prosentasenya antara 30 - 50 persen
2. Komunitas yang buruk, prosentasenya antara 1 - 5 persen.
3. Komunitas kelompok masyarakat yang rapuh, prosentasenya antara 55 - 60 persen 

Kalau bapak ibu bertanya, anak saya menghadapi keadaan yang luar biasa fitnahnya, seperti yang kita alami sekarang. Kawan-kawan yang buruk itu sekitar 5 persen tapi sangat merusak.

Anak kita kalau dia masuk kedalam kelompok anak yang rapuh tadi ini sangat bahaya karena bisa ikut anak yang 5 persen tadi yang buruk.
Agar tidak ikut kepada yang buruk itu harua naik ketingkat anak yang shaleh. Sehingga ketika bergaul dengan siapapun dia tidak akan terpengaruh, tapj justru dia yang akan mempengaruhi.

Bagaimana bisa menjadi anak shaleh yang dia dimana pun tidak akan berpengaruh, dia punya imun atau antibodi.
Inilah yang akan kita bahas dipertemuan mendatang.
Maka kita berdoa kepada Allah agar menjadi kunci-kunci kebaikan.
Wallahu 'alam bishowab.


✍️ TIM KAJIAN ONLINE MASJID ASTRA