Kau tahu, dalam setiap etimology yang terlintas hanya kesempatan yang tak terbaca. Esensinya begitu kuat tanpa ralat, ia selalu ingin temu sebelum pergi. Lantas ia akan terus mengusik skenario apa yang diraba tiap baitnya bila temu terjadi. Fik, ini diluar kendaliku. 

Ya, seperti pagi ini, bahkan berkesempatan untuk mengatakan "tidak" pun seolah aku tak mampu. Iris mata ini tertuju pada sebuah pesan whatsapp dengan foto profil yang tak asing lagi.

'Pagi, Son. Mau melanjutkan diskusi yang kemarin, sudah diputuskan kamu nanti joint pada batch pertama yang bakalan prepare logistik baru di Karawang, ya?' tulis atasanku. 

'Baik, Pak. Kira-kira mulai kapan ya, Pak?' balasku singkat. Ini tahun kedua aku bergabung di perusahaan baru yang empat tahun sebelumnya ditempatkan di Jakarta. Untuk urusan rolling sebenarya bukan jadi soal bagiku, toh sudah tertulis jelas hitam di atas putih bahwa sebagai karyawan bersedia di tempatkan di mana saja, bukan? Hanya saja, menurutku ini terlalu mendadak. Ah, tidak!  Mungkin aku saja yang banyak alasan.

Kemudian beliau menjelaskan project ini akan dimulai selama tiga bulan. Yang mana akan dibagi per batch. Kebetulan aku bagian batch pertama. Tentu aku bersama timku harus mempersiapkan list apa saja yang perlu di bawa dan dibutuhkan dari logistik lama yang di Cibitung ke logistik yang baru ini. Mulai dari layout, tools, material hingga system baru yang harus diterapkan. 

MP yang mengerjakan project pun dibatasi hanya 1-2 MP tiap bagian. Karena memang sebagian masih ada yang produksi di Cibitung. Pada minggu pertama banyak sekali kendala dalam project ini. Selain kondisi gedung yang panas luar biasa, juga transportasi yang harus PP Cibitung-Karawang hampir setiap hari. Belum bermacet-macet di tol saat perjalanan pulang, ditambah badan yang mulai drop. Lelah, letih, mau bersua pun tak pantas rasanya. Fokusku waktu itu adalah bagaimana agar project ini bisa sesuai dateline.

Ketika memasuki gedung baru itu, hidungku mencium cat yang masih basah. Beberapa titik kontraktor terlihat masih melakukan pekerjaannya. Bunyi-bunyian seperti besi yang ditempa masih terdengar nyaring di inderaku. Dengan kondisi yang sedikit kagum karena ternyata luasnya dua kali lipat dari logistik sebelumnya, aku menurunkan beberapa barang yang kubawa menggunakan troli. Wow, amazing! Nggak nyangka aku adalah orang yang berkesempatan pertama menginjakan kaki ini untuk prepare segala sesuatu yang dibutuhkan di sini.

Kini pandanganku kualihkan pada sebuah kubah besi yang menyerupai kontruksi rumah tanpa penutup depan dan belakang. Aku taksir panjangnya kurang lebih 7x5 m. Pada tiap besi yang menghubungkan dengan satu sama lain tertempel puluhan lampu neon yang berjejer rapi. Di sinilah, aku harus mengerjakan project seorang diri. Beberapa hari sekali kami bergantian dengan MP lain. Sesekali ada beberapa tim maintenance yang ikut sibuk menaiki anak tangga sebatas untuk mengecek aliran listrik atau memasang kabel penghubung. Sehingga aku tidak begitu sepi merasa sendiri.

Tidak mau membuang-buang waktu aku memulai dengan menempatkan beberapa tools seperti torsi batterai, tempat dokumen dan tempat printer termal pada bagian kanan kubah. Sementara pada sisi kirinya aku tempatkan box sarung tangan, majun, dan beberapa ATK sebagai pendukung. Oia, hampir lupa. Aku juga harus membuat pokayoke garis dan stopper roda untuk membantu proses pengecekan kendaraan agar sesuai dengan posisinya. 

Sesekali peluh keringat merembes melalui sela-sela kulit ari yang langsung aku seka ketika sudah mulai menetes. Hari-hari berikutnya aku masih berkutit pada project yang sama, hanya tersisa beberapa kubah yang belum dipersiapkan.

Hingga akhirnya setelah berminggu-minggu project ini selesai. Semua kubah yang berjumlah delapan itu sudah siap dipergunakan.

Hari pertama produksi cukup lancar, para operator cukup puas dan sedikit terbantu dengan beberapa perlengkapan dan tools yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Alhamdulillah, ada kepuasaan tersendiri bisa ikut berkontribusi membantu perusahaan. Banyak ilmu yang aku pelajari. Dan yang paling berkesan adalah apa yang sudah kita lakukan selama ini bisa bermanfaat untuk orang lain.

Mendadak senyumku tersimpul. Kau tau, disaat momen sepperti itulah aku merasa "menang" telah  mengalahkan logika serumit algoritma. Karena kesempatan meluruh hingga alam akan berisyarat tuk jumpa. Pada apa yang aku imani,  percayalah 'perahu' ini akan secepatnya bersandar pada dermaga-dermaga pertemuan.  Meski ia terus dihantam ombak tanpa ampunan. Karena hakikat kemanunggalan dari "kesempatan" yang aku ingini bukan jumpa yang terpaksa. Namun takdir yang telah berkata inilah waktunya. -SP

Perusahaan Grup Astra
TOYOTA
Wilayah Grup Astra
Purwakarta/Subang/Karawang