Kutbah Jumat 30 April 2021

Rusdiansyah • 30 April 2021

Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Alhamdulillah, segala puji milik Allah, kepada-Nya kami memohon pertolongan dan kepada-Nya kami mohon pengampunan. Dari atas mimbar jum’at ini, khatib berpesan agar kita tetap teguh beriman dan bertaqwa kepada Allah agar mendapatkan keberuntungan dunia dan akhirat.

Jama’ah Jum’at yang Berbahagia

Bulan Ramadan juga dikenal sebagai bulan kedermawanan. Karena suri tauladan kita, Nabi Muhammad, saw. telah menjadi contoh terdepan dalam perkara ini.

Sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Abbas tentang keadaan Rasulullah, saw. tersebut. Kata beliau, “Rasulullah, saw. adalah orang yang paling dermawan. Apalagi setiap malam Ramadan, ketika hendak bertemu Jibril, as. beliau menjadi lebih dermawan lagi.” (Hr. Bukhari).

Berbicara kedermawanan di dalam Islam; seperti suka berinfaq, bershodaqah, berzakat dan lainnya sebagai ibadah yang melibatkan harta dan materi, sungguh tidak ada tandingannya. Maka dalam khutbah kali ini, khatib akan membicarakan “TIGA PERKARA TENTANG SHADAQAH.”

Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Pertama: Tentang “Kemurahan Sahabat dalam Bersedakah” Kisah kedermawanan para sahabat hampir tidak tandingnya sepanjang sejarah. Untuk sekedar contoh, berikut sahabat mulia yang pernah meng-infaqkan sejumlah besar dari hartanya:

1. Sayyidina Abu Bakar, ra.

Ketika beliau hendak membebaskan Bilal bin Rabah, ra., Umaiyah bin Khalaf, meminta tebusan sebesar 9 uqiyah emas, bila dirupiahkan sama dengan Rp. 114.291.000,00 (Seratus empat belas juta, dua ratus sembilan satu ribu rupiah). Dan tanpa berpikir panjang sayyidina Abu Bakar, ra. langsung membayarnya.

2. Sayyidina Umar bin al-Khaththab, ra.

Beliau telah mewasiatkan 1/3 dari hartanya untuk keperluan ummat sebanyak 40.000 (empat puluh ribu) dinar, sama dengan Rp. 204.000.000.000,00 (duaratus empat miliar) Rupiah.

3. Sayyidina Utsman bin Affan, ra.

Di masa paceklik, saat Perang Tabuk menyumbang 300 ekor unta, kurang lebih sama dengan Rp. 3.600.000.000,00 (tiga ribu enam ratus miliar) dan 1.000 dinar emas, kurang lebih senilai Rp. 1.700.000.000 (Satu miliar tujuh ratus juta) rupiah.

4. Sayyidina Abdurrahman bin Auf, ra.,

di waktu yang sama juga berinfaq sebesar 200 uqiyah emas, senilai Rp. 2.539.800.000,00 (Dua miliar limaratus tiga puluh sembilan Juta delapan ratus ribu) Rupiah. Dan menjalang wafatnya mewasiatkan 50.000 dinar, kurang lebih senilai 170.000.000.000,00 (seratus tujuh puluh miliar) rupiah untuk kepentingan ummat. Saudara-saudaraku, ini baru salah satu contoh infaq mereka dalam satu peristiwa saja, masih banyak lagi contoh-contoh pengorbanan mereka yang melibatkan harta benda.

Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Kedua: Tentang “Keutamaan Bersedakah” Apa yang membuat para sahabat dan salafus sholih begitu mudah mengeluarkan hartanya fii sabiilillaah adalah karena mereka meyakini keutamaan sedekah yang dijanjikan oleh Allah dalam al-Qur’an dan janji Nabi dalam haditsnya, seperti berikut ini:

1. Karena Pahalanya dilipatgandakan menjadi berkali-kali lipat: Allah, Swt. berfirman:

في َل ِ َ ﴿ َنابِ ْ ََ سَّ ب َ َت ْ سَّ َ نْب َ ا َّ َك َمَث ِل َحب هِ َّ بِي ِل الل َ ِي سَّ ُُه ْ ف الَ َ ْمَ َ ُقَ َا ا ُْنفِ َن ُ َّ ِذُ ُل ال َث َ م كُ ائَُ مِ َل ُ ْنب ُ ِّل سَّ ُ َشاف َ َم ْن ُ ِ ُف ل ُ َضاعِ ُه ُ َّ الل َ و َّ َحب

﴾ Artinya: “Perumpaan orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji tanaman yang menumbuhkan tujuh tangkai, di mana pada setiap tangkainya terdapat seratus biji, dan Allah itu melipat gandakan (balasan-Nya) kepada siapa pun yang dikehendaki.” (al-Baqarah: 261)

2. Karena Allah pasti akan menggantikannya dengan balasan yang lebih baik:

َن ي ِ ِازِق َّ ِ ال ُ ي ۖ َوُهََ َخْ ُفُه ِ ُ ْْل ُ ُُهََ ف َف َما ْ ﴿ َو ن َشي ِّ نَفْق ﴾ ُت م َ ا Artiya: “Dan berupa apa pun yang kalian infaqkan, maka Dia (Allah) akan menggantikannya, (dengan yang lebih baik) dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi rizqi.” (Saba: 39) Begitu juga keutamaan sedekah dari hadits Nabi, Saw., di antaranya:

1. Karena Membantu janda dan orang miskin sangat besar pahalanya. Nabi Muhammad, sa Saw. bersabda: َّ

"اَ لَََّّّ ِ اعي َعَل لا ْ َ ِ ِ َقائ ْ َو َكال ُه َقا َل - ب ُ ْح َََِّّّ َ ه – َوا َِّ في َسََّّبِي ِل الل هِد ِ ِ ُم َجا ْ ِكي ِن َكال ْ ِم َََّّّْ َوال ِ َمَل ُْ َ ى الا َ ُْفُت ُ ص َ ِ َّ ، و َكال ِ ِ ائ لَ ُ ِن ا ُْف ُ "ِ

Artinya: “Orang yang berusaha untuk membantu (meringankan beban) seorang janda dan orang miskin seperti (pahala) orang yang sedang berjuang di jalan Allah – atau seperti orang yang sholat malam yang tidak pernah berhenti atau orang yang puasa yang tidak pernah putus dari puasanya.” (dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim)

2. Sedekah tidak akan membuat harta berkurang bahkan bertambah. Sabda Nabi Muhammad, saw. yang lain:

"َ ما نََق َص ْ َص َدَق ا “ ] ل ْن َم ٌ مِ ُواه مَّل ، ب ْل َ هِ َ ي َم ْْلََُفٌ

[ Artinya: “Sedekah tidak akan membuat harta menjadi berkurang.” [Hr. Muslim] Bahkan akan diganti (dengan yang lebih baik).

Firman Allah, Swt. dan sabda Rasulullah saw. seperti di atas, hendaknya menjadi motivasi kaum muslimin untuk gemar bersedakah dan menginfaqkan sebagian hartanya di jalan Allah. Karena Allah tidak akan pernah mengingkari janji-janji-Nya.

Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Ketiga: Tentang “Keburukan Sifat Kikir dan Enggan Bersedakah”

Sebagaimana banyak ayat dan hadits tentang kebaikan sifat pemurah, maka banyak juga ayat dan hadits yang menerangkan tentang keburukan sifat kikir dan enggan bersedekah, di antaranya:

1. Keengganan bersedekah karena takut miskin dan percaya dengan ancaman Setan Allah, Swt. berfirman:

َّ َوالل َوَف ْضدَة ُه مْن ِ ِدُ َ ف ْ َمْغِ ع ُدكُ ِ ُ َ ُه َّ َوالل ف ِ َف ْح َشا ْ ْ بِال ِكُ ُ ﴿ ُم ْ ا َ ُ َ َ و َفْقِ ْ ُ ال ُدكُ َعِ َنا ُا ُ ْ شي ِس ال َّ ا َ ٌ ُه و ي ٌَ َعل ﴾ ِ Artinya: “Setan itu menakut-nakuti kalian dengan kefaqiran (kemelaratan) -- jika kamu bersedekah -- dan memerintahkan kamu kepada perbuatan keji. Sedangkan Allah menjanjikan pengampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah itu Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (al-Baqarah: 268)

Menurut Imam al-Baghawiy, setan itu suka menakut-nakuti kita terhadap kemiskinan, jik ada orang yang hendak berinfaq akan dibisikinya, “tahanlah hartamu jangan kau sedekahkan, sebab jika kamu bersedekah nanti kamu akan miskin.”

2. Keengganan Bersedekah penyebab orang masuk ke dalam neraka Saqar Kelak penghuni neraka Saqar ditanya kenapa bisa masuk neraka Saqar, diterangkan dalam firman Allah, Swt

.: َن ﴾ ْ ِم َّْ ِكي ُ ال ع ْنِ ْ نَ ُك نُ َن * َولَ ي ِّ ُم َصل ْ َن ال م ْ نَ ُك ِ ﴿ َقالَُا لَ

“Mereka berkata: ‘Itu adalah karena kami dulu tidak menjalankan sholat dan kami tidak mau memberi makan kepada orang-orang miskin.” Imam at-Thabari menerangkan maksud dari “tidak mau memberi makan kepada orang-orang miskin” adalah “kikir (menahan) apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka dan enggan untuk menunaikan hak orang faqir / miskin.”

3. Menyimpan harta tanpa dizakati atau disedekahi mendatangkan siksa pedih. Allah, Swt. berfirman: ي ِ ل َ َع َذا ب ا شِْ ُه بِ ِّ ب َ ه َف َِّ َ ﴿ بِي ِل الل ِي س َُها ف ُقَنَ نفِ ُ لَا ُ َ ضَ و َّ ْفِ ال َ َب و ذَه َّ ُزو َا ال ِ ْكن َ َن ُ َّ ِذُ ال *

﴾ Artinya: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak meginfaqkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih” (at-Taubah: 34)

Seterusnya ayat itu menyatakan (yang artinya): “Pada hari ketika emas dan perak itu dipanaskan dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu" (atTaubat: 35) 4. Rasulullah, saw. juga mengingatkan tentang keburukan sifat kikir:

Beliau bersabda: بَل ُك ْ “ ْ ْهَل َك َم ْن َكا َا َق َ ح ا َّ ش ا ال ُّ ح، َف ِا َّ َّ ش َُّقَا ال ُّ ”َوات “

Takutlah kamu dengan sifat kikir, gara-gara bersifat kikir itulah orang-orang sebelum kamu dibinasakan.” (Hr. Muslim)

Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Para sahabat dan salafus sholih begitu mudah bersedekah adalah karena mereka yakin dengan janji-janji Allah dan takut terhadap ancaman-Nya. Selain itu karena mereka memandang bahwa harta itu baru berguna jika dijadikan sebagai bekal di akhirat nanti.

Dan mereka mamahi sabda Rasulullaah, saw. ْ ُن قَّال صلى الله عليه وسلم » ا َدَُ ُقَ ُل اب َ َكْل َ ُ ” َ ا ا َ ا م َّ َك ا ِل ِ ال َ ْن م ْ َن ا َدَُ مِ ا اب َ َك ُ َ ْل لَ َهَّ ِي ق َقَّا َل و ال َ ِي مَّ ال َ مَّ ْ َ ؟ ْم َضي َ دْق َ َفا َّ َص ْو َت َ ْ َ ، ا َلي ْ ب َ َّْ َ َفا بِ ْو لَ َ ْ َ ، ا َْف “ )ُواه مَّل ( َني َفا Rasulullah, saw. bersabda: “Anak Adam selalu mengatakan hartaku, hartaku!” Padahal tidaklah yang kamu miliki dari hartamu itu wahai Anak Adam, selain apa yang kau makan, namun ia pasti hilang; apa yang kau pakai, namun ia pasti rusak; dan apa yang kau sedekahkan, maka ia akan kekal menjadi milikmu.” (Hr. Muslim)

Files
Perusahaan Grup Astra
Pamapersada Nusantara
Wilayah Grup Astra
Samarinda, Bontang & Kutai Timur (Kalimantan Timur)