Jantung Mungil Penyampai Hikmah

Andika Dwi Saputra • 19 April 2021

Lorong panjang dengan pilar kokoh berwarna putih berjajar, ku lewati satu per satu seolah saling membisu. Setiap ubin lantai terus teracuhkan oleh derap langkah kaki yang terdengar begitu terburu. Sesekali aku pun harus mengusap beberapa bulir air mata yang memang sudah tak sanggup tertampung oleh kelopak mata ini.

Hari ini teriknya mentari diatas gedung bertingkat nan megah di ibukota, tak lagi menarik perhatianku yang baru beberapa hari menginjakkan kaki di kota megapolitan ini. Fokusku hanyalah menuju ruang pemeriksaan dibagian ujung belakang rumah sakit jantung rujukan nasional ini.

Ku lewati beberapa hari yang begitu lambat bahkan seolah berhenti sejenak. Andai bisa kuputar waktu semudah memutar jarum jam dinding kusam dirumahku, tentu akan ku lakukan. Karena beberapa hari ini, saya dan Istri mendampingi anak kami, melakukan kontrol khusus yang begitu memekikkan rasa dan hati. Bagaimana tidak, dalam kontrol itu, kami terus dipaksa untuk mendengar tangisan anak kami yang semakin dalam dan sesak sepanjang pemeriksaan.

Pasalnya, Di usia yang sudah menginjak tahun kedua ini, berat badannya belum juga berada pada angka 7 kilogram. Jadi, kami pun sangat paham jika beberapa team medis mengeluhkan kesusahan dalam mencari titik vena untuk dilakukan beberapa pengecekan darah dan pemasangan infus, saking kecil dan mungilnya tubuh anak kami.

Mendapat penuturan team medis yang berkendala, tak membuat kami heran lagi. Bahkan sudah sangat sering anak kami dilabeli gizi buruk pada setiap pemeriksaan posyandu. Cita cita kami memasang jepitan rambut cantik dengan dua kucir pun, belum bisa dilakukan untuk rambutnya yang juga belum tumbuh layaknya anak anak seusianya.

Sudah hampir sepekan, hari hariku tak menggunakan baju kuning dan helm proyek kebanggaan seperti biasa. Karena Alasan anak sakit, sengaja ku ajukan ke atasan untuk bisa pulang kampung beberapa hari. Nyatanya, lamanya hari izin yg ku ajukan kemungkinan besar tidaklah cukup untuk menemani proses tindakan medis anak kami hingga tuntas.

Pukul 2 Siang, terasa getaran dari saku celana yang disertai dering nada dari ponselku. Terdengar suara husky yang berat dari balik telepon. Ya,Atasan kerjaku menanyakan kabar tentang perkembangan penatalaksanaan proses medis anakku.

Ku berusaha menjelaskan dengan detail sesuai versiku meski dengan sangat awam. Bahwa anakku sekarang harus menjalani operasi dikarenakan adanya kebocoran pada jantungnya. Kucoba jelaskan semuanya meski dengan suara menahan haru. Karena kebocoran pada jantungnya ini, selain menghambat pertumbuhannya, menjadikannya terus mengalami batuk pilek berkepanjangan, kali ini anakku pun mengalami pembengkakan pada parunya. Sekarang adalah jadwal yang dipaksakan dengan harapan bisa segera dilakukan tindakan operasi. Akan tetapi, ternyata semua proses ini harus dilakukan dengan kondisi antrian yang panjang. Jadi harus bersabar dan membutuhkan waktu yang lumayan lama.

Atasanku pun bertutur dengan suaranya yang teduh, seolah memberi nasihat antara ayah kepada anaknya. Bahkan sapaan cucu pun beberapa kali dilakukannya untuk menggantikan sebutan anak kami. Beliau menanyakan, apakah prosesnya bisa dilakukan dengan cepat, mengingat kondisi kesehatan anak dan tentunya juga waktu ijin yg terbatas. Beliau menegaskan jika prosesnya panjang karena antrian, maka akan beliau upayakan supaya bisa dipindahkan pada kelas Eksekutif supaya lebih cepat ditangani.

Syukur dan haru saling bercampur mendengar berita bahagia yang sangat kami harapkan ini. Karena tak lama dari atasanku memutuskan sambungan teleponnya, team medis meminta kami, orang tua pasien untuk mengurus berkas pemidahan kelas perawatan sesuai apa yang disampaikan atasanku tadi.

Sebelum Penatalaksanaan operasi, Selain menghubungi Orang tua dan keluarga, Ku juga menghubungi atasanku guna meminta bantu doa dan restu demi kelancaran operasi jantung anak kami. Dengan senang hati beliaupun akan memberikan doa terbaiknya. Bahkan beliau akan meminta bantuan doa kepada semua karyawan baik di site maupun secara nasional yang akan dikabarkannya melalui Lotus Note perusahaan. Di Internal Departemen pun, secara khusus akan diadakan doa bersama.

Sontak Air mata semakin deras basah membanjiri layar seluler androidku. Betapa bersyukurnya mendapat support dan doa yang begitu massive . Tangis sejadi-jadinya dan bahkan sepatah kata guna berucap terima kasih pun, tak bisa keluar lagi. Lidah ini rasanya kelu seolah mendapatkan kenikmatan yang sangat besar dan begitu tak terduga.

Semua air mata dan sesengukan dada ini, bukan hanya tentang kelancaran dan kesembuhan anak kami. Tapi, ini tentang bagaimana dahsyatnya kami bisa benar benar merasakan hikmah, tentang indahnya kekeluargaan dalam balutan profesionalisme pekerjaan sekalipun . Doa dan support terbaik dari orang orang sekeliling menjadi pendorong ragaku untuk selalu semangat terus bergerak dan tentunya menjadi motor penggerak jiwaku untuk terus memperdalam rasa syukur.

Yakinilah bahwa Siapapun yang ada disekeliling kita adalah Saudara Terbaik kita. Maka, Bergeraklah bersama untuk selalu menguatkan dan Saling mengingatkan.

Perusahaan Grup Astra
Pamapersada Nusantara
Wilayah Grup Astra
Samarinda, Bontang & Kutai Timur (Kalimantan Timur)