Ketika Etika Lebih Penting dari IPK

Mugi Rahayu • 13 April 2021

Nabi Muhammad saw. ditegur oleh Allah swt. karena bermuka masam pada orang buta. Padahal orang buta tidak mampu melihat ekspresi Sang Nabi. Namun Allah murka sehingga menunda pemberian wahyu atau petunjuk kepada Nabi selama beberapa hari”

Pukul 07.30 setelah bel berbunyi, nampak beberapa karyawan di kantor sudah bersiap duduk di depan layar monitor berukuran 21 inchi. Ada pula yang terlihat melakukan standing meeting sebagai sarana komunikasi dan koordinasi  sebelum melakukan aktivitas rutin di lapangan.

Panggil saja Pak Kusnadi, salah seorang karyawan anak perusahaan ASTRA yang sudah bekerja hampir 40 tahun-an. Fisiknya yang masih gagah meskipun rambutnya sudah banyak yang memutih karena dipenuhi oleh uban, tak menyurutkan langkah beliau untuk tetap berkontribusi terhadap perusahaan. Pagi itu beliau sudah bersiap dengan membawa kamera di pinggangnya lengkap dengan kelengkapan APD  yang sudah terpasang di anggota badannya. Sesaat hendak melangkahkan kakinya keluar, tiba-tiba terdengar suara memanggilnya,

“Pak Kus, ini laporan apaan?”,terdengar pekik nada suaranya meninggi.

“Emmm itu laporan yang diminta Bapak kemarin siang”, suara Beliau gugup.

“Saya minta format yang baru, kenapa ini masih pakai format yang lama? Mana mau dipake meeting pagi ini lagi, huft.” Terdengar kesal.

“Yaudah biar Saya aja yang ngerjain, Bapak lanjutin aja kerjaan yang laen!”, lanjutnya dengan muka yang masih terlihat kesal.

Mendengar semua itu, Fulanah hanya terdiam di pojokan. Nampak ada rasa iba terhadap Pak Kusnadi, namun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan perilaku kasar bosnya. Bosnya merupakan Asisten Senior Manager di perusahaan tsb. Dia juga merupakan lulusan S1 teknik Universitas Al-Anbiya Jakarta. Diam-diam Fulanah mengajak berdiskusi rekan-rekan satu timnya untuk membahas perilaku kurang sopan santun si Bos.

Sementara itu Pak Kusnadi melanjutkan pekerjaannya, patrol berkeliling pabrik untuk memeriksa kondisi kelayakan AC, mengecek kondisi kelayakan fasilitas ruang VIP; ruang meeting room; musholla bahkan kantin tak luput dari catatan di check sheet yang selalu dia bawa kemana-mana saat patrol. Setelah pagi berkelling, baru di sore harinya beliau dijadwalkan untuk mengajar materi SHE kepada karyawan-karyawan yang baru direkrut.

Bel berbunyi, menunjukkan jam kerja yang sudah usai. Pak Kusnadi pun bergegas meninggalkan meja kantor, menggendong tas ransel berwarna hitam keabu-abuan seraya berjalan menuju parkiran. Melewati lorong penyemprotan disinfektan seraya menyapa satpam yang berjaga sebelum akhirnya sampai di depan sepeda motor honda beat yang terparkir berjajar dengan kendaraan karyawan lainnya. Honda beat pun melaju di tengah-tengah kawasan. Setelah berkilo-kilo meter perjalanan ditempuh, Pak Kusnadi memarkirkan sepeda motornya di depan gedung pondok pesantren tahfidz. Nampak seseorang berwajah mirip dengannya menghampiri.

“Assalamualaikum Abi” sapanya sopan.

“Waalaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh Nak, kapan datang?”

“Sudah hampir satu jam Bi, rindu Abi dan anak-anak pondok.”

“Kamu sudah selesai mengajar atau kelas diliburkan?” selidik Pak Kus.

“Sudah selesai Bi, jangan khawatir hehe. O ya Bi,teman Saya waktu semasa kuliah mau silaturahmi kesini. Pengin ketemu Abi kesini katanya”.

Tak lama kemudian mobil Toyota berwarna hitam terparkir di halaman depan pondok.

“Assaamualaikum” terdengar salam dari depan.

“Wa’alaikumussalam… Pak Rayyan..” seru Pak Kus.

“Lho Pak Kus..sedang apa disini?” jawab Rayyan sontak kaget.

“Weleh rupanya kalian sudah saling kenal”, terdengar suara Hafidz keluar dari ruang tengah.

“Ini Bapak yang sudah membesarkan dan mendidik Saya hingga menjadi seperti ini Bro”,tutur Hafidz.

"Beliau juga masyaa Allah nya bertekad kuat buat mendirikan pondok ini dan membukanya gratis bagi santri-santri yang tidak mampu Bro," lanjutnya bangga.

"Opo to kamu Le, wong Bapak cuma mau bersyukur karo Gusti Pangeran dan berbagi sama bocah-bocah yang membutuhkan kuwi", jawab Pak Kus dengan merendah.

“Owalah..kenapa Kamu nggak pernah cerita Fidz” balas Rayyan kikuk.

Ternyata Hafidz yang merupakan lulusan terbaik dari Universitas Al-Anbiya dan sekarang menjadi dosen di Universitas Trisakti adalah putra dari Pak Kusnadi yang merupakan bawahan Rayyan di kantor. Mengetahui hal tsb Rayyan kemudian meminta maaf kepada Pak Kusnadi atas perilaku tidak sopannya selama ini. Dan semenjak itu pula Rayyan sadar untuk tidak semena-mena dengan bawahannya dan tidak lagi angkuh.

Penting sekali untuk memahami bahwa setinggi apapun jabatan atau almamater, berkata dan berbuat baik kepada orang lain apalagi orang yang lebih tua merupakan nilai kita di mata Sang Khalik dan makhluk-Nya.

Mugi Rahayu

PT TD. Automotive Compressor Indonesia

Perusahaan Grup Astra
TD Automotive Compressor Indonesia
Wilayah Grup Astra
Jadetabek