Teks Khutbah Jum’at Untuk Masjid-Masjid
di Lingkungan PT. PAMA PERSADA, Site KPC Sangatta
Khutbah : Jum’at Ketiga
Tanggal : 20, Sya’ban 1442 H / 2 April 2021 M
Tema : “MENJAGA TIGA PERKARA SEBAGAI TANDA CINTA”
Jama’ah Jum’at yang berbahagia
Dari atas mimbar Jum’at ini, khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan seluruh jamaah, agar selalu bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Bukan sekedar berkata-kata, namun berusaha untuk menjalankannya dalam hati, ucapan, pikiran dan berbuatan agar kita berjaya di dunia dan akhirat.
Tidak kurang dari sepuluh hari lagi, kita akan memasuki bulan Ramadan. Sebelum itu, ada beberapa amalan yang bisa kita lakukan untuk membuktikan cinta dan kepedulian kita terhadap keluarga, tetangga dan kawan-kawan dekat kita. Maka kita gunakan akhir bulan Syawal dan bulan Ramadan ini sebagai bulan untuk menjaga TIGA PERKARA:
1. Menjaga Keluarga
2. Menjaga Tetangga
3. Menjaga Kolega
Jama’ah Jum’at yang berbahagia
Seluruh ibadah dalam Islam, tidak hanya berdimensi spiritual dan hanya berkait dengan Allah semata-mata, namun ia juga terkait dengan dimensi sosial dan hubungan kita dengan sesama manusia. Bahkan Seorang muslim sejati tidak hanya memikirkan keselamatan dan kebahagiaan diri sendiri, melainkan juga memperhatikan keselamatan dan kebahagiaan orang lain. Maka kedatangan bulan Ramadan tahun ini, harus kita gunakan untuk memperhatikan dan menjaga tiga perkara:
Pertama: Menjaga Keluarga
Sebagaimana dalam sebuah Riwayat dinyatakan bahwa di bulan Sya’ban ini, khususnya di pertengahannya Allah memberi ampunan kepada hamba-hamba-Nya kecuali orang yang menyekutukan-Nya dan orang yang masih menyimpan dendam dan permusuhan terhadap saudaranya. Maka jangan sampai memasuki bulan Ramadan ini, ada di antara kita yang masih bermusuhan dan memutus silatur rahim, sebab bahayanya sangat besar. Sebagaimana Rasulullah, saw. bersabda: لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ – يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ. )مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ(
“Tidak akan masuk surga pemutus – yakni pemutus (hubungan) keluarga.” (Disepakati Bukhari-Muslim)
Jika ayah ibu masih ada, maka merekalah orang pertama yang harus disilatur rahimi. Jika tidak bisa datang secara langsung, maka minimal dengan panggilan telpun atau menggunakan kemudahan teknologi komunikasi saat ini. Selain kedua orang tua adalah kerabat dekat kita, terutama jika ada di antara mereka yang yatim dan miskin maka harus lebih diutamakan. Sebagaimana Allah berfirman: وَبِالْوَالِدَيْنِ ا حْسَان ا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ
“Dan kepada kedua orang tua, berbuat baiklah! Dan juga kepada kerabat dekat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.” (An-Nisa’: 36)
Menjaga keluarga tidak hanya untuk kebaikan di dunia, bahkan lebih penting lagi adalah untuk keselamatan mereka di akhirat, sebagaimana Allah berfirman:
يَا اَيُّهَا الَّذِينَ ا مَنُوا قُوا اَنفُسَكُمْ وَاَهْلِيكُمْ نَا ر ا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!” (at-Tahrim: 6).
Jika bulan Ramadan adalah bulan pembebasan dari neraka, maka kita harus memastikan keluarga kita: istri, anak, orang tua dan kerabat dekat kita terbebas dari neraka. Caranya? Tentu saja harus mengajak mereka semua berpuasa. Anak-anak kita yang sudah akil-baligh dan semua yang sudah berkewajiban berpuasa, kita pastikan mereka menjalankannya. Jangan lupa jika diri kita, istri, anak-anak laki-laki atau perempuan kita, paman, bibi dan ponakan-ponakan kita yang masih punya hutang puasa, di bulan Sya’ban ini kita ingatkan agar sudah menunaikan utang puasanya. Demikian itulah di antara cara menjaga “keluarga kita” dari api neraka.
Jama’ah Jum’at yang berbahagia
Kedua: Menjaga Tetangga
Kedudukan tetangga dalam Islam sangat penting, baik tetangga dekat atau tetangga jauh. Itulah sebabnya Rasulullah, saw. bersabda: “Malaikat Jibril senantiasa berpesan kepadaku untuk selalu berbuat baik terhadap tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan ikut mewarisi (harta warisan)” (HR Bukhari dan
Muslim).
Dan Allah berfirman:
وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ
“(dan berbuat baiklah) kepada tetangga dekat dan tetangga jauh!” (an-Nisa’: 36)
Dalam sebuah riwayat, tetangga itu terbagi menjadi tiga tipe: 1. Tetangga dengan satu hak: yaitu tetangga non-muslim yang tidak ada hubungan kerabat, maka mereka punya satu hak, yaitu hak bertetangga dengan kita. 2. Tetangga dengan dua hak: yaitu tetangga muslim yang bukan kerabat kita. Mereka punya dua hak, yaitu hak sebagai sesama muslim dan hak sebagai tetangga. 3. Tentangga dengan 3 hak: yaitu tetangga muslim yang masih berkerabat dengan kita. Mereka punya tiga hak: Hak sebagai kerabat, hak sebagai muslim dan hak sebagai tetangga.
Secara umum kewajiban kita kepada tetangga adalah berbuat baik kepada mereka dan tidak menyakitinya baik secara perkataan mau pun dengan perbuatan. Sebagaimana Rasulullah, saw. bersabda:
مَ نْ كَ انَ يؤْ مِ نُ بِال لَّهِ وَ ا لْ يوْ مِ ا لا خِ ر فَلَ ا يؤْ ذِ جَ ارَ هُ )متفق عليه(
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah menyakiti tetangganya.” (Disepakati oleh Bukhari dan Muslim)
Dan dalam redaksi hadits yang lain dinyatakan bahwa, “barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya.”
Salah satu bentuk kebaikan kita kepada tetangga adalah memperhatikan kemaslahatan mereka; baik dengan menasehati mereka ketika butuh nasehat, menghibur mereka ketika bersedih dan memberi hadiah atau mengirimkan makanan kepada mereka. Dan memasuki bulan Ramadan ini, hendaklah kita semakin baik dengan tetangga-tetangga kita dengan menjaga dan memenuhi hak-hak mereka.
Jama’ah Jum’at yang berbahagia
Ketiga: Menjaga Kolega
Teman dekat atau kolega, punya arti penting dalam kehidupan kita. Sebab, baik dan buruknya seorang kawan akan berpengaruh terhadap diri kita. Sebagaimana Sabda Rasulullah, saw.:
رواه ا بو داود والترمذي( "اَلرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ اَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ" )
“Seseorang itu (bergantung) kepada agama kawan dekatnya, maka hendaklah ia memperhatikan dengan siapakah ia bergaul.” (H.r. Abu Dawud dan Turmudzi)
Syaikh az-Zarnuji menyebutkan sebuah bait syair tentang arti seorang teman:
عَ نِ ا لْمَرْءِ لا تسْ اَلْ وَ اَ بصِ ر ق ري نهُ * فکُ لُّ ق رينٍ بِالْمُ قَ ارَ نِ يقْ تدِ ي
“Tentang seseorang itu, tidak perlu kau tanyakan siapa dia, cukup perhatikan siapakah teman dekatnya, sebab seseorang itu sering mengikuti kawan dekatnya.” (Kitab Ta’limul Muta’allim)
Seorang muslim, tentu saja harus memperhatikan siapa yang dijadikannya sebagai kawan dekat. Sebab, berdasarkan sabda Nabi, saw. di atas, kawan bisa mempengaruhi agama kita, akhlaq dan prilaku kita. Maka salah dalam pergaulan akan membawa kerugian, baik di dunia mau pun akhirat. Maka Allah berfirman:
وَالصَّاحِبِ بِالْجَنبِ
“Dan berbuat baiklah kepada teman dekat!” (an-Nisa’: 36)
Menurut Syakh Abdur Rahman as-Sa’di, berbuat baik dengan kawan dekat atau kolega itu tidak hanya membantunya untuk memperbaiki urusan dunianya semata-mata namun juga mendorongnya untuk berkometment terhadap agamanya. Mendukungnya dalam kebaikan dan mencegahnya dari keburukan. Saling menasehati dan menyemangati untuk berbuat baik dan saling meringankan beban.
Kawan yang baik itu tidak akan membiarkan kawannya terjurumus dalam dosa dan melakukan perbuatan yang melanggar syariat agamanya. Oleh sebab itu, pastikanlah di bulan Ramadan ini, kawan-kawan kita khususnya yang beragama Islam menjalankan kewajibannya, yakni menjaga sholatnya dan berpuasa Ramadan. Kawan-kawan seperti inilah yang benar-benar sebagai kawan sejati di dunia dan akhirat. Sebagaimana Rasulullah, saw. bersabda:
اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ اَحَبَّ
“Seseorang itu akan bersama (di akhirat) dengan orang yang dicintainya” (Disepakati oleh Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menerangkan bahwa kecintaan kita kepada seseorang tidak hanya berakhir di dunia saja. Bahkan bisa menentukan posisi kita di akhirat nanti. Jika orang yang kita cintai dan kita idolakan adalah orang-orang buruk maka akan membawa kita kepada keburukan di akhirat. Kita akan dipertemukan dengan mereka dalam satu tempat. Jika mereka ada di neraka, maka na-udzu billaah, kita akan dipertemukannya di neraka. Sebaliknya, jika teman atau orang yang kita cintai adalah orang baik, maka in syaa Allah akan membawa kita kepada kebaikan. Jika mereka menjadi ahli surga, mudah-mudahan kita dipertemukan mereka di surga juga. Seperti harapan Imam asy-Syaafii’I yang mengatakan:
اُحِبُّ الصَّ الِحِ ينَ وَلَسْ تُ مِ نهُمْ * لَعَلّي اَن اَنالَ بِهِمْ شَفاعَهْ
Aku mencintai orang-orang sholeh meski pun aku tidak sholeh seperti mereka Karena aku berharap dengan mencintai mereka aku bisa mendapatkan syafaatnya.
Jama’ah Jum’at yang berbahagia Demikianlah tiga perkara yang bisa kita lakukan menjelang kedatangan bulan Ramadan yang penuh berkah, maka agar keberkatannya semakin besar, marilah kita libatkan seluruh keluarga kita, tetangga dan kawan-kawan dekat kita untuk menyambut dan menjalankannya dengan baik. Semoga kita semua bersama dengan mereka di dunia dan di akhirat dalam kebahagiaan abadi.