Keindahan dan Kemuliaan Keimanan

Bang Pitung • 14 Januari 2021
di grup Masjid Astra

 

Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
JUMAT, 08 Januari 2021
              25 Jumadil Awal 1442 H
Pukul, 19.45 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz Harits Abu Naufal"


~ KEINDAHAN DAN KEMULIAAN KEIMANAN  ~


Baiknya kehidupan kita diakhirat kelak sejauh mana kita maksimalkan hidup kita didunia yang hanya sesaat ini.
Kalau kita merenungi kehidupan kita, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengatakan,
"Umur umatku antara 60 - 70 tahun."

Diantara umur yang kita miliki 60 - 70 thn, mungkin hanya sekitar 30 tahun kita bisa menikmati didunia ini. Karena ketika umur kita sudah beranjak 50 thn keatas, sudah mulai terjangkiti banyak penyakit.
Jangankan untuk menikmati dunia ini, terkadang ke kamar mandi juga sulit.
Tiga puluh tahun paling kita busa menikmati dunia itupun kalau kita punya dunia. Maka 30 tahunlah sesusah2 apapun kita, akan sangat berpengaruh sekali akan kehidupan kita diakhirat kelak.

◆ Disebutkan dalam sebuah hadits Shahih Muslim,
"Matahari dan bulan kelak akan menjadi bahan bakar api neraka, yang mana Allah akan memggulingkan Marahari dengan Bulan seperti seekor sapi yang diguling."
Bagaimana besarnya neraka tersebut.

◆ Disebutkan dalam beberapa riwayat, 
"Neraka ketika dibakar ribuan tahun, dia berwarna merah. Ketika dibakar ribuan tahun lagi setelahnya berubah menjadi warna biru. Kemudian di bakar lagi ribuan tahun setelahnya dia berwarna hitam legam. Dan kemudian manusia dan Matahari dan yang lainnya menjadi bahan bakar."
Itulah yang ajan dihadapi oleh manusia ketika dia tidak sukses menjalani kehidupan didunia ini.

Kalau seandainya dia sukses menjalani kehidupan didunia ini yang hanya sesaat saja.
Sesusah dan sesulit apapun hidupnya didunia ini, kalau seandainya dia tetap diatas keimanan dan ketaqwaan, maka apa yang dilewati didunia ini, seberat apapun akan menjadi hal yang terlupakan setika Allah memasukkan dia kedalam surga.

◆ Disebutkan dalam sebuah hadits, Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يُؤتَى بأنْعَم أهل الدنيا مِنْ أهل النار فيُصْبَغُ في النارِ صَبْغَةً ثم يُقَال: يا ابنَ آدمَ هل رأيتَ خيراً قطُّ هل مَرَّ بكَ نعيمٌ قط؟ فيقولُ لا والله يا ربِّ، ويؤْتَى بأشَدِّ الناسِ بؤساً في الدنيا مِنْ أهل الجنة فيصبغُ صبغةً في الجنة فيقال: يا ابن آدمَ هل رأيتَ بؤساً قط؟ هل مَرَّ بك من شدة قط؟ فيقولُ: لا والله يا ربِّ ما رأيتُ بؤساً ولا مرّ بِي مِنْ شدةٍ قَطُّ

“Didatangkan penduduk neraka yang paling banyak nikmatnya di dunia pada hari kiamat. Lalu ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan kebaikan sedikit saja? Apakah engkau pernah merasakan kenikmatan sedikit saja?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku.” Didatangkan pula penduduk surga yang paling sengsara di dunia. Kemudian ia dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Kemudian dikatakan kepadanya, ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah merasakan kesulitan sekali saja?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rabb-ku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali dan aku tidak pernah melihatnya tidak pula mengalamminya” (HR. Muslim no. 2807).

Dunia yang kita jalani hari ini, dunia yang kita kejar siang dan malam, yang terkadang kita tidak perduli halal dan haram, yang terkadang kita mengorbankan keimanan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepada kita. Besok suatu saat itu akan menjadi mimpi2 dalam kehidupan kita.
Oleh karena itu orang yang cerdas dia akan fungsikan umur yang dia punya untuk mengumpulkan sebanyak2 kebaikan didunia agar dia bisa sukses diakhirat kelak.

★ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”
[QS. Al-Baqarah: 197]

Tidak ada sesuatu yang akan bisa memberikan motivasi dan dorongan kepada kita, agar menjadi orang2 yang selalu menjaga keimanan.
Dan rasa manisnya iman tersebut kecuali dengan kita mendengarkan ayat2 Allah, hafits2 Rasulullah. 
Hadirnya kita dimajelis ilmu ini merupakan kekuatan yang terkuat, yang akan menjaga iman dan kestabilan kita agar terpaut kepada Allah Rabbul'alamin.

★ Kemudian disebutkan,
"Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan anugerah kepada orang2 yang mereka berjalan diatas jalannya Allah dengan kehidupan yang baik. Allah akan memberikan kepadanya keamanan, Allah akan hilangkan padanya rasa takut dan sedih. Hidupnya akan selalu bahagia dan ceria, walaupun mungkin tidak ada yang dia makan nanti malam.
Tetapi orang2 yang mereka diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala keimanan dan menjalankan syariat Allah didalam kehidupannya, dia tidak akan berfikir atau stress atau galau. Karena sia yakin tidak ada satupun manusia di muka bumi ini. Kecuali akan diberikan rezeki oleh Allah.

★ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya”
[QS. Huud: 6]

Setelah dia berusaha semaksimal mungkin Insyaa Allah akan diberikan rezeki, karena dia menyadari dia tidak akan pernah mati dan meninggalkan dunia ini sampai semua rezeki yang Allah takdirkan kepadanya semua telah dia terima.

◆ Oleh karena itu sangat indah disebutkan oleh seorang ulama salaf,

 عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لَا يَأْكُلُهُ غَيْرِي، فَاطْمَأَنَّتْ بِهِ نَفْسِي، وَعَلِمْتُ أَنَّ عَمَلِي لَا يَعْمَلُهُ غَيْرِي، فَأَنَا مَشْغُولٌ بِهِ، 

"aku tahu bahwa rezekiku takkan dimakan oleh orang lain, maka aku pun merasa tenang, dan aku tahu bahwa amalku tak akan dikerjakan oleh orang lain, maka aku pun sibuk mengerjakannya,"

Kapan seseorang akan bisa merasakan kehidupan tenang seperti itu..?
"Ketika dia berusaha berjalan diatas jalannya Allah Subhanahu wa Ta'ala."

◆ Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
"Apa yang dilakukan oleh musuh2ku kepadaku, mereka tidak sadar kalau seandainya surgaku ada dalam hatiku. Dan kalau seandainya mereka mau memenjarakan aku maka saatnya aku bersendirian untuk beribadah kepada Allah, untuk bermunajat kepada Allah, berkholwat dengan Allah. Dan kalau seandainya mereka mengusirku dari tempat kelahiranku atau tempat tinggalku, maka niscaya aku akan mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah dimana aku diusir. Dan kalau seandainya mereka membunuhku, maka aku berharap Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan Syahid kepadaku."

Inilah hakikat seorang mukmin, dan kenapa ketika kita mendapatkan diri kita sedikit ada masalah, sedikit berkurang harta yang kita punya, sedikit ada masalah dengan istri, sedikit masalah dengan keluarga, sedikit masalah dengan tetangga, sedikit masalah dengan tempat kita bekerja.
Kita rentan galau, rentan strees, kenapa ini semua..?
"Karena kita tidak berjalan diatas jalan Allah dengan jalan yang jujur, tidak terpupuk dalam diri kita iman yang shodiq kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala."
Ini yang menjadi sebab.

Tapi ketika seseorang memiliki keimanan yang jujur kepada Allah Rabbul'alamin, sebesar apapun ujian yang menghampirinya, dia tidak akan mengubah sikapnya sebagai hamba Allah.
Tidak akan mengubah dirinya sebagai umat Rasulullah yang harus berjaoan diatas jalannya Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.

▪️Ada kisah tiga orang sahabat Nabi shalallahu'alaihi wasallam yang tidak ikut perang Tabuk.

Diantaranya Ka’b bin Mâlik, Hilal bin Umayyah dan Murarah bin ar-Rabi’ Radhiyallahu anhum.
Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam untuk memboikot tiga sahabat tersebut.
- Tidak diberikan salam dan tidak dijawab salam, 
- Bahkan diperintahkan untuk dipisahkan dengan istrinya.

Ka'b bin Malik patuh pada perintah Rasul,
"Sami'na wa ato'na, kami mendengar dan kami taat apa yang diputuskan oleh Rasulullah."
Tidak bergeser satu centipun langkah Ka'b bin Malik radhiallahu'anhu ditengah seluruh penduduk kota Madinah memboikot beliau.
Beliau menyadari ini ujian untuknya karena kesalahannya, dan dia yakin Allah pasti akan memberikan jalan keluar kepadanya.

Kesabaran Ka'b bin Malik radhiallahu'anhu, Allah menurunkan ayatnya, 
★ QS. At-Taubah ayat 117-119;

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴿١١٧﴾ وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّىٰ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ﴿١١٨﴾ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ 

“Sesungguhnya Allâh telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allâh menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allâh Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka. Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allâh, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allâh menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allâh-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allâh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar."
[At-Taubah : 117—119]

Dan Surat ini dibaca oleh manusia sampai Yaumul Qiyamah.
Tentunya ini sangat berbeda dengan kondisi dan keadaan kita, ketika punya masalah, ketika kita diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala denhan sakit dan yang semisalnya. 
Maka disitu kita mulai,
- menjauh dari kebaikan,
- menjauh dari majelis ilmu,
- menjauh dari masjid,
- menjauh dari teman2 yang baik, menjauh dari ketaatan kepada Allah.
Tidak lain kejujuran Iman kita kepada Allah tidak murni.

Demikian kata Allah dalam Alquran,
★ QS. Al-Ankabut ayat 2-3;
 
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ يُّتۡرَكُوۡۤا اَنۡ يَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَـنُوۡنَ

2. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?

وَلَقَدۡ فَتَـنَّا الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ‌ فَلَيَـعۡلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ صَدَقُوۡا وَلَيَعۡلَمَنَّ الۡكٰذِبِيۡنَ

3. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
[QS. At-Taubah : 2-3]

Kapan seseorang itu dianggap jujur keimanannya kepada Allah, ketika diuji dan dicoba. 
Kalau seandainya tidak diujian, tidak ada cobaan, tidak ada masalah dalam hidupnya, dia mengucapkan kalimat keimanan itu biasa, semangat ikut kajian biasa.
Akan tetapi kejujuran keimanan seseorang ketika Allah mengujinya, mencobanya dan memberikan musibah kepadanya, apakah dia tetap konsisten diatas keimanan..?
Itu pertanda orang tersebut berada diatas jalan Allah dan jujur karena Allah.

Hakikat dari pada kehidupan bukanlah banyaknya harta yang dimiliki, bukan hidup yang selalu senang, bahagia, kenikmatan yang begitu banyak.
Akan tetapi kesuksesan, kebahagiaan, ketenangan, ketika seseorang berjalan diatas jalannya Allah, walaupun makanan dia miliki hanya untuk hari ini dimakan, besok belum jelas apakah ada makanan yang akan dimakan atau tidak.


? Kehidupan Orang2 yang telah diberikan Nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dari Kalangan Para Rasul, Para Shahabat Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dan Para Ulama.

▪️Ibnu Taimiyah berkata,
Dan aku melihat bukanlah kebahagiaan seseorang dengan mengumpulkan harta ya banyak, akan tetapi kebahagiaan itu ketika terpupuk rasa takut dan taqwa seseorang kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dan apa yang kita lihat hari ini kebanyakan manusia hidupnya sedih, galau, gelisah, sakit hati.
Dan kita selalu mendapatkan berita orang dari sisi ketenarannya berada dipuncaknya, tiba2 ada diantara mereka bunuh diri, ditangkap polisi karena narkoba, karena stress.
Karena hari ini dilayar kaca mereka tertawa, mereka menghibur manusia ternyata mereka sendiri berada dalam keadaan stress yang sudah memuncak.
Ini pertanda harta dan ketenaran tidak menjamin kebahagiaan bagi seseorang.

★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

"Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman."
[QS. Hud : 120]

Kekokohan hati disaat kita galau, gelisah, ketika dalam keadaan punya banyak masalah, ternyata jalan keluarnya dengan dekatnya kita kepada Allah Rabbul'alamin.

Apa sebab manusia rentan galau dan gelisah, cepat stress..?
Dikarenakan jauhnya dia dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan besarnya ketergantungan dia kepada selain dari Allah Subahanahu wa Ta'ala Rabbul'alamin.

▪️Disebutkan oleh Ibnu Qoyyim Rahimahullah.
Kegelisahan, kesedihan, kesempitan hati, galau apapun namanya. 
Itu merupakan hukuman yang disegerakan oleh Allah Subahanu wa Ta'ala didunia ini. Kalau didunia saja dia tidak mendapatkan kebahagiaan, apa yang dia harapkan untuk akhiratnya.
Begitulah dampak jelek dari dosa2 dan maksiat yang dilakukan oleh seseorang.

Dampak2 dosa dan dampak2 maksiat yang dilakukan oleh seseorang, dia akan sampai kepada titik dia tidak akan pernah lagi merasakan nikmatnya dosa dan maksiat yang dilakukan.
Dia melakukan itu semua untuk menghibur hatinya yang kosong, semakin dia berbuat dosa maka semakin haus dia dengan dosa tersebut, tapi dia tidak pernah merasakan kelezatan dosa tersebut.
Dan hukuman yang diberikan oleh Allah kepada pelaku dosa dan maksiat, bagaimana kondisinya diakhirat kelak.

Adapun orang2 yang beriman yang nereka kembali kepada Allah, mereka bertobat kepada Allah, ridho dengan keputusan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Yang hatinya memenuhi kecintaan kepada Allah, rindu untuk menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta'ala, bergetar jiwanya ketika mengingat Allah.
Dia merasa bahagia dan senang ketika dia mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka itu merupakan pahala atau dampak yang disegarakan oleh Allah, dan itu merupakan dunia yang telah diberikan oleh Allah sebelum dunia diakhirat kelak.

▪️Disebutkan oleh Abdullah ibnu Mubarrak rahimahullah,
"Kalau seandainya raja dan anak2 raja mengetahui akan kesejukan dan ketenangan oleh para penuntut ilmu, maka niscaya mereka akan mengangkat pedang2 mereka karena cemburu. Tenangnya hati para penuntut ilmu, orang2 yang berjalan kepada Allah, orang2 yang selalu memikirkan keimanannya kepada Allah Rabbul'alamin.
Sehingga perjalanan orang menuju kepada Allah, dan menjalankan apa yang Allah subhanahu wa Ta'ala perintahkan kepadanya. Maka ini akan mengantarkan kenikmatan yang disegerakan oleh Allah didunia, dan ini merupakan anugerah yang Allah berikan kepada orang2 yang beriman."

Dunia semua diberikan kepada Allah oleh orang2 yang tidak beriman kepada Allah.
- Firaun Allah berikan jabatan
- Namrud Allah berikan harta
- Qorun Allah berikan harta
- Bahkan orang2 kafir dimuka bumi ini justru mereka berada dibarisan pertama orang2 yang terkaya didunia.

Sehingga bukan keistimewaan ketika Allah memberikan harta kepada seseorang. 
Akan tetapi hakikat dari pada kebahagiaan sejauh mana seseorang bisa merasakan lezat ketika dia beribadah kepada Allah.
- Bagaimana dia lezat ketika membaca Alquran
- Bagaimana dia rindu untuk ruku dan sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
- Bagaimana dia rindu untuk bermujanat kepada Allahu Rabbul'alamin.
Itulah kenikmatan yang terbesar yang hanya Allah berikan kepada orang2 yang di pilih oleh Allah, dan di khususkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang sedikit diatara manusia2 yang diberikan nikmat ini oleh Allah Rabbul'alamin.

Dan dari pada hasilnya,
- Seseorang merasakan manisnya iman dan,
- Dan lezatnya ketika dia beribadah kepada Allah Subahanahu wa Ta'ala.

Lihatlah orang2 yang diberikan puncak kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala didunia ini.
Terkadang dari sisi dunia, dirumah Nabi kita Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, tidak ada yang beliau makan kecuali hanya kurma dan air putih saja.
Berbulan2 dapur Nabi shalallahu'alaihi wasallam tidak hidup.
Bagaimana ketenangan hidup beliau, dan itu merupakan anugerah yang diberikan kepada beliau.

◆ Beliau shalallahu'alaihi wasallam berkata kepada Bilal,
"Wahai Bilal istirahatkanlah aku dalam sholat."

Coba kita tanya dalam diri kita, terkadang sholat menjadi beban buat diri kita, menjadi sesuatu yang berat untuk diri kita.
Karena hati kita gak bersih dan kita tidak merasakan lezatnya iman, hati kita kotor dengan dosa dan maksiat.
Sehingga sesuatu yang lezat yang diberikan oleh Allah kita menyebut nama Nya dan bermunjat kepada Nya dan berinteraksi dengan Allah. Kita tidak merasakan itu sebuah kelezatan.

Kenapa Rasulullah shallahu'alaihi wasallam menjadikan sholat itu penyejuk jiwa beliua dan istirahatnya jiwa beliau..!
Karena beliau merasakan lezatnya ketika bermunajat kepada Allah dan ketenangan dalam hati beliau.

◆ Sampai Aisyah radhiallahu'anha pernah berkata,
"Ya Rasulullah, bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan dosa mu yang akan datang, bukan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin engkau masuk surga.? Kenapa engkau tidak istirahat sejenak.?"
Aisyah melihat kaki Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bengkak karena banyaknya Ruku san Sujud beliau kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

◆ Apakata Nabi shalallahu'alaihi wasallam ketika Aisyah berkata demikian.!
"Wahai Aisyah tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah Rabbul'alamin.? Allah telah jadikan kepadaku penyejuk hatiku san jiwaku adalah sholat."

Apa yang terbetik dalam hati kita Allah mengetahuinya,
"Allah mengetahui apa yang nampak darimu dan apa yang ridak nampak darimu, dan Allah memgetahui apa yang kamu lakukan."

▪️Mu'adz bin Jabbal radhiallahu'anhu beliau menangis ketika beliau akan meninggal.
Karena ketika beliau meninggal,
- Beliau tidak bisa lagi sholat malam dimusim dingin.
- Beliau tidak bisa lagi berpuasa ditengah2 teriknya matahari.
- Beliau tidak bisa lagi berdesak2an untuk hadir dimajelis ilmunya para ulama.
Itu yang membuat beliau mengangis, karena bersihnya hati mereka dan sucinya hati mereka.

Beliau Mu'adz bin Jabbal radhiallahu'anhu, merasakan kelezatan dalam kehidupan beliau, ketika beliau bisa berpuasa ditengah2 teriknya matahari, dan beliau bisa merasakan lezatnya sholat malam ditengah2 musim dingin. Dan beliau merasakan kelezatan dan kebahagiaan ketika beliau duduk dimajelis ilmu.

Beliau Mu'adz bin Jabbal adalah ulama para Shahabat.
Disebutkan dalam Hadits,
"Mu'adz akan berada ditempat yang lebih tinggi, dibandingkan orang2 yang lain kelak di Yaumul Qiyamah ketika Allah bangkitkan dikarenakan ilmu yang beliau miliki."

▪️Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah.
"Sesungguhnya didunia ini ada yang namanya surga, dan siapa yang tidak pernah merasakan surga didunia ini, maka dia tidak akan pernah merasakan Surga di akhirat kelak."

Kita khawatir Allah tidak memberikan kenikmatan surah diakhirat kelak, kalau surga didunia hari ini belum kita rasakan.

▪️Disebutkan oleh salah seorang ulama salaf,
"Sesungguhnya lewat kepadaku waktu2 (ketika beliau baca Quran, beliau hadir dimajelis ilmu, waktu ketika beliau ruku dan sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala), kalau seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kesejukkan, kebahagiaan, ketenangan kepada penghuni Surga, seperti diberikan kepada manusia pada hari ini yang dekat dengan Allah, maka sungguh lezat apa yang didapatkan oleh para penduduk surga."
Maka beliau dekat dengan Allah, itulah hakikat Surga bagi seseorang.

▪️Dan juga disebutkan yang lainnya oleh ulama Salaf,
"Sungguh sangat kasian orang2 yang lalai didunia ini, yang hidupnya cuma menikmati makan, minum, tidur, traveling. Kemudian datang kepadanya ajal kematiannya, tetapi dia tidak pernah merasakan apa yang paling lezat didunia ini."

Kalau seandainya raja dan anak2 para raja tersebut, memgetahui ketenangan yang dirasakan oleh kita penuntut ilmu, maka niscaya mereka akan menebas leher2 kita, mereka akan memerangi kita, karena cemburu.
Mereka tidak pernah merasakan ketenangan dan kesejukkan jiwa di istana2 mereka dengan hidangan2 yang lezat, seperti kelezatan yang didapat oleh para penuntut ilmu.

▪️Al Imam Bukhori rahimahullah.
Beliau pernah tidak hadir dalam majelis ilmu dalam beberapa hari, kemudian datang teman2nya mwncari tahu kenapa..!
Kemudian Imam Bukhori berkata,
"Sesungguhnya harta satu2nya yang kumiliki dibadanku dan bajuku harus aku jual karena aku butuh makan, sehingga aku tidak punya pakaian satupun untuk aku keluar dari rumahku, untuk aku menuntut ilmu agama."

▪️Sebagian para ulama salaf,
"Ketika dia punya uang sedikit lalu dia gigit uangnya, untuk beli kitab atau untuk beli makan."

Saking sibuknya mereka belajar ada diantara mereka, ketika ditoilet, mereka meminta temannya yang diluar untuk membacakan hadits, agar waktu ditoilet yang hanya beberapa menit tersebut, jangan lewat sia2 begitu saja dan tidak mendapatkan faedah.

▪️Ada sebagaian mereka,
Ketika gurunya tidak hadir dimajelis2, disitulah mereka gunakan kesempatan untuk membeli ikan, sebagai gizi untuk mereka belajar.
Tiba2 guru mereka hadir, maka mereka kembali dari safarnya untuk menghadiri majelis.
Ketika mereka ditengah2 belajar mereka baru sadar ada ikan yang mereka beli dengan uang seadanya, ternyata ikan yang mereka beli sudah busuk.

"Dan kami jadikan sebagian dari mereka pemimpin2 dalam agama ini, ketika mereka mau bersabar. Dan mereka dengan ayat2 kami begitu yakin, tidak membuat mereka mundur satu lamgkahpun untuk menuntut ilmu dan beajar, karena mereka sudah merasakan bagaimana lezatnya ilmu tersebut."

"Ilmu itu lebih manis dibandingkan madu dan lebih lezat sibandingkan susu, bahkan ilmu itu lebih lezat dibandingkan seseorang mendatangi istrinya."


? Apa yang menyebabkan seseorang itu merasakan lezatnya iman dan manisnya iman.

▪️Kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan cinta yang benar dan cinta kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam dengan cinta yang benar, dengan dia menunaikan haknya Allah dan haknya Rasulullah.

◆ Rasulullah mengatakan,
Tiga perkara yang apa bila ada pada hati seorang manusia dia akan merasakan manisnya keimanan tersebut,
1. Allah dan Rasul Nya lebih dia cintai selain dari pada keduanya.
2. Tidaklah seseorang mencintai orang yang lainnya, karena kexintaan tersebut katena kecintaan kepada Allah.
3. Dan kemudian dia benci untuk kembali kepada kekufuruan sebagai mana dia benci untuk di campakkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kembali kedalam neraka.

▪️Bentuk cinta kepada Allah, disebutkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah.
Bagaimana seseorang dikatakan cinta kepada Allah,
"Tidak ada sesuatu yang paling dia cintai didalam hatinya, melebihi dari pada cintanya dia kepada yang menciptakannya, sehingga kecintaannya dia kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala ini merupakan nikmat dan juga kebahagian seseorang tersebut. Sehingga tidak ada diantara orang2 yang mereka memilik hati yang salamat, kecuali tandanya tidak ada sesuatu yang lebih manis dan lebih lezat, yang lebih indah dan lebih besar kenikmatan, dibandingkan kecintaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Inilah yang menjadi barometer kita dalam kehidupan kita. 
Asalkan kita bisa sholat 5 waktu, bisa menjalankan kewajiban, bisa menjauhi dosa dan maksiat.
Walaupun apa yang ada ditangan hanya cukup untuk makan sehari2, walaupun pekerjaannya dipandang orang adalah pekerjaan yang dipandang orang hina tidak ada masalah.
Yang paling penting jangan sampai bermaksiat kepada Allah dan jangan sampai jauh dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Oleh karena itu Nabi kita shalallahu'alaihi wasallam berdoa kepada Rabbul'alamin.
◆ Diantara doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam;

وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا

“Ya Allah janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami”

Apa maksudnya dalam agama kami..?
"Jangan sampai hilang rasa lezat ketika beribadah kepada Allah, jangan sampai kami menjauh dari Mu, jangan sampai kami lupa dengan perintah2 Mu, jangan sampai kami merasakan lezat ketika bermaksiat kepadamu dan merasakan pahit ketika melakukan ketaatan kepadamu."
Inilah yang paling ditakuti oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Akan tetapi sangat jauh dengan kondisi dan keadaan kita. Dunia yang Allah berikan kepada kita, kenikamatan yang kita ketahui akan menjadi sumber kebahagiaan nanti setelah kematian kita dan juga yaumul qiyamah, kita tahu dan sadar akan hal itu.
Akan tetapi siap untuk kita pertaruhkan, siap untuk kita korbankan ketika harus memilih antara dunia kita dan akhirat kita.
Tidak sedikit dari kita, kita lebih memilih dunia kita dan lebih mengorbankan ketaatan, keimanan, kelezatan taqwa kepada Allah yang Allah berikan.
Itu lebih kita gadaikan dibandingkan dengan dunia yang sebenarnya kita sadar itu akan kita tinggalkan semuanya.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB 

1️⃣ Jika diri kita sudah berasa berat sekali dan lelah sekali dengan ujian di dunia dan kadang sering kita menangis dan merasa ingin cepat2 pulang ke sisi Allah, apakah ini tanda lemahnya iman karena merasa tidak kuat dengan ujian yang diberikan Allah didunia ini.!
Jazaakallahu khoyron.
↪️  Jawab :
Pertama yang perlu kita ketahui segala sesuatu yang ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dibalik itu ada hikmah, apakah hikmah itu kita ketahui atau tidak kita ketahui. Yang jelas segala sesuatu yang Allah Subhanahu wa Ta'ala takdirkan hakikatnya itu merupakan kebaikan untuk kita. Karena takdir itu merupakan salah satu dari perbuatan Allah yang itu kembali kepada kudrohnya Allah. Dan segala sesuatu yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta'ala maka didalamnya adalah kebaikan.
★ Dalam sebuah ayat Allah ta’ala berfirman ;

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

“. . Tetapi boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”. 
[QS. Al Baqarah : 216]
Ketika seseorang itu diuji oleh Allah dan dia merasakan berat dengan ujian tersebut, maka ingat ayat Allah.
★ Allah Ta’ala berfirman,

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
[QS. Al-Baqarah : 286]
Jadi ujian yang Allah berikan kepada kita sebenarnya itu tidak melebihi dari kemampuan kita.
Kenapa kemudian kita tidak sanggup untuk menahannya, tidak lain karena kurangnya kita dalam mengenal Allah, dan kurangnya pengetahuan kita tentang ilmu Allah Rabbul'alamin.
Inilah yang perlu untuk kita tuntut dan kita pelajari. Kita lihat bagaimana kehidupan para Nabi dan Rasul diuji oleh Allah dengan ujian demi ujian.
◆ Rasulullah berkata,
"Dan sungguh Nabi Musa diuji oleh Allah lebih besar dari pada ujian ku, tapi beliau bersabar."
Tidak akan mungkin Allah memberikan ujian kepada kita semuanya melebihi ujian yang Allah berikan kepada Nabi. Karena seseorang itu diberikan ujian oleh Allah setingkat dengan keimanannya. 
Dan Iman kita tentunya sangat jauh dengan imannya Rasulullah sehingga tidak mungkin ujian kita sebesar ujian yang menimpa Rasul. Akan tetapi kesiapan hati kita yang kurang sebenarnya. Itulah yang harus kita didik.
Maka diantara hal yang bisa memberikan ketenangan pada diri kita, diantaranya membaca doa yang diajarkan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
◆ Doa ketika ditimpa musibah;

إِنَّا لله وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجعُونَ اللَّهُمَّ عِنْدَكَ أحْتَسِبُ مُصِيبَتِي فآجِرْنِي فِيها وَأبْدِلْنِي بِها خَيْراً مِنْها

(Inna lillahi wa inna ilahi raji‘un. Allohumma ‘indaka ahtasibu mushibati, Fa’ajirni fiha, wa abdilni biha khoirom minha.)
Artinya:
"Kami itu milik Allah, dan kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, aku gantungkan (pahala) musibahku. Berikanlah aku pahala dan gantikan dengan nikmat yang lebih baik sebab musibah itu."
(HR Abu Daud). 
Persiapkan iman, kenallah Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan kenal yang benar, dengan kita belajar menuntut ilmu dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Insyaa Allah akan menjadi sebab kekokohan kita.
Adapun meminta mati karena kita tidak sanggup untuk menghadapi ujian dan cobaan dalam kehidupan ini, maka iti sesuatu yang tidak dibolehkan dan tidak dibenarkan. Tetapi ketika seseorang meminta mati karean takut semakin banyaknya musibah yang akan menimpa tentang agamanya, boleh dia meminta mati. 
Sebagaimana kisah dari Imam Bukhori karena adanya fitnah sampai beliau terusir dari majelis beliau, kemudian beliau pulang kerumahnya dan kekampungnya, kemudian tidak ada satupun orang yang mendengar ilmu dari beliau. Dan akhirnya beliau berdoa kepada Allah Subahanahu wa Ta'ala,
"Kalau seandainya hidup saya ini akan memberikan fitnah kepada agama saya, maka matikanlah saya ya Allah."
Maka ditegaskan kembali boleh meminta mati kalau seandainya takut hidup didunia akan memberikan fitnah kepada agamanya.
Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Kakek dan Nenek saya dulu muslim, kemudian murtad swlama puluhan tahun, kemudian bersyahadat kembali atas kemauan sendiri, kemudian kakek dan nenek meninggal setelah 1 tahun bersyahadat kembali. Saya pernah mendengar orang yang pernah murtad tidak diampuni. Mohon pencerahannya.!
↪️  Jawab :
1. Allah Subahanahu wa Ta'ala mengatakan dalam ayatnya.
★ Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
(QS. An Nisa: 48)
Para ulama sepakat Allah tidak akan mengampuni orang yang murtad selama dia belum bertobat. Tapi kalau seandainya dia bertobat kepada Allah dari apa yang dia lakukan, sebesar apapun dosa yang dia datangkan maka sebesar itu pula pengampunan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan kepadanya.
Dan kalau orang sudah bertobat maka sudah selesai, karena Tobat menghancurkan apa yang sebelumnya.
2. Ketika kita membaca penjelasan para ulama tentang definisi shahabat,
"Siapa yang bertemu dengan Rasulullah, beriman kepada Nabi shalallahu'alaihi wasallam, dan mati diatas keimanan walaupun sebelumnga dia pernah murtad, tetap dikatakan sahabat."
Bukan hanya dikategorikan sebagai seorang muslim. Tapi tetap dikatakan sebagai sahabat Rasulullah.
Misalnya, di zaman Nabi dia beriman kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, kemudian dia murtad, kemudian dia masuk Islam lagi dan dia meninggal."
Ketika dia meninggal dalam keadaan dia beriman, tetap dia dikatakan sebagai shabat Rasulullah, sehingga hadits2 dan ayat2 Alquran yang menyebutkan tentang keutamaan sahabat Nabi, mereka juga masuk didalamnya.
Jadi apa yang didengar tersebut tidaklah benar atau keliru, tetapi yang benar siapa yang sudah bertobat dan bersyahadat maka baik keislamannya, maka tobat itu menghancurkan apa yang sebelumnya.
Wallahu'alam bishowab.

3️⃣ Apakah tanda2 bahwa kita merasakan kelezatan beribadah dengan membaca Alquran, mohon penjelasannya.!
↪️  Jawab :
Ketika seseorang itu merasakan lezat dengan sebuah makanan, pasti dia akan pingin lagi dan pingin lagi. Tetapi tanda ketika seseorang itu merasakan lezat membaca Alquran, dia rindu untuk membaca Alquran, tidak ada hari2 yang dia lewati kecuali untuk membaca Alquran.
Satu hari belum menyentuh dan membaca Alquran hidupnya seakan2 ada kekurangan dan ada sesuatu yang kurang. Itulah pertanda seseorang merasakan bagaimana lezatnya dia membaca Alquran dan Kallamullah.
Ini diantara tanda2nya walaupun ada tanda2 yang lain.
Kadang2 ada orang baca Quran baru satu lembar sudah ngantuk atau pengen buru2 selesai, tapi ketika nontom youtube atau sosmed sampai berjam2 gak pernah ngantuk. Itu pertanda seseorang itu tidak pernah merasakan lezatnya membaca Alquran.
Syaikh Ibnu Taimiyyah rahimahullah diceritakan oleh Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah, 
"Selesai sholat subuh beliau berdzikir kepada Allah, baca Quran dan lainnya, sampai matahari sudah naik waktu syuruk. Kata muridnya.. "ya guruku tidakkah engkau istirahat..?" kata beliau.. "istirahatnya saya ialah ketika saya berdzikir kepada Allah dan ketika saya membaca Alquran."
Itulah istirahatnya mereka, keistiqomahan membaca Alquran dan kelezatan dan kerinduan membaca Alquran itu pertanda seseorang mencintai Alquran itu sendiri.
Semoga Allah menjadikan kita orang2 yang mencintai Alquran.
Wallahu'alam bishowab.

4️⃣ Apakah kafir seseorang yang didalam hatinya terkadang terbersit rasa jengkel ketika terdengar Adzan, bagaimana bertobat terhadap perilaku tersebut.?
↪️  Jawab :
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan sebuah ayat dalam Alquran.
★ Allah Ta'ala berfirman :

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ َ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci."
(QS. Al-Baqoroh : 216)
Dalam ayat ini yang dibenci itu adalah perangnya, bukan yang dibenci pensyariatannya Allah. Siapa yang seseorang benci dengan apa yang Allah syariatkan, dia bisa keluar dari Islam.
Akan tetapi kebencian dia dan ketidaksukaan dia dengan perang karena perang akan mengorbankan nyawa, harta, lelah dan sebagianya, yang mana tabiat manusia dia tidak menyukai hal yang seperti itu. Kalau kebencian hanya dititik ini maka tidaklah salah karena itu tabiat manusia. Namun kalau seandainya kebencian dia sudah pada titik awal peletakkan syariat dia bisa keluar dari Islam.
Atau kebencian dia dengan perang tadi tetapi menghalangi dia untuk menjalankan kewajiban dia untuk berjihad ketika disana diserukan untuk berjihad dengan jihad yang syari maka dia mendapatkan dosa.
Begitu juga tentang masalah adzan, kalau seandainya dia benci dengan peletakkan dari syariat adzan itu sendiri, dia benci dengan syariat Allah.. Naudzubillah dia bisa keluar dari Islam.
Tetapi kalau seandainya kebencian dia dalam arti kata.. aduh sudah adzan lagi kerjaan saya belum selesai, maka hal ini juga tidak pantas dilakukan oleh seseorang walaupun tidak sampai pada tingkat kekufuran. Tetapi gak pantas seorang muslim mendengar kalimat Allah dan mengajak kepada kesuksesan dan kemenangan, dan membuat dia benci, maka tidak pantas. Kebencian dia bukan awal peletakkan syariat, tetapi kebencian dia karena mengganggu pekerjaannya. Walaupun tidak sampai kekufuruan tetapi ini bisa sampai pada sesuatu yang berbahaya.
Wallahu'alam bishowab.

5️⃣ Apakah umat yang jarang menjalankan syariat atau mementingkan urusan dunia itu termasuk umat yang tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah.?
↪️  Jawab :
Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam menyebutkan dalam haditsnya,
★ Dari Mu’awiyah radhiallahu’anhu, beliau berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama”
(Muttafaqun ‘alaihi).
Dari hadits ini kita bisa mengambil sebuah faedah, tanda seseorang mencintai seseorang,
- Allah cerdaskan dia dalam agama,
- Allah mudahkan dia untuk berbuat ketaatan,
- Allah mudahkan dia untuk berbuat kebajikan.
Ketika seseorang tidak diinginkan oleh Allah kebaikan,
- Sulit untuk berbuat kebajikan,
- Sulit untuk Ta'at,
- Sulit untuk sholat, baca quran, berdzikir,
- Tidak ada ketenangan didalam beribadah,
- Tidak ada ketenangan dalam majelis ilmu.
Kita khawatir Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menginginkan kebaikan untuk kita.
◆ Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahu para sahabat,
"bahwa tidak ada seorangpun kecuali telah dicatat tempat duduknya di jannah dan tempat duduknya di neraka,"
Maka para sahabat bertanya,
"wahai Rasulullah, apakah kami boleh meninggalkan amalan dan bersandar pada apa yang telah ditetapkan ?: Beliau bersabda,

 اِعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ 

“Tidak, beramallah kalian, karena tiap-tiap orang dimudahkan kepada sesuatu yang diciptakan baginya.”
Kalau seandainya Allah takdirkan dia sebagai penghuni surga, Allah akan mudahkan dia untuk beramal dengan amalan penghuni surga. 
Akan tetapi kalau Allah mentakdirkan dia sebagai penghuni neraka, maka Allah akan mudahkan baginya untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Inilah hal yang perlu kita khawatirkan dan kita evaluasi diri kita. Apakah keseharian saya hari ini, semakin bertambah umur saya berarti ajal saya semakin dekat. Apakah semakin mudah bagi saya untuk melakukan keta'atan yang itu pertanda Allah menginginkan saya Surga Nya. Atau justru sulit bagi saya untuk berbuat keta'atan, malah maksiatlah yang begitu besar peluangnya untuk saya melakukannya, naudzubillah kita khawatir Allah tidak menginginkan kita dari Nya surga.
Oleh karena itu banyak bertobat dan banyak beristighfar kepada Allah.
Sering2 kita mengevaluasi diri kita, merenungi kira2 pada titik mana saya semakin dekat dengan ajal ini.
Wallahu'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~