Nasihat untuk Lisan

Bang Pitung • 5 Januari 2021
di grup Masjid Astra

 

Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
JUMAT, 25 Desember 2020
              10 Jumadil Awal 1442 H
Pukul, 19.30 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz Thantawi Abu Muhammad"


~ NASEHAT UNTUK LISAN ~


Banyak manusia diberikan kesehatan dan waktu luang oleh Allah Azza wa Jalla, namun sedikit dari mereka yang diberi kesempatan untuk mensyukuri nikmat yang besar tersebut.
Maka dari itu bersyukurlah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas limpahan nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta'ala anugerahkan kepada kita. 

Shalawat dan salam juga tidak lupa senantiasa kita alamatkan untuk Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, karena seorang muslim yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam, tentunya setiap kali melewati nama Nabi shalallahu'alaihi wasallam atau dia mendengar nama Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, maka dianjurkan dan diperintahkan untuk hamba tersebut memperbanyak shalawat dan salam kepada beliau Shalallahu'alaihi wasallam.

Kalau kita berbicara tentang kenikmatan yang Allah beri kepada kita, tentunya kita akan mengatakan bahwa nikmat yang Allah beri kepada kita sangat besar dan sangat banyak.

★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Quran Surat An-Nahl Ayat 18;

 وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ 

"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya."
[QS. An-Nahl : 18]

★ Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman Quran Surat Lukman ayat 20;

 وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ 

"dan Allah telah menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin."
[QS. Luqman : 20]

Diterangkan oleh para Ulama diantara kenikmatan yang Allah Azza wa Jalla augerahkan kepada kita adalah nikmat Lisan,
- Yang dengannya kita bisa berbicara.
- Yang dengannya kita bisa berucap.

★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Quran Surat Ar-Rahman ayat 1-4;

الرَّحْمَٰنُ . عَلَّمَ الْقُرْآنَ . خَلَقَ الْإِنْسَانَ . عَلَّمَهُ الْبَيَانَ 

"Tuhan yang Maha pemurah. yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. mengajarnya pandai berbicara." 
[QS. Ar-Rahman : 1-4]

★ Dalam Surat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, dalam Quran Surat Al-Balad ayat 8-9 ;

اَلَمۡ نَجۡعَلۡ لَّهٗ عَيۡنَيۡنِۙ . وَلِسَانًا وَّشَفَتَيۡنِۙ

"Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata, dan lidah dan sepasang bibir?"
[QS. Al-Balad : 8-9]

Ayat2 yang barusan kita baca ini semuanya menerangkan kepada kita bahwa lisan itu adalah nikmat yang sangat besar yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan kepada seorang hamba.
Sehingga seseorang harus pandai2 bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan nikmat lisan tersebut.

Para ulama juga menerangkan bahwa nikmat lisan yang itu merupakan pemberian atau anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, terkadang bisa membawa seorang hamba kepada derajat yang tinggi baik didunia maupun di Yaumul Qiyamah kelak.
Dan juga bisa sebaliknya, lisan yang itu merupakan nikmat dari Allah Azza wa Jalla, ketika salah digunakan dan diletakkan pada sesuatu yang tidak diinginkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka lisan tersebut bisa menyeret pemiliknya kedalam neraka Allah Subhanahu wa Ta'ala.

▪️Seorang hamba yang mempergunakan lisannya untuk hal2 yang baik,
¤ Memperbanyak doa,
¤ Memperbanyak qiroatul Quran, 
¤ Memperbanyak dakwah dijalan Allah Subhanahu wa Ta'ala, 
¤ Mengucapkan ucapan2 yang baik.
Maka tentunya lisan tersebut akan mengangkat derajat kita disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan akan menjadi sebab Allah Azza wa Jalla masukkan kita kedalam surga.

▪️Namun sebaliknya ketika lisan digunakkan untuk sesuatu yang tidak baik, lisan itu akan menyeret seorang hamba kedalam neraka Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Yang tidak ada seorangpun yang mampu menahan dan bersabar dineraka Allah karena memang sangat berat adzab yang ada didalamnya.


? Keutamaan atau Pahala Penggunaan Al-Lisan dalam perkara-perkara yang baik.

▪️Ketika Lisan kita gunakan untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Maka dengan lisan tersebut Allah Subhanahu wa Ta'ala akan angkat derajat kita.

▪️Ketika Lisan kita gunakan untuk memperbanyak membaca Alquranul Karim atau menghafalnya.
Maka Lisan yang kita miliki akan jadi bermanfaat, kemudian akan menjadi sebab Allah Azza wa Jalla menganugerahkan pahala kepada kita.

◆ Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh. Aku tidak mengatakan ‘alif laam miim’ itu satu huruf, akan tetapi, Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf”.
(HR. Tirmidzi no. 2915. Dinilai shahih oleh Al-Albani).

Kalau kita membaca ‘alif laam miim’ minimal kita sudah mendapat 30 kebaikan dari Allah Tabaraka wa Ta'ala.
Bayangkan kalau lisan kita gunakan satu hari membaca satu halaman dari Alquran dan menghafalnya, atau satu Juz dalam satu hari.
Berapa sudah kebaikan yang akan kita dapatkan, tentunya banyak sekali kebaikan2 yang akan kita dapatkan disisi Allah Tabaraka wa Ta'ala.

▪️Dan masih banyak hal2 yang lainnya dari perkara2 yang baik yang bisa kita gunakan dan kita amalkan dengan lisan2 kita, yang kesemuanya itu akan membawa kebaikan kepada kita dan mendatangkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta keutamaan2 yang sangat banyak.


? Beberapa Bencana yang Diakibatkan dari Lisan Seorang Hamba.

Jangan kita kira bahwa lisan yang tidak bertulang yang kita miliki ini, itu tidak akan menyeret kita ke dalam neraka.
Jangan kita kira ketika kita mengeluarkan sebuah ucapan dari lisan kita, kemudian kita menganggap tidak ada pertanggung jawaban dihadapan Allah Azza wa Jalla, bahwa semuanya itu akan dibiarkan begitu saja oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa dihisab.? "Tidak..!!"

1️⃣ Mengucapkan ucapan syirik atau kekufuran kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ketika lisan yang dimiliki oleh seorang hamba, digunakan untuk berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
Atau meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui perantara orang2 sholeh yang sudah meninggal.

Ini adalah bencana yang diakibatkan oleh lisan seseorang, meminta dan berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala didalam perkara2 yang tidak mampu memberinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala saja.
Lisan itu akan menyeret kita kedalam neraka, bahkan gal yang satu ini kalau seorang hamba mati dalam keadaan tidak sempat bertaubat kepada Allah Azza wa Jalla, maka dia akan kekal selama2nya didalam neraka.

Senantiasa kita ingatkan lisan kita, untuk kita bisa menjaganya sebaik2nya, jangan sampai lisan kita digunakan untuk melafazkan kalimat2 kufur atau kesyirikan.

↪️ Contoh:
▪️Memperolok2 ayat Allah Azza wa Jalla ataupun memperolok Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.

★ Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Quran Surat At-Taubah ayat 65-66;

وَلَٮِٕنۡ سَاَلۡتَهُمۡ لَيَـقُوۡلُنَّ اِنَّمَا كُنَّا نَخُوۡضُ وَنَلۡعَبُ‌ؕ قُلۡ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوۡلِهٖ كُنۡتُمۡ تَسۡتَهۡزِءُوۡنَ

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja." Katakanlah, "Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"

لَا تَعۡتَذِرُوۡا قَدۡ كَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِيۡمَانِكُمۡ‌ ؕ اِنۡ نَّـعۡفُ عَنۡ طَآٮِٕفَةٍ مِّنۡكُمۡ نُـعَذِّبۡ طَآٮِٕفَةً ۢ بِاَنَّهُمۡ كَانُوۡا مُجۡرِمِيۡنَ

"Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu (karena telah tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang (selalu) berbuat dosa."
[QS. At-Taubah : 65-66]

Hati2 dengan lisan yang kita miliki, jangan sampai lisan justru menyeret kita kedalam neraka.

2️⃣ Ketika Lisan digunakan untuk Ghibah.

Ghibah adalah perkara yang paling banyak saudara2 kita kaum muslimin dan kita termasuk orang terjatuh kedalamnya.
Semoga Allah Azza wa Jalla mengampuni dosa2 kita.

◆ Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa‘ala aalihi wasallam bersabda;

أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Tahukah kalian apa itu ghibah.?”, 
Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” 
Beliau bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” 
Lalu ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya sebagaimana yang saya ungkapkan?” 
Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahinya. Dan apabila ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya (berbuat buhtan).” 
(HR. Imam Muslim )

Hari ini kita mendapati kaum muslimin tentang permasalahan Ghibah ini seakan2 itu merupakan dosa yang sangat sepele dan ringan sekali.
Padahal itu termasuk perkara yang akan membinasakan.

Dan masih banyak hadits2 lainnya yang menerangkan tentang bahaya ghibah, bahwasanya ghibah itu akan mendatangkan bencana baik didunia maupun di Yaumul Qiyamah kelak.

3️⃣ Ketika Lisan digunakan untuk menyebarkan Rahasia.

Jadi bukan hanya ghibah saja, menyebarkan rahasia saudara kita itu merupakan bagian dari bencana yang diakibatkan oleh lisan yang akan menimpakan adzab kepada seorang hamba.

Dan kita tahu sesuatu yang sifatnya rahasia adalah, ketika saudara kita berbicara dengan kita tentang sebuah pembicaraan kemudian dia katakan, "tolong saudaraku jangan sampaikan kesiapapun ucapan ini."
Atau dia mengatakan, "apa yang saya ceritakan ini cuma antara aku dengan kamu saja." 
Atau dia mengatakan atau dia melihat kearah kiri dan kanan ketika dia ingin menyampaikan sesuatu, dengan harapan tidak seorangpun yang mendengar pembicaraan tersebut.
Ini yang dinamakan rahasia jadi tidak boleh dibongkar.

Kalau hal seperti ini dikabarkan kepada orang lain, maka akan mendatangkan musibah.
Dan lisan yang miliki akan diadzab kelak di Yaumul Qiyamah oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

◆ Hadist diriwayat dari Abdullah ibnu Umar radhiallahu'anhu.

Abdullah Ibnu Umar berkata,
"Sesungguhnya pada waktu putri Umar bin Khattab, Hafsah menjanda, Umar berkata, 'Sungguh saya sudah menemui Utsman bin Affan. Saya menawarkannya untuk mempersunting putriku, Hafsah menjadi istrinya. Tapi sayang, dia menolak. 
Ketika menemuinya, saya berkata kepada Utsman, 'Jika engkau berkenan, saya ingin menikahkan putriku Hafsah kepadamu."

Utsman menjawab, "Akan saya pertimbangkan."

Setelah beberapa malam dia mempertimbangkan, dia menemuiku dan berkata,
"Setelah saya pikirkan matang-matang saya memutuskan untuk tidak menikah lagi."
(Pada saat itu Umar sangat kecewa dan marah).

Kemudian saya pergi menemui Abu Bakar Ash Shiddiq dan mengatakan kepadanya, 
"Jika engkau berkenan, saya ingin menikahkan putriku Hafsah denganmu."

Waktu itu Abu Bakar terdiam dan tidak menyatakan apa-apa. Saya yakin keputusannya menolak sama seperti Utsman. 

Kata Umar,
"Kemarahan aku lebih besar terhadap Abu Bakar dibandingkan kepada Utsman bin Affan."
(Karena Abu Bakar diam seribu bahasa tidak ada jawaban).

Dari kedua penolakan itu, Umar merasa kecewa dan langsung melapor kepada Rasulullah. 
Dan Beliau shalallahu'alaihi wasallam tersenyum.

Kemudian, Rasulullah bersabda, 
"Apakah engkau tidak mau menikahkan putrimu dengan yang lebih baik dari mereka berdua?"

Umar lalu bertanya penasaran, 
"Siapa orangnya wahai Rasulullah?"

Rasulullah menjawab, 
"Saya yang akan menikahinya."

Kemudian setelah Nabi shalallahu'alaihi wasallam menikah dengan Hafsah, dan Hafsah menjadi salah satu Ummahatul Mukminin.
Selang beberapa hari datang Abu Bakar menenui Umar bin Khattab radhiallahu'anhu.

Abu Bakar berkata, 
"Wahai Umar sepertinya engkau marah kepadaku, ketika engkau tawarkan putrimu untukku, waktu itu aku tidak menjawab dengan jawaban apapun dan aku diam seribu bahasa.

Umar menjawab,
"Benar saya marah."
(Tapi kemarahan Umar kepada Abu Bakar tidak membuat putusnya tali persaudaraan diantara mereka).

Lalu Abu Bakar berkata,
"Wahai Umar, Sungguh tidak ada yang menghalangi saya jika saya ingin menarik pernyataan itu kepadamu. Tetapi saya sudah mengetahui hal itu, sebenarnya Rasulullah pernah mengungkapkan isi hatinya dan menyebutkan nama Hafsah. 
Akan tetapi saya tidak mau menyebarkan rahasia Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam kepada siapapun. Seandainya beliau menolaknya, pasti saya akan langsung menyambut tawaran itu wahai Umar."
(HR. Imam Al-Bukhari)

Lihatlah kehidupan para sahabat, rahasia Nabi shalallahu'alaihi wasallam sangat dijaga sebaik2nya.
Mereka tidak mau lisan yang mereka miliki menjadi bencana bagi dirinya.

◆ Hadits diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu.

Anas bin Malik berkata,
"Suatu hari Nabi shalallahu'alaihi wasallam mendatangi aku dalam keadaan saat itu aku sedang bermain2 dengan anak2 kecil lainnya. 
(Karena memang waktu itu Anas bin Malik masih kecil).

Lalu Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengucapkan salam kepada kami.
(Adab seorang ayah terhadap anak2nya, adab seorang guru terhadap murid2nya, adab seorang muslim dengan muslim lainnya).

Setelah Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengucapkan salam kepada kami, lalu Rasulullah mengutus kami untuk sebuah hajat keperluannya.

Datang dalam riwayat yang lainnya.
Kata Anas bin Malik,
"Bahwa Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengutus aku untuk hajat atau keperluan istri2 beliau."

Lalu Anas bin Malik berkata,
"Sehingga aku terlambat pulang kerumah ibundaku."
(Karena Nabi shalallahu'alaihi wasallam perintahkan Anas bin Malik untuk sebuah keperluan sampai Anas bin Malik terlambat pulang kerumah ibundanya).

Kata Ana bin Malik,
"Ketika aku pulang kerumah ibundaku,"
Ibundaku berkata,
"Wahai Anas apa yang menyebabkan engkau terlambat pulang.?"

Disini ada faedah yang bisa kita ambil, Orang tua harusnya dia tahu dan orang tua memperhatikan,
- anaknya keluar kemana,
- anaknya pergi kemana,
- anaknya bermain dengan siapa,
- dan kenapa dia terlambat pulang.
Harus demikian orang tua terhadap anaknya.

Ibunda Anas bin Malik yang terkenal dwngan sebutan Ummu Sulaim, ketika anaknya terlambat pulang, beliau bertanya,
"Apa gerangan engkau terlambat pulang hari ini wahai putraku.?"

Aku menjawab,
"Aku terlambat wahai ibundaku karena Nabi shalallahu'alaihi wasallam mengutus aku untuk sebuah keperluan."

Lalu Ibundaku berkata,
"Wahai Anas, apa hajat Nabi shalallahu'alaihi wasallam sampai engkau terlambat pulang.?"

Aku berkata,
"Wahai ibundaku, hajat Nabi shalallahu'alaihi wasallam sangat rahasia, aku tidak mau membongkar kepada seorangpun."

Ini pelajaran bagi kita seorang anak yang dididik akhlaqul karimah oleh Nabi, dididik di dalam Islam yang benar, beliau tidak mau membongkar rahasia Nabi kepada seorangpun.

Lalu Ibundaku Ummu Sulaim mengatakan,
"Wahai putraku Anas bin Malik, jangan sekali2 engkau mengabarkan rahasia Nabi shalallahu'alaihi wasallam kepada seorangpun."

Lalu Anas bin Malik berkata kepada Tsabit (seorang yang disampaikan hadits ini),
"Wahai Tsabit seandainya aku menyampaikan rahasia ini kepada seseorang, niscaya aku akan sampaikan kepadamu tentang rahasia Nabi shalallahu'alahi wasallam."
(HR. Imam Muslim)

4️⃣ Ketika Lisan digunakan untuk Mengadu Domba atau Namimah.

Diterangkan oleh para ulama Namimah adalah,

ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀ : ﺍﻟﻨَّﻤِﻴﻤَﺔ ﻧَﻘْﻞ ﻛَﻠَﺎﻡِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑَﻌْﻀِﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ ﻋَﻠَﻰ ﺟِﻬَﺔِ ﺍﻟْﺈِﻓْﺴَﺎﺩِ ﺑَﻴْﻨﻬﻢْ .

"Menukilkan ucapan sebuah kaum, ucapan seseorang kepada yang lainnya dalam rangka merusak hubungan dua kelompok atau antar dua orang manusia."

↪️ Misalnya;
- Datang kepada seseorang, wahai fulan, tadi saya mendengar si fulan itu berbicara tentang kamu, dia mengatakan kamu ini tidak becus, kamu ini begini dan begitu, kamu yang sabar yah.
(Seakan2 ingin memberi sebuah nasehat).
- Wahai akhi tadi saya dengar tetanggamu cerita tentang kamu, dia mengatakan kamu ini gak beres, kamu ini begini begitu.
- Lalu orang itu datang lagi kepada yang lainnya dengan mengatakan hal yang sama.

◆ Hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah ibnul Yaman, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam berkata,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ.

“Tidak akan masuk Surga al-qattat (tukang adu domba).”
(HR. Al-Bukhari).

Perlu diingat bahwa ketika seorang pengadu domba dikatakan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam tidak masuk ke dalam surga, bukan maknanya disini pengadu domba itu akan kekal didalam neraka selama2nya.
Dia harus melalui proses adzab dulu oleh Allah, ketika dosanya sudah terangkat baru dimasukkan kedalam Surga.

◆ Hadits Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu beliau bersabda:

 إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ،أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ

“Sungguh kedua penghuni kubur itu sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah (mengadu domba).”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa dosa namimah itu bisa mengakibatkan adzab didalam kubur.

◆ Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam berkata,

وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا 

"Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (adzab kubur), niscaya kalian benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis."
(HR. Muslim)

◆ Diterangkan oleh Syaikh Al-Fauzan hafidzahullah,
"Kalau seandainya Allah Tabaraka wa Ta'ala memperdengarkan adzab yang ada didalam kuburan, mungkin tidak ada orang yang berani mendekati kubur, dan tidak ada orang yang mau menguburkan saudaranya."

Karena memang berat sekali adzab yang ada didalamnya.
Salah satu perbuatan yang akan mendatangkan adzab kubur adalah Namimah.
Yang kita selalu mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar Allah Azza wa Jalla menyelamatkan kita dari dosa Namimah ini.
Jangan sampai kita menganggap hal ini merupakan perkara yang sepele, ketahuilah bahwasanya itu merupakan suatu penyebab adzab dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Bagaimana kita yang kuat untuk bisa menghindari sepenuhnya ditengah lingkungan yang sangat sering mengghibah.?
↪️  Jawab :
1. Kita senantiasa memperbanyak doa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, agar Allah menyelamatkan lisan2 kita. Karena memang lisan itu sebagaimana yang kita ketahui tidak bertulang, namun bencana karenanya itu besar sekali. 
Perbanyak doa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Ya Allah selamatkan lisanku ini dari Ghibah dari Namimah."
Karena memang seseorang akan diseret wajahnya kebawah oleh Allah Azza wa Jalla kedalam neraka disebabkan oleh lisan2nya tersebut. 
2. Menjalani sebab2 dengan cara menghindari dan menjauhi majelis2 ghibah.
Al Imam an Nawawi dalam kitab Riyadhus Sholihin, beliau mengatakan tentang larangan mendengarkan Ghibah.
Karena kalau kita mendengarkan ghibah tersebut kita takutkan kita juga akan terjerumus kedalamnya. Maka kita dianjurkan untuk melakukan sebab2, menempuh cara dan berbagai usaha yang bisa kita lakukan agar Allah menjahi kita dari oeebuatan ghibah.
3. Kita beristiqomah diatas apa yang telah kita usahakan tersebut. Diupayakan bahwa ketika kita ingin mengghibahi sesuatu ingat bahwa disisi kita ada malaikat yang mencatat.
"Tidak terluputkan satupum sebuah ucapan dari seseorang kecuali disekitarnya itu ada yang mencatatnya."
Tanamkan pengawasan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Bagaimana bertaubat dari ghibah, namimah dan mengadu domba.?
↪️  Jawab :
Bertaubat dari ghibah, namimah dan semisalnya, tentunya oara ulama meletakkan syarat2.
◇ Kalau seandainya dosa kita hanya berkaitan dengan hak Allah, itu ada beberapa syarat yang harus kita lakukan,
1. Ikhlas kepada Allah.
2. Meninggalkan perbuatan dosa itu.
3. Menyesali dosa yang pernah kita lakukan.
4. Berupaya dan bertekad dengan kuat untuk tidak kembali kedalam lubang yang kotor itu.
5. Bertaubat diwaktu masih dibuka pintu taubat ketika ruh masih dikandung badan.
◇ Namun kalau dosa yang kita lakukan berkaitan dengan bani Adam atau saudara kita, maka syaratnya adalah 5 syarat yang tadi, kemudian ditambah syarat yang selanjutnya,
6. Ada dua perkara,
- Kalau dosa kita terhadap saudara kita berbentuk ghibah dan namimah, maka minta maaf sama orang tersebut dan minta untuk dihalalkan. 
Tapi kalau kita menyampaikan kepada saudara kita justru menambah dia lebih marah dan murka kepada kita. Kita khawatir terputus tali persaudaraan diatara kita dengan teman kita tersebut, maka cukup kita menyebutkan kebaikan2 orang tersebut dimajelis yang pernah kita mengghibahinya. Kita bersihkan nama dia dari apa yang pernah kita lakukan.
- Kalau berbentuk harta, kita harus kembalikan harta itu, tidak boleh dimanfaatkan. Dan itu akan mengakibatkan adzab di Yaumul Qiyamah.
◆ Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam pernah mengatakan,

مَنِ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ، فَقَدْ أَوْجَبَ اللهُ لَهُ النَّارَ، وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ» فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: وَإِنْ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ 

“Barangsiapa mengambil hak seorang Muslim dengan sumpahnya, maka Allâh mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan surga baginya.” 
Seorang laki-laki bertanya, “Walaupun hak itu kecil, wahai Rasûlullâh?” 
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Walaupun sebatang siwak”.  
(HR. Muslim, no.137)
Selamat barang yang kecil itu punya saudara kita maka hatus kita kembalikan. Kalau kita tidak mengembalikannya, maka kita siap2 di Yaumul Qiyamah dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tentunya dosa ghibah kita terhadap saudara kita, kita minta dihalalkan atau kita minta maaf kepadanya.
Wallahu'alam bishowab.

3️⃣ Bagaimana menjaga dan mengendalikan emosi yang kadang tanpa sadar diungkapkan dengan lisan.?
↪️  Jawab :
1. Kita sering membaca atau mendengarkan bagaimana hadits2 Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
◆ Nabi mengatakan dalam sebuah hadits, 

رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

"Seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” 
Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari no.6116)
Larangan disini buian larangan marah secara mutlak, karena memang marah itu terkadang merupakan tipikal seorang hamba. Tapi yang di larang disini adalah hal2 yang muncul karena marah.
Karena terkadang ketika seseorang marah keluar kata2 yang tidak sewajarnya. Ini yang dilarang oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam, karena bisa menyebabkan seseorang malah menjadi jauh dari kita.
2. Diantara hal2 lain yang bisa dilakukan ketika kita dalam keadaan marah.
◆ Nabi menganjurkan kepada kita, 

إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ  وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ

“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” 
(HR. Abu Daud, no.4782)
Kalaupun kita tidak bisa mengendalikan kemarahan kita, maka dianjurkan untuk kita keluar dari rumah, ketika situasi sudah tenang dan nyaman baru balik lagi kerumah.
Atau ketika kita mendengarkan sesuatu yang bikin kita marah, maka kita ambil air kemudian berwudhu dengan harapan wudhu tersebut bisa meredakan api kemarahan kita.
Yang paling terpenting adalah banyak memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala supaya Allah menjaga lisan2 kita kepada yang baik2.
Apalagi ketika kita marah kepada anak kita, usahakan yang muncul dari lisan kita adalah doa dan sesuatu yang baik2.
Wallahu'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~