Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
SELASA, 29 Desember 2020
                 14 Jumadil Awal 1442 H
Pukul, 19.30 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz DR. Firanda Andirja, LC., MA."


~ HIKMAH KEUTAMAAN SAHABAT ABU DZAR AL GHIFARI - Bagian 2 ~


Kita melanjutkan bahasan kita kisah sahabat yang mulia Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu'anhu.
Telah disampaikan pada pertemuan lalu bagaimana Abu Dzar Al-Ghifari berusaha untuk mendatangi Nabi shalallahu'alaihi wasallam dan dia berdakwah.
Dari situ kita tahu bagaimana keutamaan Abu Dzar Al-Ghifari dimana beliau sangat bersabar, sampai harus tinggal di Masjidil Haram selama kurang lebih sebulan, tidak ada makanan kecuali air zam2 demi untuk bertemu dengan Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
Demikian juga bagaimana dia dipukuli oleh orang2 Quraisy ketika bertanya tentanh Nabi shalallahu'alaihi wasallam.

Demikian juga tentang keberaniannya menyampaikan kebenaran ketika beliau masuk Islam beliau mengumumkan dihadapan orang2 Quraisy, beliau berkata,
"Aku akan berteriak dengan syahadatain dihadapan mereka."
Akhirnya orang2 Quraisy pun datang memukuli Abu Dzar sampai beliau terjatuh berlumuran darah.
Ini menunjukan bagaimana tegarnya beliau.

Sebagian ulama mengomentari tentang beliau, bagaimana beliau terang2an dipukuli.
Sebagian ulama mengatakan boleh seserorang demikian jika mudhorotnya dan bersabar dalam dakwah dan menyampaikan kebenaran, amar maruf nahi munkar dengan syarat;
- tidak menimbulkan kemunkaran lebih besar,
- kalau ada kemudhorotan, maka hanya mengenai dirinya saja, tdk mengenai yang lainnya.

Seperti Abu Dzar ketika menyampaikan secara terang2an, maka beliau dipukuli dan cuma beliau saja yang terluka.
Adapun jika seorang kemudian berani beramar makruf nahi munkar, tapi ternyata mudhorotnya bukan cuma mengenai dirinya bahkan mengenai keluarganya atau mengenai orang kampungnya, maka tidak boleh dia lakukan dan tidak boleh memaksa orang untuk ikut mendapatkan kemudhorotan seperti dia.
Maka ini memberi peringatan kepada kita, ketika kita masuk dalam medan dakwah, maka kita harus benar2 melihat maslahat dan mudhorotnya.
Terkadang kita berani dan tidak perduli apa yang menimpa kita, bahkan kita rela untuk mati meninggal dijalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tapi lihat apakah mudhorot tersebut hanya mengenai diri kita sendiri ataukah juga mengenai orang2 disekitar kita. Jika ternyata mudhorot tersebut mengenai orang2 disekitar kita maka hendaknya kita tidak melakukannya, mungkin kita rela berkorban dan mereka belum tentu.
Ini yang disampaikan para ulama tentang fiqih dalam berdakwah, harus menimbang maslahat dan mudhorotnya.

Bagaimana kesabaran Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu'anhu dalam berdakwah.
Dimana beliau pulang ke kampung beliau untuk berdakwah, sampai setengah dari kabilah Al-Ghifar masuk Islam. 
Kemudian beliau bersabar lagi agar setengahnya lagi masuk Islam, bertahun2 sampai Nabi berhijrah dan akhirnya semuanya masuk Islam.
Ini menunjukan bagaimana sabarnya Abu Dzar al-Ghifari dalam berdakwah, apalagi kaumnya adalah kaum yang suka merampok, suka menyamun ditengah jalan.
Namun dia berhasil mendakwahi mereka dan ini menunjukan keutamaan Abu Dzar radhiallahu'anhum.


? Keutamaan dan Keistimewaan Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu'anhu.

▪️Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dalam thabaqhatnya, dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu beliau pernah berkata,
"Tidak tersisa pada hari ini seorangpun yang tidak perduli dengan cercaan manusia dalam rangka menyampaikan ajaran Allah kecuali Abu Dzar. Akupun tidak seperti dia."

Ini pengakuan Ali bin Abi Thalib tentang keistimewaan Abu Dzar radhiallahu'anhu bahwasanya beliau adalah orang yang tidak perduli dengan cercaan manusia dalam rangka menyampaikan kebenaran.

▪️Abu Dzar pernah dibaiat oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam, beliau berkata;
"Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam pernah membaiatku untuk 5 perkara dan pernah mengambil janjiku pada 7 perkara dan juga mempersaksikan aku pada 9 perkara, diantaranya :

◇ Rasulullah pernah membaiat aku agar aku tidak pernah takut menyampaikan kebenaran, cercaan siapapun.

◇ Rasulullah pernah memanggilku dan dia berkata, 
"Maukah engkau berbaiat kepadaku wahai Abu Dzar.? Dan bagi engkau surga."
Aku berkata,
"Tentu ya Rasulullah."
Maka akupun bentangkan tanganku untuk membaiat Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
Rasulullah berkata,
"Kau ingin baiat aku ada syaratnya dan kau ingin masuk Surga ada syaratnya,
》Jangan pernah minta kepada orang2 apapun.
》Bahkan kalau kau lagi naik tungganganmu kemudian cemetimu jatuh, jangan suruh orang yang lagi dibawah ambilkan, kau turun sendiri ambil sendiri.

◇ Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam juga pernah bersabda,
"Tidaklah ada dikolong langit dan juga tidak ada di atas muka bumi orang yang paling jujur lisannya seperti Abu Dzar."
(Ini menunjukkan bahwa Abu Dzar istimewa dalam kejujurannya).

◇ Nabi shalallahu'alaihi wasallam pernah menasehati Abu Dzar agar tidak menjadi pemimpin, sebagaimana dalam hadist Rasulullah mengatakan,
"Wahai Abu Dzar aku melihat engkau adalah orang yang lemah, dan aku ingin kebaikan untukmu, kebaikan yang aku suka untukku aku ingin juga untukmu."
◆ Kata Nabi shalallahu'alaihi wasallam;
》Wahai Abu Dzar janganlah kau memimpin dua orang, jangan kau jadi amir diatas dua orang.
》Dan jangan kau mengurusi harta anak yatim.
(Rasulullah menasehati Abu Dzar menunjukkan berat dalam rangka untuk menjadi pemimpin dan dalam rangka untuk mengurusi harta anak yatim. Menurut Rasulullah Abu Dzar tidak pantas untuk menjadi pemimpin).
Maka sejak saat itu Abu Dzar tidak punya minat untuk memiliki jabatan sama sekali.

▪️Dalam riwayat yang lain kata Nabi Shalallahu'alaihi wasallam tentang jabatan.
"Sesungguhnya wilayah atau jabatan adalah kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali yang menunaikan dengan kewajiban atau amanah dari jabatan tersebut."
(Ini Nabi wasiatkan kepada Abu Dzar karena Nabi cinta kepada Abu Dzar)
Kata Rasulullah,
"Aku menyampaikan ini kepada engkau wahai Abu Dzar bukan apa2, tapi aku mencintai apa yang baik untukku aku ingin juga baik untukmu, maka jangan kau jadi pemimpin."

Karena jika jabatan diserahkan kepada orang yang tidak memiliki amanah maka malapetaka yang akan datang.
◆ Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Rasulullah pernah berkata kepadaku,

إِذَا وُسِدَ الأَمْرُ إلى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

“Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”.

لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ

"Tidak ada iman bagi orang yang tidak punya amanah."

Maka seseorang ketika diuji oleh Allah dan diberi musibah menjadi seorang pejabat, sebenarnya bukanlah suatu anugerah, tapi sebenarnya adalah ujian. Bahkan bisa dikatakan sebuah musibah, berat. Karena harus bekerja dengan sungguh2 dan tanggung jawab besar, apalagi dapat gaji dari negara dan harta rakyat. Maka ini adalah perkara yang sangat2 berbahaya.
Maka seorang janganlah semangat untuk meraih jabatan, karena dia hanya akan menjerumuskan dirinya dalam kebinasaan, dalam penyesalan dan kehinaan pada hari kiamat kelak.
Terkadang kehinaan tersebut sudah didunia sebelum di akhirat.
Dan jika ada orang yang kemudian merasa mampu maka silahkan, kita juga butuh dengan pemimpin2 yang adil dan bertaqwa kepada Allah. 
Tapi secara umum kalau tahu dirinya lemah maka jangan coba2, Fitnah sangat besar.


? Kisah Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu'anhu.

▪️Abu Dzar radhiallahu'anhu diisukan bahwasanya beliau menentang pemerintahan Utsman.

Ada ketidakcocokan Abu Dzar dengan Utsman dalam masalah politik, namun ini tidak benar dan dibantah oleh para ulama.
Benar ada ketidakcocokan antara Abu Dzar dengan Utsman bin Affan, bahkan dengan para sahabat secara umum, bukan masalah politik tapi murni masalah ilmiah.

Dimana Abu Dzar berpendapat,
"Tidak boleh seorang menyimpan harta sama sekali, yang di pakai hanya kebutuhan primernya setelah itu harus disedekahkan tidak boleh disimpan secara mutlak."

Dan itu mazhabnya Abu Dzar yang sangat berat, dan Abu Dzar mendebati para sahabat, bahkan dia mengajak orang2 untuk berpemahaman seperti dia.
Dia seorang alim tapi itulah yang dia yakini sehingga timbul gesekan dengan sebagian sahabat, sampai dia dijauhi banyak orang.

Jadi perkara gesekan yang timbul antara Abu Dzar dan para sahabat bukanlah masalah politik sama sekali.
Tidak seperti yang digambarkan orang2 Syiah, bahwasanya Abu Dzar mengkafirkan Utsman atau benci kepada pemerintahan Utsman, sama sekali tidak.

Oleh karenanya Abu Dzar berkata kepada Utsman bin Affan,
"Seandainya mereka menyuruh ada seorang budak Habasyah untuk memimpin aku, aku akan ta'at dan aku akan dengar, aku tidak akan memberontak dan tidak akan melanggar."
(Abu Dzar menjelaskan).

Jadi khilatnya bukan masalah politik tapi masalah ilmiah, hukum harta yang berlebihan apakah boleh disedekahkan apakah boleh disimpan jika sudah ditunaikan zakatnya.
Menurut mayoritas sahabat tidak jadi masalah yang penting harta tersebut sudah ditunaikan zakatnya dan sudah disedekahkan dengan sedekah yang wajib.

Ketika ada orang Arab badui bertanya,
"Ya Rasulullah apa yang wajib padaku.?"
Maka Rasulullah menjelaskan,
"Zakat."
Orang tersebut bertanya lagi,
"Apakah ada yang wajib selain zakat.?"
Kata Rasulullah,
"Tidak ada yang wajib kecuali sedekah diluar itu hukumnya sunnah."

▪️Suatu hari Utsman bin Affan dan ada Abu Dzar didepan pintu dan belum masuk.
Maka ada seorang dari Quraisy bertanya,
"Ya Abu Dzar kenapa duduk disini dan tidak masuk.?"
Kata Abu Dzar,
"Mereka belum izinkan aku masuk."
Orang itu kemudian datang dan masuk menemui Utsman kemudian berkata,
"Ya Amirul Mukminin kenapa sahabat Abu Dzar masih dipintu.?"

Maka Utsmanpun mengizinkan Abu Dzar untuk masuk, kemudian Abu Dzar masuk dan duduk agak dipojokan.
Sementara harta Abdurahman bin Auf radhiallahu'anhu yang sangat banyak (kaya raya), maka ketika itu Abdurahman bin Auf meninggal kemudian di bagi2lah harta warisannya.

Maka Utsman berkata kepada Ka'ab,
"Wahai Ka'ab bagaimana menurutmu jika harta yang sudah dibayarkan zakatnya, apakah masih dikhawatirkan kepada pemilik zakat nanti pada hari kiamat ada permasalahan pada hari kiamat.?"
Maka Ka'ab berkata,
"Tidak perlu khawatir karena sudah membayar zakat."

Abu Dzar langsung berdiri dan memukul Ka'ab dengan tongkatnya, dia tidak setuju.
Kata Abu Dzar,
"Wahai Ka'ab kau pikir kalau seorang sudah bayar zakat kemudian sudah selesai urusan.? Belum wahai Ka'ab. Bukankan Allah berfirman."
★ Quran Surat Al Hasyr ayat 9;

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ 

"dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)."
[QS. Al-Hasyr: 9]

Jadi Abu Dzar menyuruh untuk mengamalkan ayat tersebut.

Abu Dzar berkata lagi,
"Bukankah Allah berfirman ciri2 penghuni surga,"
★ Quran Surat Al-Insan Ayat 8;

وَيُطۡعِمُوۡنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسۡكِيۡنًا وَّيَتِيۡمًا وَّاَسِيۡرًا

"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan."
[QS. Al-Insan : 8]

Inilah kenapa sebagian orang tidak ingin memasukkan Abu Dzar, karena beliau orangnya tegas dan dia menyampaikan apa yang diyakini.
Inilah yang menjadikan ada gesekan antara sahabat dengan Abu Dzar.

Karena Ka'ab dipukul, setelah itu Utsman berkata,
"Wahai Abu Dzar takutlah kepada Allah, tahan tanganmu dan tahan lisanmu."

▪️ Kemudian akhirnya Abu Dzar radhiallahu'anhu diperintahkan oleh Utsman untuk pergi ke negeri Syam tempatnya Muawiyyah radhiallahu'anhu.

Ketika Abu Dzar datang ke negeri Syam, terjadi kasus seperti apa yang terjadi di Madinnah. Orang2 tidak suka dengan Abu Dzar, karena kalau ada orang yang punya harta dia tegur.
Muawiyyah tidak langsung menegur Abu Dzar, dia mengerti Abu Dzar seorang sahabat yang mulia.
Abu Dzar seorang sahabat yang lebih mulia dari Muawiyyah, lebih dulu masuk Islam dan bagaimana Nabi mentazkiah Abu Dzar.

Dalam rangka penghormatan terhadap ulama, meskipun Muawiyyah tidak setuju dengan Abu Dzar, tapi Muawiyyah tidak langsung memerintahkan Abu Dzar.
Maka Muawiyyah tulis surat kepada Utsman.

Utsman lebih mulia dari pada Abu Dzar tentunya, maka dia tulis surat ke pada Utsman yang lebih senior.
Kemudian Muawiyyah mengatakan,
"Wahai Utsman kalau kau ada keperluan, kirimlah utusan kepada Abu Dzar untuk dibawa pulang ke Madinnah, karena Abi Dzar sudah membuat gelisan banyak orang disini."

Maka Utsman menulis surat kepada Abu Dzar,
"Wahai Abu Dzar datanglah kepadaku."
Abu Dzar menuruti, pergilah dia meninggalkan negeri Syam balik ke Madinnah.

▪️Dan demikian ketika di Madinnah dia terus menjalankan apa yang dia yakini. 

Setiap ada yang punya harta selalu diingatkan,
"Bertaqwalah kepada Allah dan sedekahkan hartamu."

Beliau berdalih dengan firman Allah,
★ Quran Surat At-Taubah ayat 34-35;

وَالَّذِيۡنَ يَكۡنِزُوۡنَ الذَّهَبَ وَالۡفِضَّةَ وَلَا يُنۡفِقُوۡنَهَا فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِۙ فَبَشِّرۡهُمۡ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍۙ

"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih."

يَّومَ يُحۡمٰى عَلَيۡهَا فِىۡ نَارِ جَهَـنَّمَ فَتُكۡوٰى بِهَا جِبَاهُهُمۡ وَجُنُوۡبُهُمۡ وَظُهُوۡرُهُمۡ‌ؕ هٰذَا مَا كَنَزۡتُمۡ لِاَنۡفُسِكُمۡ فَذُوۡقُوۡا مَا كُنۡتُمۡ تَكۡنِزُوۡنَ

"Ingatlah pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
[QS. At-Taubah : 34-35]

Abu Dzar mengambil dzohir ayat ini, dan dia meyakini bahwa ini semua kalau sudah lebih dari keperluan maka harus disedekahkan.

▪️Salah satu hal2 yang membuat orang2 menjauh dari Abu Dzar radhiallahu'anhu adalah;

◆ Perkataan Al Ahnaf bin Qois, beliau berkata;
Aku berada di Masjid Nabawi, tiba2 datang seoranh laki2 yang ternyata Abu Dzar, tidaklah dia masuk suatu masjid kecuali kalau melewati suatu kelompok kabur semuanya, karena takut dinasehati.

Kemudian Abu Dzar datang ke halaqoh yang lain, begitupun juga mereka pada kabur. 
Sampai dia tiba di halaqoh yang aku ada disitu, semua teman2ku kabur kecuali aku seorang diri.
Kemudian aku bertanya kepada beliau,
"Siapa engkau.?"
Abu Dzar berkata,
"Aku Abu Dzar sahabatnya Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam."
Akupun bertanya lagi,
"Kenapa orang2 kabur dari engkau.?"
Abu Dzar berkata,
"Karena aku larang mereka jangan simpan2 harta."
(Dia tegur orang2 karena dia sayang kepada mereka, dan setiap hari kerjaan Abu Dzar menegur mereka, sampai akhirnya orang pada kabur semua).

Inilah dampak yang terjadi pada Abu Dzar, sehingga orang2 tidak suka dengan beliau, karena Abu Dzar mengharamkan menimbun harta secara mutlak.

Ketika Abu dzar juga sudah mulai terganggu, akhirnya beliau pindah ke Robadhoh kira2 200 km sebelah timur kota Madinnah.

Disampaikan kisah ini agar kita tahu bahwasanya agar tidak ada yang termakan isunya orang2 Syiah, bahwa Abu Dzar mengkafirkan Utsman karena Utsman zholim atau korupsi dan yang lainnya, ini adalah tuduhan tidak benar.
Abu Dzar pergi karena dia sendiri memang bermasalah dengan masyarakat yang dimana dia selalu menasehati masyarakat yang akhirnya masyarakat menjauh darinya.

▪️Diriwayatkan dalam Shahih Bukhori, dari Zaid bin Wahhab dia berkata;

Aku melewati Robadhoh tiba2 aku bertemu dengan Abu Dzar, lalu aku bertanya kepada Abu Dzar,
"Apa yang membuat kau tinggal disini wahai Abu Dzar.?"

Abu Dzar berkata,
"Tadinya aku dinegeri Syam, lalu aku berselisih dengan Muawiyyah radhiallahu'anhu tentang firman Allah,
★ Quran Surat At-Taubah ayat 34;

وَالَّذِيۡنَ يَكۡنِزُوۡنَ الذَّهَبَ وَالۡفِضَّةَ وَلَا يُنۡفِقُوۡنَهَا فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِۙ فَبَشِّرۡهُمۡ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍۙ

"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih."
[QS. At-Taubah : 34]

Kata Abu Dzar,
"Muawiyyah mengatakan bahwa ayat ini turun tentang ahlul kitab yaitu para pendeta dan rahib2 yang mengumpulkan uang dari jamaahnya, kemudian tidak diinfaqkan dan disimpan untuk diri mereka sendiri, sebagaimana jelas ayat ini berkaitan dengan mereka."

Maka aku mengatakan,
"Ini ayat benar turun untuk orang2 ahlul kitab tapi ini ayat juga untuk kita."
Maka ada urusanku masalah ilmiah antara aku dengan Muawiyyah 
Akhirnya Muawiyyah tulis surat kepada Utsman dan mengeluhkan tentang kondisiku.
(Karena seandainya Abu Dzar diam saja mungkin tidak ada masalah, tapi Abu Dzar berbicara sana sini membuat orang gelisah).

Maka Utsman menulis surat kepadaku untuk datang ke kota Madinnah.
Dan aku datang ke kota Madinnah, orang2 di Madinnah bikin masalah denganku seakan2 mereka tidak pernah takut sebelumnya, ada yang berdebat dan bersikap buruk kepadaku.
Sampai aku sendiripun terganggu, maka aku sampaikan apa yang aku hadapi dengan penduduk Madinnah kepada Utsman.

Maka Utsman menawarkan dan berkata,
"Kalau kau mau wahai Abu Dzar, kau agak menjauh sedikit dari kita Madinnah artinya jangan dikota Madinnah dan kau tetap dekat dengan kita."
(Utsman tidak mengusir sama sekali hanya memberi solusi).

Kata Abu Dzar,
"Itulah yang membuat aku akhirnya pergi ke Robadhoh.:
Berkata lagi Abu Dzar,
(Untuk menegaskan bahwasanya beliau ta'at kepada Utsman);
"Seandainya mereka para penguasa Utsman bin Affan memerintahkan ada seorang hamba sahaya dari Habasyah yang berkulit hitam untuk memerintahkan aku, maka aku akan dengar dan aku akan ta'at."

Ini dalil bahwasanya tidak seperti yang dikatakan dalam sebagian buku yang berjudul "Abu Dzar adalah pemberontak yang pertama."
Ini semua tidak benar bahwa Abu Dzar tidak beroposisi sama sekali, dan Abu Dzar yang mengeluh kepada Utsman.
Dan Utsman orang yang cerdas dan ahli dalam mengurus negara, dia tahu apa yang bisa diberikan kepada Abu Dzar.

▪️Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika mengomentari kisah ini, beliau bercerita bagaimana sebab Abu Dzar pindah ke Robadhoh.

Karena Abdurahman bin Auf ketika meninggal dunia, kemudian membagi warisannya dan Abu Dzar berkata bahwa ini celaka dan bahaya, bahwa harta ini akan bikin repot bagi pemiliknya.
Sementara Utsman membela Abdurahman karena Abdurahman sudah membayar zakat dan sedekah, maka selesai dan harta yang dia simpan tidak ada masalah bagi dia.
Kemudian Abu Dzar marah dengan memukul Ka'ab, kemudian Utsman menegurnya.

◆ Intinya Ibnu Taimiyah mengatakan bahwasanya;

Yang berpendapat seperti Abu Dzar cuma sebagian dari Ahli ibadah, sekelompok ahli ibadah berpendapat seperti Abu Dzar. Adapun para Khulafaur Rasyidin dan jumhur Sahabat dan jumhur Tabiin menyelisihi pendapat Abu Dzar. 
Menurut Jumhur Sahabat dan Jumhur Tabiin yang dilarang adalah harta yang tidak ditunaikan haknya.
Dan Abu Dzar ingin menyuruh orang2 untuk melakukan yang tidak diwajibkan Allah kepada mereka, bahkan Abu Dzar mencela mereka karena menyimpan2 harta.

Ini yang menjadikan orang2 terganggu.
Namun dia Mujtahid dan dia dapat pahala dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, meskipun dia tidak tepat dalam hal ini.
Sebagaimana orang2 berijtihad lainnya diberi pahala oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Adalah di zaman Umar, Umar benar2 mengatur harta masyarakat dengan ketat, beda ketika di zaman Utsman.
Orang2 kaya semakin kaya dan semakin banyak harta, maka ini menjadikan Abu Dzar semakin mengingkari, sehingga masyarakat merasa terganggu.

Intinya Abu Dzar pindah ke Robadhoh bukan karena di usir oleh Utsman radhiallahu'anhu, tapi karena pilihan beliau sendiri.

▪️Suatu hari ketika Abu Dzar dipanggil oleh Utsman dari negeri Syam, maka Abu Dzar ta'at tidak menolak sama sekali. 
Dia datang dari negeri Syam dan langsung datang ketemu dengan Utsman.

Tatkala Abu Dzar masuk bertemu dengan Utsman, dan diapun membuka kepalanya, dan dia berkata,
"Demi Allah aku bukan dari mereka wahai Amirul mukminin, mereka orang khawarij yang suka mengacau di masyarakat, seandainya engkau perintahkan aku untuk berdiri maka aku tidak aoan duduk."
Maka Utsman berkata,
"Wahai Abu Dzar saya panggil engkau bukan karena ada masalah, saya penting engkau bisa tinggal bersama kami di kita Madinnah."
Akhirnya Abu Dzar berkata,
"Aku tidak ingin tinggal disini, aku ingin tinggal di Robadhoh."
Kata Utsman,
"Silahkan."

Ini dalil bahwasanya Abu Dzar paling benci dengan khawarij, sehingga dikatan secara terang2an dihadapan Utsman aku bukan dari golongan mereka orang2 khawarij. 
Yang akhirnya orang khawarij membunuh Utsman bin Affan radhiallahu'anhu.


? Nasihat-Nasihat Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu'anhu yang disampaikan kepada kaum Muslimin.

▪️Abu Dzar pernah berdiri didekat Ka'bah.

Maka dia berkata kepada orang2 yang tidak mengenal dengannya,
"Wahai manusia sekalian, aku adalah Abu Dzar Al-Ghifari sahabat Nabi shalallahu'alaihi wasallam, marilah kemari kepada seorang saudara kalian yang sangat ingin menasihati kalian karena sangat sayang kepada kalian.
Dengarlah nasihatku,
"Bukankah salah seorang dari kalian kalau inhin bersafar maka disiapkam bekal yang cukup agar bisa sampai pada tujuannya.."
Kata mereka,
"Tentu ya Abu Dzar."
Berkata Abu Dzar,
"Safar kita adalah berjalan pada hari kiamat, lebih jauh dan sangat jauh dari pada yang kalian bayangkan, maka ambillah bekal kalian karena kalian aian bersafar menuju jalan di hari kiamat kelak."
Kata mereka,
"Wahai Abu Dzar apa bekal yang baik bagi kami.?"

▪️Maka Abu Dzar berkata memberi nasihat;
◇ Hendaklah kalian berhaji karena kondisi dahsyat pada hari kiamat kelak.
◇ Hendaknya kalian berpuasa dihari yang sangat panas hari padang masyhar yang sangat panjang. 
◇ Hendaknya kalian sholat dua rakaat ditengah malam disaat2 gelap gulita agar kalain bisa menghadapi gelapnya kuburan.
◇ Perhatikan lisan kalian, ucapkan kebaikan, ada keburukan diamlah karena kalian akan berdiri untuk dihisab dihadapan Allah pada hari yang sangat dahsyat.
◇ Bersedekahlah dengan harta kalian, semoga kalian selamat dihari yang sulit pada hari kiamat kelak.
◇ Jadikanlah dunia itu dua majelis, 
- majelis mencari akhirat
- dan mejelis dimana kau mencari harta yang halal.
◇ Dan jangan ada majelis yang ketiga, majelis yang ketiga akan memberi mudhorot kepada engkau, tidak bermanfaat bagimu dan kau tentu tidak ingin hal tersebut.
◇ Jadikanlah hartamu cuma dua dirham,
- satu dirham kau infaqkan untuk keluargamu dari yang halal
- satu dirham lagi sedekahkan dijalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
◇ Jangan ada dirham yang ke tiga, dirham ketiga memberi kemudhorotan bagimu dan tidak ada manfaat bagimu.

▪️Kemudian Abu Dzar berkata dengan suara yang tinggi;
"Wahai manusia sekalian, kalian telah terbunuh oleh semangat dan tamak untuk mencari harta."

▪️Beliau juga pernah berkata;
"Maukah aku kabarkan kepada kalian dimana hari aku lagi membutuhkan dan dimana aku sangat membutuhkan;"
◇ Sesungguhnya hari dimana aku sangat membutuhkan tatkala jasadku diletakkan di lubang kuburanku, itulah hari di mana aku benar2 sangat membutuhkan. 
◇ Ingat wahai manusia sekalian, orang yang memiliki dua dirham lebih berat hisabnya dari pada yang memiliki satu dirham.

▪️Beliau juga berkata;
◇ Orang2 dilahirkan untuk meninggal, dan mereka membangun bangunan untuk jadi hancur pada suatu hari, orangnya akan fana dan hartanya akan fana.
◇ Orang2 semangat mendapatkan apa yang akan sirna, sementara mereka meninggalkan apa yang akan kekal, yaitu amalan akhirat.

▪️Beliau juga pernah mengatakan,
"Wahai istriku sesungguhnya didepan kita ada rintangan yang sangat berat (hari kiamat), sesungguhnya irang yang sedikit hartanya lebih ringan dari pada orang yang membawa harta yang banyak."

▪️Beliau juga berkata;
◇ Berilah kabar kepada orang2 yang mengumpakan harta dan menumpuk2an harta, dengan batu yang akan dipanaskan kemudian dimasukkan ke dalam neraka jahannam.
◇ Itu harta yang kalian timbun2 akan dipanaskan pada hari kiamat dan ditaruh didada kalian rembus kebelakang, taruh dibelakang tembus kedepan, kalian akan disiksa.

Inilah diantara wasiat2 Abu Dzar radhiallahu'anhu yang menunjukan bahwa beliau sangat zuhud dan yang paling super zuhud diantara kalangan para sahabat.
Yang beliau punya mazhab tersendiri tang dia yakini mazhab tersebut, namun beliau mujtahid dapat pahala dan dipuji oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.


? Bagaimana Wafatnya Abu Dzar Al-Ghifari radhiallahu'anhu.

▪️Beliau wafat sendirian, terasing dari kota Madinnah di Robadhoh.

▪️Beliau wafat pada tahun 32 Hijriah di Robadhoh.

▪️Dan diantara yang menyolatkannya adalah Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu.
Ada yang mengatakan Jarir bin Abdillah Al-Bajali.
Intinya ada sahabat yang meriwayatkan yang kebetulan lewat tempat tersebut.

▪️Abu Dzar Wafat diriwayatkan oleh istrinya Ummu Dzar.
Beliau berkata;
"Tatkala suamiku Abu Dzar akan meninggal dunia, akupun menangis."
Abu Dzar berkata kepadaku,
"Apa yang membuat kau menangis istriku.?"
Aku berkata,
"Bagaimana aku tidak menangis wahai suamiku sementara engkau meninggal ditempat yang kosong dan jauh dari kota Madinnah terasing, dan aku tidak punya baju/kain yang bisa membuat kaffan untukmu, bagaimana aku tidak menangis, kita jauh dan minta tolong kepada siapa.?"

Abu Dzar berkata dengan penuh keyakinan,
"Jangan engkau menangis, bergembiralah, aku oernah mendengar Nabi shalallahu'alaihi wasallam berkata tentang sekelompok orang, ketika itu aku disitu diantara mereka,"
◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam berkata,
"Akan ada salah seorang dari kalian meninggal disuatu tempat yang jauh dan terasing dan jenazahnya akan dihadiri oleh sekelompok orang2 beriman."

Abu Dzar berkata lagi;
"Semua orang yang dibilang Nabi sekelompok orang tersebut, semuanya sudah meninggal dan mereka semuanya meninggal dikampung mereka dan dikumpulan banyak orang, cuma aku yang belum meninggal. Berarti maksud Nabi adalah diriku, aku akan meninggal ditempat yang sepi ini, jauh dari perkotaan."

Kemudian Abu Dzar berkata lagi kepada untuk menegaskan aku;
"Wahai istriku aku tidak berbohong dan Nabi tidak berbohong kepadaku, maka lihatlah jalanan siapa tahu ada orang."

Aku berkata kepada Abu Dzar;
"Cari apa dijalan sudah tidak ada orang2 dijalan, semua orang2 susah pulang Haji, tidak ada orang dijalan."
Kata Suamiku Abu Dzar;
"Lihatlah dijalan siapa tahu ada orang."

Lalu akupun pergi ketempat yang lebih tinggi, aku lihat ada orang atau tidak sementara suamiku dalam kondisi sakit parah. 
Kalau tidak ada orang aku balik dan aku merawat suamiku.
Tiba2 ada sekelompok orang berkendaraan datang kepadaku dan mereka berdiri dihadapanku.

Kemudian mereka berkata;
"Ada apa wahai engkau hamba Allah.?"
Lalu aku berkata kepada mereka;
"Ada seorang kaim muslimin yang akan meninggal, hendaknya kalian mengkaffankan karena tidak punya kain kaffan."
Kata mereka;
"Siapa orang tersebut yang akan meninggal.?"
Aku berkata;
"Orang tersebut adalah Abu Dzar."
Kata mereka;
"Abu Dzar sahabatnya Rasulullah.?"
Akupun berkata;
"Benar."

Dan merekapun kaget dan merekapun segera masuk menuju Abu Dzar.
Abu Dzar berkata;
"Selamat, saya akan meninggal dunia."

Abu Dzar memberi kabar gembira kepada mereka,
"Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu'alaihu wasallam berbicara tentang sekelompok orang dan aku ada diantara sekelompok orang tersebut, akan akan salah seorang diantara kalian yang meninggal dinegeri yang jauh dan akan dihadiri jenazahnya oleh sekelompok orang2 beriman."

Kemudian Abu Dzar berkata;
"Tidak seorangpun dari mereka yang Nabi bicarakan kecuali meninggal dikampungnya dan dihadiri banyak orang, dan hanya aku yang meninggal didaerah terasing tersebut."

Maksudnya Abu Dzar memberi kabar gembira kepada mereka Nabi pernah mengatakan bahwa jenazahnya akan dihadiri oleh sekelompok orang beriman, artinya kalian orang beriman.

Kemudian Abu Dzar berkata;
"Kalian sudah dengar dari istriku, seandainya aku punya baju untuk mengkaffankan diriku, atau baju istriku untuk mengkaffan aku, maka aku tudaknakan mencari kain kaffan, aku pasti akan dikaffankan dengan bajuku atau baju istriku, tapi aku tidak punya kaffan."

Abu Dzar bicara lagi kepada mereka;
"Ingat wahai kaum muslimin sekalian, aku bersaksi atas kalian janganlah salah seorang dari kalian mengkaffankan aku kalau dia pernah menjadi Amir atau pejabat atau menjadi utusan, aku tidak mau."

Mereka bingung karena mereka semua sudah pernah menjadi pejabat, menjadi utusan, menjadi Amir dan macam2.
Kecuali salah satu dari mereka pemuda dari kaum Anshor.
Pemuda tersebut berkata;
"Wahai pamanku Abu Dzar, aku akan mengkaffankan engkau, aku tak pernah menjadi apa yang kau sebutkan. Aku akan mengkaffankan engkau dengan selendangku ini dan ada kain yang saya simpan ditempatku ini dan itu jahitan ibuku, aku akan buat untuk mengkaffankan engkau (artinya ini halal dan murni)."
Maka akhirnya Abu Dzarpun meninggal dan merekapun mengkaffankannya.

▪️Dalam riwayat yang lain.
Abu Dzar pergi ke Robadhoh dan akhirnya beliau meninggal di Robadhoh, kemudian beliau sudah dimandikan dan dikaffankan.
Kemudian beliau mengatakan;
"Letakkan aku di pinggir jalan."

Kemudian orang2 lewat dan dikabarkan inilah Abu Dzar sahabat Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, bantulah kami untuk menguburkannya.

Kebetulan Allah mentakdirkan Abdullah Ibnu Mas'ud radhiallahu'anhu sahabat Nabi yang mulia, sedang datang dari negeri Iraq dengan sekelompok orang, kemudian jenazah Abu Dzar sudah siap untuk dikuburkan.
Maka ada yang memberi tahu, wahai Ibnu Mas'ud ada Abu Dzar yang meninggal disitu.

Ibnu Mas'ud radhiallahu'anhu pun menangis, sungguh aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda tentang Abu Dzar,
◆ Rasulullah berkata kepada Abu Dzar,
"Kau akan berjalan sendirian, dan kau akan meninggal sendirian dan kau akan dibangkitkan juga sendirian."

Itulah Abu Dzar radhiallahu'anhu, diantara orang sholeh dikalangan para sahabat dan beliau Imam dalam masalah zuhud.
Ini memperingatkan kita agar kita waspada karena kita sudah sering terlalaikan dengan banyak dunia, menghabiskan waktu mencari dunia lebih daripada kecukupan kita.
Kalau kita sudah punya banyak kita lupa untuk bersedekah, kita timbun2 harta kita. 
Dan kita tidak tahu apa yang kita bisa jawab oada hari kiamat tentang harta yang kita miliki.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa memberikan taufiq Nya kepada kita agar kita bisa mengolah harta kita dengan baik dan bermanfaat dan menambah derajat kita diakhirat kelak.
Aamiin Allahumma aamiin.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB 

1️⃣ Kalau Ustadz menyampaikan tentang larangan meminta jabatan lalu jika untuk sebuah jabatan ada sebuah proses seleksi (sesuai dengan prosedur), apakah ketika kita mengikuti seleksi tersebut termasuk mencari2 jabatan seperti yang dilarang tadi ustadz.?
↪️  Jawab :
Masalah mengenai jabatan, hukum asalnya seorang mukmin tidak mencari jabatan jika memang sudah ada yang mencukupinya.
Kita berharap kalau sudah ada orang yang kompetent sudah mengisi tempat tersebut maka kita tidak usah. Masalah jabatan tersebut.
Coba antum bayangkan antum jadi pejabat digaji oleh negara, negara dari mana? Dari uang rakyat, lalu antum tidak amanah, terkadang antum lebih kaya dari rakyatnya repotlah, dihari kiamat antum dimintai pertanggungjawabkan, kalau antum salah yang nuntut bukan saru dua orang, ribuan atau mungkin jutaan. Repot dan tidak gampang, belum kalau masuk kedalam kondisi yang bisa merubah ketaqwaan antum dengan berbagai macam gaodaan yang ada.
Jadi intinya kalau sudah ada orang muslim yang sudah menempati posisi tersebut, maka asalnya tidak perlu kita cari jabatan.
Kita bersyukur sudah ada orang yang bertugas.
Kalau tidak ada maka Syaikh Utsaimin mengatakan boleh. Seorang mukmin misalnya ada pemilihan jabatan dan dia mempunyai kemampuan dan ketaqwaan, dia berusaha untuk bisa memperbaiki kondisi bukan karena keduniawian atau karena jabatan dan kehormatan, dia tahu bahwasanya jabatan pada dasarnya bukan mata pencaharian, bahwa jabatan adalah tanggung jawab dan amanah yang akan dipertanggungjawabkan pada hari kiamat kelak, dan dia niatnya agar bisa membantu kaum muslimin dan menjaga NKRI agar lebih menuju kepada kebaikan maka silahkan maju.
Itu adalah ujian yang berat.
Kalau ada waktu kita doakan pejabat kita, mereka berat sebenarnya, tidak gampang menjadi pejabat. 
Kita doakan mereka agar niatnya diluruskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar mereka bisa mengabdi kepada negeri dan masyarakat.
Karena bagaimanapun kita butuh pemimpin2 yang baik dan amanah.
Tapi kalau sudah ada mending kita mundur.
Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Apakah orang yang sudah bekerja maka otomatis dia wajib membayar zakat mal.?
↪️  Jawab :
Tentunya tidak, zakat mal ada aturannya yaitu jika mencapai nisob dan haul.
Nisob yaitu 80 gr Emas (harta apakah berupa emas atau uang), Haul adalah harta tersebut bertahan sampai satu tahun. Kalau harta tersebut yang senilai dengan 80gr emas bertahan sampai setahun maka dikeluarkan zakatnya.
Jika tidak bertahan sampai setahun maka tidak perlu bayar zakat.
Maka zakat mal hanya diwajib bagi seseoramg yang memiliki harta mencapai nisob dan bertahan sampai setahun.
Wallahu'alam bishowab.

3️⃣ Bagaimana hukum mengkafirkan dan membid'ahkan orang lain yang melakukan perbuatan bid'ah dan syirik.?
↪️  Jawab :
Kaidah menyatakan bahwasanya tidak semua orang melakukan kesyirikan maka dia otomatis musyrik.
Tidak semua orang melakukan kekufuran maka otomatis kafir.
Tidak semua orang melakukan kebid'ahan maka otomatis bid'ah.
Yang pertama yang harus kita passtikan apa benar itu perkara bid'ah, apakah itu benar perkara kufur ataukah itu benar perkara syirik.
Terkadang bukan perkara kufur dianggap kufur dan itu banyak terjadi.
Sehingga terjadilah pengkafiran yang brutal, seorang terjerumus dalam kemaksiatan tapi bukan kekufuran. 
Oleh karenanya harus dipastikan benarkah itu bid'ah, ternyata kita cek bukam bid'ah hanya masalah khilafiyah. Maka tidak boleh kita bid'ah2kan.
Misalnya kita lihat kemungkaran kita kira syirik ternyata bukan syirik hanya sampai derajat maksiat, maka ini harus dicek.
Terkadang kita melihat kekufuran ternyata kufur Ashghor. Maka pertama harus dicek. 
Kalau ternyata kita sudah cek benar2 itu adalah perkara kekufuran dan kesyirikan maka tidak otomatis yang melakukannya menjadi musyrik atau kafir.
Harus ada hujjah dan harus ada menghilangkan syubhat bagaimana di jelaskan oleh Ibnu Taimiyyah.
Para Ulama mengambil dalil tentang kisah sworang sahabat yang dia minum khamar lalu didatangkan dan didera, masih minum khamar lagi lalu didatangkan dan didera lagi. Sampai ada seorang yang mengatakan,
"Semoga Allah melaknatnya karena betapa sering dia didatangkan untuk didera."
Akhirnya Nabi mengatakan,
"Jangan kau laknat dia, aku tahu dia mencintai Allah dan Rasulnya."
Dia minum khamar berarti dia telah melakukan perbuatan terlaknat. 
Kata para sahabat,
"Rasulullah melaknat untuk urusan Khamar pada 10 perkara, yaitu : peminumnya, pemerah anggurnya, yang minta diperahkan, yang bawa botolnya, yang menuangkan botolnya, yang jualan, kasirnya, semuanya dilaknat oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam, apalagi yang meminumnya."
Orang ini terlaknat sebenarnya, tetapi ternyata ketika mau dieksekusi dengan hukuman laknat ternyata ada penghalangnya, yaitu dia mencintai Allah dan Rasulnya..
Jadi tidak semua orang melakukan kesalahan kemudian kita vonis dengan kesalahan tersebut.
Ada orang melakukan bid'ah belum tentu langsung kita vonis ahlul bid'ah, mungkin dia tidak tahu, atau mungkin dia sudah tahu tapi ternyata dia sunnahnya lebih banyak, sehingga tidak bisa kita mengatakan ahlul bid'ah.
Kita bilang dia terjerumus dalam bid'ah tapi dia bukan ahlul bid'ah. Ini sudah dijelaskan oleh Syaikh Al-Albani, tidak semua orang terjerumus dalam bid'ah meskipun tidak sengaja menjadi ahlul bid'ah.
Kita harus meninjau metode yang dia jalankan selama ini apa, kalau ternyata sunnah dan sekali2 terjerumus dalam bid'ah, tidak dikatakan dia ahlul bid'ah.
Sama seperti perkata syirik dan kufur. Contoh orang datang kekuburan minta2 dikuburan, itu kesyirikan. Tapi apakah pelakunya kita katakan murtad atau musyrik, belum tentu.
Maka yang paling sering ditekankan adalah masalah perbuatan, kita ingatkan ini haram ini syirik ini kufur ini bid'ah agar orang2 tidak melakukannya,
masalah pelakunya itu urusan belakangan. Masih jauh urusannya.
Tapi ketika ada orang yang terserempet bahkan terjerumus, apakah dihukumi, ini urusan lain.
Harus menegakkan hujjah dan lihat kondisinya, apakah dia baru masuk Islam atau tidak, jauh dari ilmu atau tidak.
Wallahu'alam bishowab.

4️⃣ Tadi dikisahkan ketika menjelang akhir hayat dari sahabat Abu Dzar Al-Ghifari, beliau menerima sedekah kain kaffan dari kaim Anshor yang menolongnya. Apakah ini juga bisa dijadikan sebagai contoh agar kita juga bisa melakukan hal yang sama, yaitu mengambil keutamaan sedekah kain kaffan seperti yang dilaksakan diprogram bantuan Janaiz di Masjid Astra.?
↪️  Jawab ;
Secara umum sedekah itu baik, orang mukmin tentunya kalau dia cukup dia tidak perlu sedekah dari orang kalau memang dia punya persediaan kain kaffan. Maka dia sendiri yang menyediakan kain kaffan.
Tapi kita tahu banyak kaum muslimin ketika meninggal dia tidak persiapan.
Sunnahnya kalau kita mau tidur tulis wasiat, mungkin sebagian kita sedia kain kaffan, tapi biasanya kita lalai. Kalau orang2 miskin mungkin dia tidak terfikir untuk beli kain kaffan, makanya kita sediakan saja kain kaffan. Kapan mereka perlu kita sudah ada dan mereka terbantukan. Asalnya kita membantu orang2 yang meninggal dan mereka adalah orang2 yang utama dibantu, tapi kalau dia punya kain kaffan dari uang sendiri itu lebih baik.
Tapi kalau ternyata mereka kesulitan maka lebih baik kita sedekah, sedekah yang tepat, karena kita membantu orang yang dalam kesulitan.
Wallahu'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~