Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
- Sinergi Bersama SEBARIS, Ashil TV dan MASJID ASTRA -
KAMIS, 03 Desember 2020
17 Rabi'ul Akhir 1442 H
Pukul, 20.00 WIB - Selesai
? Nara Sumber :
"Ustadz Maududi Abdullah Hafidzahullahu Ta'ala."
~ TAQWA ADALAH SOLUSI ~
Mari kita bersyukur kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala atas segala limpahan Rahmat dan nikmat, yang senantiasa Allah Tabaraka wa Ta'ala berikan kepada kita, yang senantiasa Allah Subhanahu wa Ta'ala curahkan kepada kita.
Tidak pernah ada hari yang kita lewati dipermukaan ini, tanpa bergelimang dengan jutaan atau mungkin milyaran Rahmat Allah Tabaraka wa Ta'ala.
Nikmat yang Allah berikan kepada kita amatlah teramat sangat banyak, saking banyaknya Allah pastikan,
★ Allah berfirman dalam Quran Surat An Nahl ayat 18;
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. An Nahl : 18)
Kata para ahli ilmu menunjukkan bahwa Rahmat dan nikmat Allah sangatlah teramat banyak.
Dimana tidak akan ada siapapun atau alat apapun yang akan sanggup menghitung jumlah yang Allah berikan kepad kita.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita tercinta, Rasulullah kita yang mulia, suri tauladan kita Nabi Muhammad bin Abdillah.
Yang telah membimbing langkah kita kejalan yang paling sempurna dan paling mulia dimuka bumi.
Sesungguhnya beruntunglah kita menjadi umat Nabi kita Muhammad shalallahu'alaihi wasallanm.
Karena kitab yang Allah Tabaraka wa Ta'ala berikan kepada Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam adalah sebaik2 kitab.
Dan Syariat yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam adalah yang paling sempurna, dari pada seluruh syariat yang pernah Allah turunkan kepermukaan bumi.
Oleh karena itu mari kita senantiasa bershalawat kepada Rasul kita tercinta Muhammad bin Abdillah shalallahu'alaihi wasallam.
Mudah2an dengan memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, kita termasuk umatnya diakhirat yang kelak diberikan oleh Allah Tabaraka wa Ta'ala kemuliaan untuk mendapatkan syafaat Rasul kita tercinta Shalallahu'alaihi wasallam.
Kita hidup dipermukaan bumi/dunia, dan dunia adalah negeri ujian dan cobaan, bukanlah untuk diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Oleh karena kehidupan dipermukaan bumi yang akan kita lalui dan telah kita lalui, tidak mungkin kehidupan yang serba membahagiakan dan serbat nikmat.
Diturunkannya Nabi Adam 'alaihissalam kepermukaan bumi bukanlah karena anugerah kemuliaan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akan tetapi negeri yang Allah Subahanhu wa Ta'ala akan menguji orang2 yang Allah hidupkan didalamnya, sehingga dia adalah negeri ujian.
Dalam kehidupan dunia Allah Tabaraka wa Ta'ala bisa memberikan perbedaan mana yang baik dan mana yang buruk.
Siapa hamba2 Allah Tabaraka wa Ta'ala yang memiliki kebaikan2, kemuliaan2 dan siapa hamba2 Allah Tabaraka wa Ta'ala yang berjalan diatas hal2 yang sifatnya keburukan.
Oleh karena itu selalu diingatkan, bahwa negeri yang dihuni sekarang adalah negeri yang penuh dengan masalah dan dilema, penuh dengan ujian2 dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dan itulah sifat dunia, jangan pernah mengira ada orang hidup dipermukaan bumi ini hidupnya selalu nikmat, itu mustahil.
Allah Tabaraka wa Ta'ala berkehendak bahwa itu adalah negeri ujian.
Oleh karena itu kemanapun kita pergi dan dimanapun kita berada pasti akan kita temui hal2 yang tidak kita sukai.
Karena memang hidup dipermukaan bumi ini Allah Tabaraka wa Ta'ala jadikan sebagai Sunatullah yang didalamnya ada kesulitan dan kemudahan.
★ Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Insyirah Ayat 5-6;
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,"
إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah : 5-6)
Dalam ayat tersebut Allah Tabaraka wa Ta'ala mengulangnya, bahwa akan ada kesulitan setelah itu akan ada kemudahan.
Dan itu kita rasakan dalam perjalanan kita hidup dipermukaan bumi, dan siapapun manusia yang benar2 memperhatikan jalan kehidupan dipermukaan bumi ini akan seperti itu.
Bahkan terkadang satu pekerjaan / urusan yang sama terkadang sulit kita lakukan dan terkadang mudah kita lakukan.
Kesulitan dan kemudahan silih berganti dan itulah ujian.
★ Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Mulk Ayat 2;
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,"
(QS. Al-Mulk : 2)
Jadi kehidupan dipermukaan bumi adalah untuk menguji hambanya. Maka negeri inilah negeri ujian, dan kita tidak lepas dari aneka ragam ujian.
★ Allah juga berfirman di dalam Quran Surat Al-Insan Ayat 2;
إِنَّا خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ مِن نُّطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَّبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَٰهُ سَمِيعًۢا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat."
(QS. Al-Insan : 2)
Bahwa manusia dihidupkan bisa mendengar dan melihat untuk diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Oleh karena itu hidup dipermukaan bumi ini semua manusia taNpa terkecuali akan menemukan ujian2 tersebut.
? Bagian terpenting yang wajib kita sadari.
1️⃣ Bahwa kita hidup untuk diuji, agar ketika kita mendapatkan,
- hal2 yang tidak kita sukai,
- hal2 yang tidak nyaman,
- hal2 yang membuat kita berduka,
- hal2 yang membuat kita bersedih,
- hal2 yang membuat kita menderita.
Sadari bahwa memang untuk itulah kita dihidupkan dipermukaan bumi ini.
2️⃣ Bahwa Allah Tabaraka wa Ta'ala telah memberikan kepada kita petunjuk untuk menghadapi dengan ujian tersebut.
Allah telah menurunkan petunjuk kepada kita bagaimana caranya berhadapan dengan ujian2 yang akan Allah berikan dipermukaan bumi,
- Dengan Allah turunkan Alquran,
- Dengan diutusnya Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam,
- Dan Allah berikan beraneka ragam ujian kehidupan kepada Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam
- Dari Rasulullan kita belajar bagaimana menghadapi ujian2 tersebut, mengamalkan tuntunan yang Allah berikan kepada manusia untuk berhadapan dengan ujian tersebut.
Bahwa didalam agama kita semuanya telah diajarkan kepada kita, bagaimana hidup dan menjalani hidup, tuntunannya sudah lengkap dan tidak ada yang kurang. Semuanya sudah diajarkan kepada kita.
Allah telah menjadikan agama ini adalah agama yang sempurna seperti dalam Firman Nya.
★ Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Maidah ayat 3;
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,"
(QS. Al-Maidah : 3)
Agama Islam mengajarkan segala2nya, jangankan masalah yang berhubungan dengan bagaimana berhadapan dengan ujian dipermukaan bumi, hal yang jauh lebih ringan dari pada itu, semua dibahas dalam agama kita.
Tidak ada tersisa kebaikan yang tidak disampaikan dan dijarakan oleh Nabi kita tercinta shalallahu'alaihi wasallam.
Dan tidak ada satupun amalan yang buruk kecuali dilarang.
3️⃣ Didalam setiap perintah yang diajarkan didalam tuntunan dalam kehidupan kita, didalam setiap perintahnya itu pasti untuk memberikan kepada kita kemaslahatan dan kebaikan.
Dan dalam setiap larangan yang ada didalam agama dan syariat Allah, dalam sunnah Rasulullah dilarang, karena ingin kita dijauhkan dari kemudhorotan, petaka, keburukan.
Sebagaimana yang diterangkan oleh para ulama dan ahli ilmu didalam maksud dan tujuan diturunkannya syariat.
▪️Diantaranya adalah, "Menunjukan manusia kearah seluruh kemaslahatan hidup dan menjauhkan mereka dari seluruh keburukan."
Karena didalam perintah itu terdapat kebaikan, kemaslahatan untuk kita para hamba.
Dan tidaklah terdapat keburukan melainkan telah datang perintah untuk melarangnya, karena didalam setiap larangan adalah keburukan.
Allah melarang kita dan mengharamkan untuk melakukan ini itu, bukan berarti Allah tidak sayang atau bakhil, namun karena justru Allah sayang maka Allah larang.
? Taqwa adalah Solusi Kehidupan.
Yang menyatakan Taqwa adalah solusi kehidupan adalah Allah Tabaraka wa Ta'ala.
★ Allah berfirman dalam Quran Surat At-Talaq akhir ayat ke 2;
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar."
(QS. At-Talaq : 2)
▪️Barangsiapa yang bertaqwa, maka dengan ketaqwaannya itu Allah akan berikan dia solusi. Maka jelas dan tegas bahwa ketaqwaan itu adalah Solusi.
▪️Allah tidak mengatakan kepada kita,
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan jauhkan daripadanya kesulitan, Allah akan jadikan hidupnya bahagia selama2nya, Allah jadikan hidupnya tidak pernah ditimpa problema. Allah tidak katakan itu."
Karena itu bertabrakan dengan Sunatullah kehidupan didunia, bahwa hidup kita ini adalah hidup dinegeri yang penuh dengan dilema, kampung problema dan masalah. Setiap kepala yang kita lihat adalah kepala masalah. Semua manusia punya masalah.
Akan tetapi perbedaan orang yang bertaqwa dengan tidak bertaqwa adalah,
- Orang yang bertaqwa, ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala mentakdirkan dirinya ada masalah, dengan ketaqwaannya Allah berikan solusi.
- Namun orang yang tidak bertaqwa, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak menjanjikan akan memberikan kepadanya solusi dari problematika kehidupannya.
Jadi yang terpenting adalah solusi dari masalah dan problematika kehidupan yang kita alami.
Dan jangan pernah mengkhayal hidup tanpa problematika, itu mustahil karena itu bukanlah sifat dunia.
? Definisi dari Taqwa.
Apa itu Taqwa.
Banyak Ulama berbicara definisi tentang taqwa.
▪️Mayoritasnya mengarah kepada, bahwa Taqwa adalah;
"Mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala."
◆ Abu Hurairah radhiallahu'anhu ketika ditanya apa itu taqwa,
Beliau berkata,
“Pernahkan Anda melewati suatu jalan yang dipenuhi duri?”
Orang itu menjawab,
“Pernah,”
Abu Hurairah bertanya lagi,
"Lalu apa yang kau lakukan ketika kau berjalan dijalan yang dipenuhi dengan duri.?"
Orang itu menjawab,
“Jika ada duri, aku akan hati2 dalam melangkah, terkadang aku lewati duri itu, terkadang aku letakkan kaki aku sebelum duri, terkadang aku berusaha menyingkir darinya kekiri dan kekanan,”
Abu Hurairah berkomentar, “Itulah arti dari Taqwa.”
◆ Hal yang senada diriwayatakan dari Ubaid bin Ka'ab radhiallahu'anhu,
"Pernahkah engkau berjalan disebuah jalan yang banyak durinya, apa yang engkau lakukan pada jalan itu, itulah Taqwa."
◆ Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu ketika ditanya apa itu taqwa, beliau mengatakan,
"Taqwa itu adalah takut kepada Allah dan beramal untuk akhirat."
▪️Definisi Taqwa yang paling mashur dan sempurna, dan dinyatakan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, dan dinyatakan juga oleh Imam Adz-Dzahabi.
Yaitu diriwayatkan oleh seorang Tabiin dan ulama ahli hafits bernama Thalq bin Habiib rahimahullah, beliau berkata,
العَمَلُ بِطَاعَةِ اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكِ مَعَاصِي اللهِ، عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ، مَخَافَةَ عَذَابِ اللهِ
“Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap ampunan dan pahala disisi Allah, dan meninggalkan maksiat diatas cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab Allah”
(Siyar A’lamin Nubala 8/175)
? Disini ada 6 point penting yang dengannya akan sempurna ketaqwaan, yaitu;
1️⃣ Beramal.
Mengamalkan, berbuat, mendatangi, mengerjakan hal2 yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2️⃣ Ketaatan.
Ketataan tersebut bukan sembarang ketaatan, harus diatas ilmu yang telah engkau ketahui berdasarkan dari Allah dan Rasul-Nya.
Karena apa yang Allah ajarkan kepada Muhammad adalah ilmu.
Sebagian manusia rajin beramal, tapi sebelum beramal mereka tidak memastikan apakah amalan tersebut benar2 sesuai ilmu yang diturunkan oleh Allah dan sesuai dengan yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apakah amalan tersebut sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah.?
Maka beramal tidak hanya dengan menganggap baik sebuah amalan, akan tetapi harus benar2 diatas ilmu.
Ilmu harus ada sebelum beramal.
》Berkata Imam Al Bukhori,
"Ilmu itu harus ada sebelum berbicara dan ilmu itu harus ada sebelum beramal"
العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ
"Berilmu dulu baru beramal"
3️⃣ Engkau mengamalkan sesuatu berharap pahala keihklasan.
Melakukan semuanya dengan penuh keikhlasan.
Berharap sesuatu disisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Point ini menunjukkan kepada kita bahwa mengharapkan sesuatu disisi Allah dari amalan bukanlah pekerjaan yang diluar keikhlasan.
Berharap sesuatu disisi Allah adalah keikhlasan itu sendiri.
Karena sebagian orang menganggap ketika kita beramal mengharapkan pahala disisi Allah, mengharapkan balasan disisi Allah, mengharapkan surga Allah, ini dianggap tidak ikhlas dan dianggap syirik.
Naudzubillah min dzalik karena ini adalah Aqidah yang tidak benar, bathil dan sesat.
Ketika mereka ditanya kenapa menghukumi syirik orang yang beramal mengharap Surga Allah.?
Mereka mengatakan,
"Surga Allah adalah makhluk, dan ketika engkau melakukan amalan ketaatan, engkau berharap Surga maka engkau berharap makhluk dari amalanmu bukan berharap Allah, maka itu bukanlah keikhlasan."
Ini adalah kebathilan.
Yang menyuruh kita untuk berharap pahala dan Surga adalah Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.
Allah menjanjikan Surga.
Dan ketika Allah menjanjikan, bagaimana mungkin kita dilarang untuk mengharapkan janji2 Allah itu. Justru karena Allah ingin kita mengharapkan janji2nya itu maka Allah janjikan.
Dan banyak sekali dalam Allah Alquran yang berisi tentang janji2 Allah.
Dan Rasulullah mengajarkan kita untuk meminta Surga kepada Allah, bahkan Rasulullah juga meminta Surga kepada Allah.
Apakah Rasul kita mengajarkan kita untuk berbuat syirik.?
Naudzubillah min dzalik.
Mengharapkan ridho Allah, mengharapkan pahala disisi Allah, mengharapkan Surga Allah, adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Maka keikhlasan :
"Mengharapkan sesuatu ridho Allah, mengharapkan pahala di sisi Allah, mengharapkan Surga Allah, merupakan bahagian dari ketaqwaan itu sendiri."
4️⃣ Bertaqwa adalah meninggalkan yang dilarang oleh Allah.
Harus ada pekerjaan meninggalkan, dan biasanya yang ditinggalkan itu adalah sesuatu yang sangat disukai dan dicintai.
Sesuatu yang berhubungan dengan kenikmatan syahwat dan Allah memerintahkan kita untuk menghindarinya.
Menghindari dan menjauhi yang terlarang harus diatas cahaya dan ilmu Allah.
Supaya kita benar2 meninggalkan yang dilarang.
Karena boleh jadi ada sesuatu yang dianggap manusia itu dilarang oleh Allah padahal tidak dilarang.
Oleh karena itu perlu ilmu tentang sebuah yang terlarang.
◆ Sebagian Ulama ketika berbicara dalam Hadits,
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” [HR. Muslim, no. 49]
▪️Para ulama mengatakan,
》 Meninggalkan kemungkaran harus benar2 diatas ilmu bahwa itu benar2 munkar (secara syariat adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul Nya).
》 Meninggalkan maksiat harus benar2 diatas ilmu bahwa itu adalah maksiat.
Sebagian orang ada yang tidak mau makan makanan yang berdarah, tidak mau makan daging ayam, ikan, daging kambing, daging sapi dan yang lainnya.
Intinya semua yang ada darahnya tidak dia makan karena dianggap yang akan membuat jiwa dan ketaqwaannya meningkat dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
★ Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 172;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada Nya kamu menyembah."
(QS. Al-Baqarah : 172)
Dan daging ayam, bebek, kambing dan sejenisnya adalah bagian dari sesuatu yang Halalan Thoyibah.
5️⃣ Meninggalkan Maksiat diatas Ilmu.
6️⃣ Engkau meninggalkan hal tersebut takut dari Adzab Allah.
Didalam Alquran Allah nyatakan, bahwa Allah ketika berbicara tentang neraka, benar2 Allah ingin memberikan rasa takut kepada kita terhadap neraka tersebut.
Maka sifat takut kepada neraka adalah sifat orang yang bertaqwa.
Orang yang menjalankan itu semua dan selalu bersamanya, akan ada solusi dari setiap masalah yang menimpanya. Dan itu dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Agama kita mengajarkan seluruh yang sifatnya kemaslahatan.
Dan agama kita melarang dari sesuatu larangan yang sifatnya ada mudhorot.
▪️Sehingga orang yang bertaqwa,
》 Akan mendapatkan kemaslahatan demi kemaslahatan.
》 Dan akan terhindar dari mudhorot demi mudhorot.
Karena berjalan diatas Syariat Allah Tabaraka wa Ta'ala adalah,
"Mengamalkan ketaatan yang dia adalah kumpulan kemaslahatan dan menjauhkan diri dari larangan yang didalamnya untuk menghindarkan dari seluruh kemudhorotan."
Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala, maka inilah yang akan dia dapatkan, apapun masalah yang menimpanya pasti ada solusi.
Dan dia tidak akan pernah putus harapan, frustasi.
Diantara godaan iblis yang terbesar adalah agar membuat manusia sedih dan sangat sedih sehingga sampai pada frustasi, dan akhirnya melakukan hal2 yang akan mencelakakan dirinya sendiri.
Padahal Allah tidak memberikan beban kepada manusia sesuai dengan kampuannya.
★ Allah berfirman dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 286;
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(QS. Al-Baqarah : 286).
Maka ketika ada manusia yang mengatakan bahwa beban ini tidak sanggup saya pikul, itu adalah su'udzon/berburuk sangka kepada Allah Subahnahu wa Ta'ala, karena membebani suatu perkara yang dia anggap tidak sanggup untuk memikulnya.
Maka iblis akan menggiring dia kearah frustasi dan iblis ingin mengajak menyelesaikannya dengan cara bunuh diri atau yang lainnya.
Dan ini banyak dialami oleh orang2 yang tidak bertaqwa.
Akan tetapi orang yang bertaqwa kepada Allah, dia meyakini, bahwa hal yang dia hadapi sekarang ini walaupun berat dan sedih, walaupun terseok2 dia menjalaninya. Dengan taqwanya kepada Allah maka dia yakin akan ada pertolongan dari Allah dan solusi yang akan Allah berikan.
Jangan mengira bahwa kemuliaan2 dihadapan Allah adalah kepada perkara2 yang kita sukai.
Justru Allah menguji kita dengan ujian2 berat agar kita semakin dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
◆ Dalam Hadits shahih,
"Allah kalau sudah mencintai sekelompok orang, maka Allah akan berikan ujian kepada mereka."
Dan akhirat hanyalah untuk hamba yang bertaqwa,
★ Quran Surat An-Naba ayat 30;
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,"
(QS. An-Naba : 30)
★ Quran Surat Al-Qashash Ayat 83;
تِلْكَ ٱلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
"Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Qashash : 83)
Kata Allah Subhanahu wa Ta'ala surga untuk orang2 yang bertaqwa.
Namun dipermukaan bumi ini yang sedang kita hadapi, solusi dari seluruh problematika kehidupan kita adalah ketaqwaan. Karena Allah tidak pernah ingkar janji.
Akan tetapi ketika terjadi pelanggaran disana dan disini, apalagi semakin banyak terjadi pelanggaran2 syariat maka akan semakin terperosok kedalam kemudhorotan, buah dari pada kemaksiatan itu sendiri.
Semoga apa yang kita bicarakan pada kesempatan ini bermanfaat, semoga kita diridhoi oleh Allah Tabaraka wa Ta'ala, dan semoga waktu yang kita lalui ini kebersamaan diatas membaca sebagian ayat, dengan sunnah2 Nabi shalallahu'alaihi wasallam. Dijadikan waktu yang mendapatkan pahala yang berlipat ganda didalamnya, dan semoga Allah wafatkan kita diatas husnul khotimah. Dan semoga Allah kelompokkan kita diakhirat benar2 bersama kelompok orang2 yang bertaqwa yang dipimpin oleh para Nabi dan para Rasul, terutama Nabi kita Muhammad shalallahu'alaihi wasallam.
Semoga Allah berikan kepada kita Surga Nya dan Allah jauhkan dari Neraka Nya.
Aamiin ya Rabbal 'alamiin.
Wallahu Ta'ala 'Alam bishowab.
? SOAL - JAWAB
1️⃣ Ketika kita ditimpa suatu penyakit, kadang kita bisa tenang, tapi suatu ketika penyakit dirasa memburuk menjadi khawatir. Bagaimana solusinya.?
↪️ Jawab :
Kesedihan ketika ditimpa oleh sebuah penyakit, kita bersedih dan kita merasa perih. Maka itu bukan bagian dari hal yang akan bertabrakan dengan kesabaran dan tawakal.
Namun yang tidak boleh adalah mengkhawatirkan masa yang akan datang. Dalam menghadapi penyakit, setan menarik perasaan kita untuk mengkhawatirkan apa yang terjadi nanti setelahnya. Dan hanyut dalam kesedihan bukan karena penyakit itu, akan tetapi perasaan kita bersedih karena kita takut akan terjadi dimasa yang akan datang begini.. begitu..
Kekhawatiran ini yang tidak boleh, karena urusan dimasa yang akan datang adalah urusan Allah bukan urusan kita.
Jangankan 10 atau 20 tahun yang akan datang, apa yang akan terjadi besokpun kita tidak tahu. Itulah kodrat kita.
"Setiap jiwa tidak akan tahu besok dia akan mengerjakan apa."
Maka urusan besok serahkan kepada Sang Pengatur Alam Semesta. Kita bersedih ditimpa sebuah penyakit dan kepedihan2 sakit sehingga air mata kita mengalir itu tidak menjadi masalah.
Namun kesedihan yang menimpa hati karena khawatir bagaimana nasib kedepan, itu yang tidak boleh karena bertabrakan dengan tawakal.
Merasakan pedih dan menceritakan kepedihan kepada orang yang datang, bukan untuk mengeluhkan Allah, tidak jadi masalah dan tidak bertabrakan dengan tawakal.
Wallahu Ta'ala 'alam.
2️⃣ Apabila kita beribadah sholat malam memohon berharab untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, apa hukumnya.?
↪️ Jawab :
Meminta sesuatu yang halal kepada Allah adalah halal, maka pertanyaan tersebut apabila meminta pekerjaan halal kepada Allah adalah halal.
Akan tetapi yang terbaik adalah serahkan ilmunya kepada Allah, yaitu mengatakan kepada Allah,
"Ya Allah sekiranya pekerjaan ini baik untukku dan agamaku, baik diduniaku dan akhiratku maka permudah dia untukku, manakala dia buruk untukku dan agamaku, buruk untuk duniaku dan akhiratku maka jauhkan dia dariku."
Ini lebih baik, karena meminta sesuatu yang dikembalikan kepada ilmu Allah.
Dibanding kita meminta sesuatu kepada Allah dengan cara, "Ya Allah berikan saya pekerjaan itu, ya Allah luluskan saya pada perusahaan dimana tempat saya melamar, dll misalnya."
Kita minta kepada Allah seperti itu, selagi permintaan kita adalah permintaan yang halal dan untuk pekerjaan yang halal maka dia adalah halal, boleh saja.
Akan tetapi yang terbaik adalah serahkan kepada Allah, karena Allah lebih tau apa yang terbaik buat kita.
Bila Allah menilai itu suatu kebaikan, maka Allah akan mudahkan kita untuk sampai kepada hal tersebut. Karena yang paling penting bagi kita adalah menjaga agama dan menjaga akhirat kita.
Minta Allah yang memilihkan untuk kita.
Wallahu Ta'ala 'alam.
3️⃣ Apakah rasa sedih ketika diperlakukan tidak adil, termasuk tidak bertawakal dan tidak mengimani takdir. Dan bahkan rasa itu sangat sakit ketika kami difitnah oleh orang tua kami sendiri.!
↪️ Jawab :
Seperti yang tasi sudah dikatakan, bahwa sedih dan merasakan perih ditimpa sesuatu, bahkan sampai berlinang air mata, itu tidak bertabrakan dengan kesabaran dan tawakal.
Rasulullah juga pernah bersedih dan menyatakan kesedihannya kepada para sahabat, dan Rasulullah juga meneteskan air mata, padahal Rasulullah adalah orang yang jarang sekali meneteskan air mata dalam perkara2 dan musibah2 duniawi.
Rasulullah mengatakan,
"Hati bersedih dan mata mengeluarkan air mata, namun kita tidak akan pernah mengucapkan kecuali apa yang membuat Rabb kita ridha."
Maka tidak jadi masalah manakala kita merasa bersedih dan tidak bertabrakan dengan iman kita kepada takdir Allah. Karena itu adalah fitrah manusia, sesuatu yang berjalan sesuai dengan fitrah bukanlah maksiat.
Kita sedih ketika kita diperlakukan tidak adil, ketika kita difitnah, dibicarakan tidak baik oleh orang lain, apalagi orang2 yang memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan kita, dan kita bersedih. Itu tidak bertabrakan dengan iman kepada takdir. Karena itu adalah fitrah manusia.
Asal jangan kesedihannya melampaui batas sampai melakukan hal2 yang dilarang oleh Allah.
Wallahu Ta'ala 'alam.
4️⃣ Bagaimana menghubungkan antara berilmu sebelum beramal atau melakukan kebaikan dengan "sampaikanlah kebaikan walaupun satu ayat.".!
↪️ Jawab :
Banyak orang mengira Hadits Nabi yang shahih tersebut, maknanya menyampaikan tanpa ilmu.
Banyak yang mengira hadits itu bermakna seperti itu. Belum berilmu sudah menyampaikan, sehingga bertabrakan dengan berilmu dulu baru menyampaikan.
1. Berilmu dulu baru menyampaikan itu tidak bertabrakan dengan "Sampaikan dariku walaupun satu ayat."
Andai kita mengerti apa makna "Sampaikan dariku walaupun satu ayat."
Sampaikan dariku.. dari Nabi, berarti kita tahu ini benar2 sunnah Nabi, menunjukan bahwa kita telah berilmu tentang sesuatu itu.
Tentang sesuatu yang akan kita sampaikan kepada orang lain, kita harus benar2 berilmu bahwa itu berasal dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam dan itu sah sunnah dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam. Maka itu maknanya kita telah berilmu dipoint yang akan kita sampaikan kepada orang lain.
Walaupun apa yang kita sampaikan hanya sedikit, hanya satu ayat.
2. Apa arti ayat dalam bahasa Arab, dan ini diterangkan oleh Syaikh Al-Albani dalam salah satu muhadhoroh beliau.
Makna ayat didalam Alquran adalah,
"Sejumlah kalimat dengan sebuah pemahaman yang bisa dimengerti."
Bukan Ayat dalam bahasa Arab itu ayat dalam pemahaman kita, satu ayat dalam surat Al'ala misalnya, satu ayat dalam surat Al Ikhlas.
Sehingga ketika dikatakan ayat, berarti sebuah kalimat dalam agama dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam yang kita sudah tau artinya dan sudah mengerti maknanya. Dan kita sudah memahaminya sebenar2 faham dan dengan pemahaman yang benar. Silahkan sampaikan.
Berarti kita menyampaikannya sudah dengan ilmu.
Tidak asal dengar lalu kita sampaikan, itu tidak menyampaikan dengan ilmu.
Nabi Muhammad dimasa berdakwah ditengah para sahabat, ketika beliau menyampaikan sesuatu kepada para sahabat, tidak semua para sahabat hadir.
Kata Nabi kepada yang hadir,
"Kalian yang hadir sekarang ini, apa yang kalian dengar dariku sampaikan kepada yang tidak hadir."
Intinya ilmu yang akan kita sampaikan itu kita ketahui dan pemahamannya kita mengerti, itu boleh disampaikan, tidak perlu menunggu kita harus jadi ulama.
Wallahu Ta'ala 'alam.
5️⃣ Bagaimana solusinya jika keimanan kita masih naik turun, kadang sholat khusyuk, baca Alquran, tapi kadang malas2 untuk beribadah.!
↪️ Jawab :
Iman naik turun itu adalah Sunatullah dipermukaan bumi, terkadang iman itu tinggi, terkadang dia berkurang. Dan hal itu akan terjadi kepada setiap manusia tanpa terkecuali, sampai sahabatpun merasakannya.
Salah seorang sahabat mengatakan hal itu dan mengadukan kepada Nabi kita tercinta shalallahu'alaihi wasallam, kata Nabi,
"Iman itu terkadang begini dan terkadang begitu."
Itu suatu hal yang lumrah, dengan syarat jangan jatuh kepada maksiat.
Kalau hanya sekedar naik dan turun, ada rasa semangat dan ada rasa malas, asal jangan bdrbuat maksiat. Maka itu adalag fitrah manusia.
Namun ada juga kalanya iman kita turun disebabkan maksiat, dan itu banyak terjadi. Terkhusus dizaman kita sekarang ini, dimana iman kita lagi baik kemudian kita terjerumus kedalam sebuah maksiat. Atau dalam sebuah bentuk maksiat lalu kemudian membuat iman menjadi turun.
Ketika Iman turun maka kita instrospeksi apa penyebab dia turun, apa karena maksiat maka yang harus dilakukan adalah berhenti dari maksiat tersebut. Dan berusaha lagi untuk meningkatkan amal sholeh, dekat kepada majelis ilmu, dekat kepada sahabat2 yang sholeh. Namun maksiat tersebut harus dihentikan dan bertobat
Para ulama mengatakan,
"Iman akan berkurang karena maksiat."
Wallahu Ta'ala 'alam.
? PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~