Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
SELASA, 1 September 2020
Pukul 19.30 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc., MA."


~ TAULADAN KEMULIAAN UMMUL MUKMININ AISYAH - Bagian 3 ~


? "Kisah Tuduhan Dusta Terhadap Aisyah radhiallahu'anha"


Pada kesempatan kali ini ada di bahas satu Hadist yang panjang yang dibawakan oleh,
"Imam Al-Bukhori" pada Hadist no.4141 dalam sebuah Bab yang berjudul,
"Haditsul Ifki - Kisah Tuduhan Dusta kepada Aisyah radhiallahu'anha."

Dimana orang-orang munafik yang di pimpin oleh "Abdullah bin Ubay bin Salul" menuduh Ibunda Aisyah radhiallahu'anha telah berzina dengan sahabat yang bernama "Shafwan bin Al Muaththal As Sullami".

Tentunya orang-orang munafiq ketika mereka benci dengan Islam, 
- mereka berusaha mencela Islam, 
- mencela Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, 
- bahkan mereka berusaha mengganggu Nabi dalam keluarnya, 
- sampai ganggung mereka kepada istri Nabi shalallahu 'alaihi wasallam yaitu Aisyah radhaiallahu'anha.


◆ Diriwayatkan oleh Al Imam Al-Bukhori, dari Aisyah radhiallahu'anha berkata,

“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak keluar untuk melakukan suatu perjalanan (safar) maka beliau mengundi di antara istri-istrinya. Maka, siapa saja di antara mereka yang keluar undiannya, maka dialah yang bersafar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Aisyah radhiallahu‘anha melanjutkan kisahnya,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan undian di antara kami di dalam suatu peperangan yang beliau ikuti. Ternyata namaku-lah yang keluar. Aku pun berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. 
Kejadian ini sesudah ayat tentang hijab diturunkan. Aku dibawa di atas Haudatch (tandu/keranda di atas punggung onta) lalu berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga kembali dari perang tersebut.

◆》Ini dalil bahwasanya,
- Seorang istri boleh menemani suaminya, bahkan dalam masalah peperangan.
- Jika seorang wanita boleh menemani dalam urusan penting seperti perang apalagi yang lebih ringan dari pada perang.
- Di antara Sunnah kalau bersafar membawa istrinya.

Aisyah radhiallahu'anha melanjutkan kisahnya,
"Sampai Rasul selesai dalam perang tersebut, Rasulullah balik dari peperangan tersebut menuju kota Madinnah.
Ketika telah dekat dengan Madinah, maka pada suatu malam Beliau memberi aba-aba agar berangkat melanjutkan perjalanan.
Saat itu aku keluar dari tandu melewati para tentara untuk menunaikan keperluanku. Ketika telah usai menunaikan hajat aku kembali ke rombongan dan menuju Haudatchku, saat aku meraba dadaku, ternyata kalungku dari merjan zhifar terputus. 
Lalu aku kembali lagi untuk mencari kalungku, sementara rombongan yang tadi membawaku telah siap berangkat. Gara-gara aku mencari kalungku akhirnya aku tertahan.
Mereka pun membawa kerandaku dan memberangkatkannya di atas ontaku yang tadinya aku tunggangi. Mereka beranggapan bahwa aku berada di dalamnya.

Aisyah radhiyallahu‘anha mengatakan,
“Pada masa itu perempuan-perempuan rata-rata ringan, tidak berat, dan tidak banyak daging. Mereka hanya sedikit makan. Makanya, mereka tidak curiga dengan kerandaku yang ringan ketika mereka mengangkat dan membawanya. Di samping itu, usiaku masih sangat belia (usia sekitar belum 15 tahun). Mereka membawa onta dan berjalan menuju kota Madinnah.
Aku pun menemukan kalungku setelah para tentara berlalu. Lantas aku datang ke tempat mereka. Ternyata di tempat itu tidak ada orang yang memanggil dan menjawab. Lalu aku bermaksud ke tempatku tadi di waktu berhenti. Aku beranggapan bahwa mereka akan merasa kehilangan diriku lalu kembali lagi untuk mencariku.”

◆》Ini cerdasnya Aisyah, karena Aisyah berfikir bahwa mereka akan kembali ketempat mereka bertemu dengan Aisyah.

Aisyah radhiallahu'anha melanjutkan ceritanya,
“Ketika sedang duduk menunggu, kedua mataku merasakan kantuk yang tak tertahan. Aku pun tertidur.
(Aisyah sendirian dalam gelap malam).

Ada seorang sahabat Nabi namanya "Shafwan bin al-Mu’aththal as-Sullami adz-Dzakwani" tertinggal di belakang para tentara. 

◆》Ada 2 riwayat kenapa Shafwan bin Muaththal As Sullami berjalan paling belakang,
1). Beliau ditugaskan oleh Nabi sebagai saqqah, bagian pasukan paling belakang yang tugasnya adalah berjalan paling terakhir dan dia sendiria, untuk mengecek apakah ada barang2 dari pasukan yang terjatuh atau tertinggal, sehingga dia cek kalau ada dia bawa. 
2). Ada yang mengatakan kenapa dia terlambat karena dia orangnya sulit untuk bangun, kalau dia tidur sulit untuk dibangunkan kecuali dia selesai tidurnya dan dia terbangun sendiri. Terkadang subuh dia terbangun ketika terik matahari membangunkan dia.
Dan kejadian pada malam itu dia tertidur dan dia sendirian tertinggal oleh pasukan dan dia bertugas mencari barang2 yang terjatuh dari pasukan.

"Ia berjalan semalam suntuk sehingga ia sampai ke tempatku, lalu ia melihat hitam-hitam sosok seseorang / bayangan seseorang sedang tidur lantas ia menghampiriku. Ia pun mengenaliku ketika melihatku."

Aisyah mengatakan,
"Sungguh, ia pernah melihatku sebelum ayat hijab turun. Aku terbangun mendengar bacaan istirja’-nya dengan suara yang keras (bacaan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika ia melihatku. Maka akupun terjaga, kututupi wajahku dengan jilbabku.

◆》Kenapa Shafwan mengucapkan kalimat Istirja,
1). Karena ini musibah dimana Istri Nabi ketinggalan dari pasukan.
2). Untuk membangunkan Aisyah radhiallahu'anha.

Aisyah radhiallahu'anha mengatakan,
"Demi Allah, kami tidak ngobrol, dia tidak mengajakku bicara dan aku tidak mendengar sepatah kata pun dari mulutnya selain ucapan istirja.

◆》Kenapa Aisyah menegaskan hal ini,
Karena Aisyah di tuduh berzinah dengan Shafwan bin Muaththal as Sullami, padahal tidak terjadi apa2 antara Aisyah dan Shafwan, satu katapun tidak ada yang keluar dari mulut Aisyah dan Shafwan selama dalam perjalanan berjam2 sampai siang hari tiba di kota Madinnah bada dzuhur siang bolong, kecuali kalimat Istirja yang keluar dari mulutnya Shafwan bin Muaththal.

"Maka Shafwanpun menurunkan ontanya, lalu ia memijak kaki depan onta, kemudian aku menungganginya. Selanjutnya ia berjalan dengan menuntun onta yang aku tunggangi sehingga kami dapat menyusul para tentara di kota Madinnah setelah mereka berhenti sejenak seraya kepanasan di tengah hari. 

◆》Ini dalil bahwasanya tidak boleh berkhalwat laki2 dan perempuan, tapi ini darurat.
Mau tinggalkan Aisyah sendiri gak mungkin.
Kita melakukan mudhorot yang lebih ringan utk meninggalkan mudhorot yang lebih besar.
Seandainya Aisyah ditinggal sendirian maka mudhorotnya lebih besar.
Mudhorot yang lebih ringan berkholwat antara Aisyah dengan Shafwan dilakukan.
Menempuh kemudhorotan yang lebih ringan dan ini kaidah yang masyhur dalam Islam.

◆》Dan juga Shafwan bin Muaththal beradab. Dia tidak berada di belakang Aisyah, tapi di depan Aisyah.
Biar Aisyah merasa tenang, tidak merisa dilihat atau terganggu.
Beda kalau Aisyah dideoan maka Shafwan akan bisa melihat Aisyah dan melihat hala2 yang tidak disukai Aisyah.

◆》Ini mengingatkan kisah Nabi Musa alaiahisallam ketika di undang oleh seorang wanita kerumah bapaknya, Nabi Musa berjalan didepan, sang wanita di belakang, kalau belok kanan sang wanita melemparkan kerikil ke sebelah kanan, kalau belok kekiri sang wanita melemparkan kerikil ke kiri. Sampai kerumah wanita tersebut. Dan Nabi Musa bisa menjaga pandangannya.

Maka Aisyah berkata,
"Binasalah orang yang memanfaatkan kejadian ini (menuduh berzina).
Melihat konndisi Aisyah yang berjalan bersama Shafwan bin Muaththal As Sullami ini ditangkap oleh orang2 munafiq untuk mencela keluarga Nabi shalallahu 'alaihi wasallam.
Dan orang yang memperbesar kedustaan besar ini ialah "Abdullah bin Ubay bin Salul.” Pimpinan orang munafiq.

Kata Urwah bin Zubair,
"Bahwasanya aku dikabarkan bahwa Abdullah bin Ubay bin Salul adalah provokator, ada orang berbicara dia komporin dia benarkan. Cerita bohong itu menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut. Sehingga tersebarlah fitnah bahwa Aisyah berzina dengan Shafwan bin Al Muaththal As Sullami. 

Sehingga ada tiga sahabat yang terkena dan terfitnah dengan provokasi tersebut. tanpa disadari ikut andil dalam menyebarkan berita ini. 
Mereka semua ini adalah orang mulia, meraka adalah,
1. Hassan bin Tsabit (penyair Rasulullah sahalallahu 'alaihi wasallam).
2. Misthah bin Utsatsah (sepupu Abu Bakr ash Shiddiq Radhiallahu'anhu dan pernah ikut dalam perang Badr).
3. Hamnah bintu Jahsyn Radhiallahu'anha (saudaranya Zainab bintu Jahsyn istrinya Rasulullah).

Aisyah melanjutkan cerita,
“Kemudian kami sampai ke Madinah. Ketika kami telah sampai di Madinah aku sakit selama sebulan. Sedangkan orang-orang menyebarluaskan ucapan para pembohong bahwasanya aku berzina dengan Shafwan.

Kata Aisyah,
Aku sama sekali tidak mengenai hal tersebut. Karena aku sedang sakit selama sebulan dan aku ridak keluar rumah. 
Itulah yang membuatku penasaran, biasanya kalau istrinya ada yang sakit Rasulullah lembut kepada istrinya. Tapi ini seperti biasanya, sesungguhnya aku tidak melihat kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang biasanya aku lihat dari beliau ketika aku sakit. 
Beliau hanya masuk, lalu mengucap salam dan berkata, 
‘Bagaimana keadaanmu?’
Kemudian pergi.
 Itulah yang membuatku penasaran, tetapi aku tidak mengetahui ada sesuatu yang buruk sebelum aku keluar rumah.”

Suatu hari aku keluar dari rumah ketika aku mulai sembuh.
“Lalu aku bertemu Ummu Misthah (ibunya Misthah) dan berjalan bersamaku. 
Dia adalah putri Abi Ruhm bin Abdul Muththalib bin Abdi Manaf. Ibunya adalah puteri Shakhr bin Amr, bibi Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anha. Anaknya bernama Misthah bin Utsatsah bin Ubbad bin Abdul Muththalib bin Abdu Manaf. 
Lantas aku dan Ummu Misthah berjalan dimalam hari ketempat kami buang hajat. 
Setelah kami buang hajat kamipun balik menuju rumah, tiba2 Ummu Misthah terpeleset dengan pakaian yang dikenakannya. 
Kontan ia berujar, "Celakalah Misthah."
Lantas aku berkata kepadanya, 
"Alangkah buruknya ucapanmu. Kamu mencela seorang lelaki yang ikut serta dalam perang Badr."
Lantas Ummu Misthah berkata, "Wahai Aisyah, apakah engkau belum mendengar apa yang telah ia ucapkan tentang dirimu?"
Aku bertanya, 
"Memang apa yang ia katakan?" 
Maka Ummu Misthah pun menceritakan kepadaku mengenai ucapan para pembuat berita bohong (bahwa Aisyah telah berzina). 
"Aku pun bertambah sakit."

◆》Aisyah sedih karena isyu sudah tersebar selama sebulan dan dia tidak mengetahuinya sama sekali.

“Ketika aku pulang ke rumah, Rasulullah masuk ke dalam rumah memberi salam kepadaku, seperti biasa beliau bertanya,
"Bagaimana kondisimu wahai Aisyah?" 
Karena aku sudah tahu masalahnya maka aku berkata kepada Rasulullah, "Apakah kau izinkan aku agar aku bertemu dengan kedua kedua orang tuaku.?"

◆》 Ini adab istri kepada suami jika ada masalah di dalam rumah tangganya, minta izin kepada suami utk pergi kerumah orang tuanya.

Aisyah radhiallahu‘anha melanjutkan kisahnya,
“Ketika itu aku ingin mengetahui secara pasti berita tersebut dari kedua orang tuaku. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkanku datang kepada kedua orang tuaku.
Lantas aku bertanya kepada ibuku, 
‘Wahai Ibunda, Apa yang sedang hangat dibicarakan oleh orang-orang?" 
Maka Ibuku (Ummu Ruman) menjawab, 
"Wahai putriku, sabar, tenangkan dirimu, ringankan permasalahan ini. Demi Allah, jarang sekali seorang perempuan cantik yang dicintai oleh suaminya sementara ia mempunyai banyak madu melainkan para madu tersebut sering menyebut-nyebut aibnya."
Lantas aku berkata, 
"Subhanallah (Maha Suci Allah). Berarti benar orang-orang telah memperbincangkan hal ini." Maka, aku menangis pada malam tersebut sampai pagi. "Air mataku tiada henti dan aku tidak tidur sama sekali. Kemudian di pagi hari pun aku masih menangis.”

◆》Kondisi semakin berat, sebulan sudah berlalu, isyu belum selesai, Allah Subhanahu wa Ta'alaa tidak menurunkan wahyu.
Di tambah suaminya seperti itu. Hanya mengatakan bagaimana kondisimu.
Rasulullah juga bingung apa yang harus dilakukan, tidak ada wahyu yang membimbingnya hatus melakukan apa.

Aisyah radhiallahu‘anha melanjutkan kisahnya,
“Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu dan Usamah bin Zaid radhiallahu‘anhu ketika wahyu tidak segera turun. 
"Beliau shallallahu‘alaihi wasallam bertanya kepada keduanya dan meminta pendapat kepada keduanya, apakah perlu menceraikan Aisyah.?" 

◆》Kondisi benar2 sangat genting, Seorang Nabi, istrinya di tuduh berzina dan beliau tidak mengambil sikap.
Nabi pun bingung apakah Aisyah berzinah atau tidak, dan Nabi tidak mungkin mengatakan tidak, karena sesuatu yang ghoib. Apalagi mengatakan iya yang Nabi tidak tau.

Aisyah radhiallahu‘anha melanjutkan,
“Sedangkan Usamah radhiallahu‘anhu memberi pendapat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan apa yang ia ketahui.
Usamah berkata kepada Rasulullah,
"Ya Rasulullah, Aisyah tidak melakukan demikian, jauhnya istri mu Aisyah ya Rasulullah dari perbuatan tersebut, aku tidak mengetahui darinya kecuali kebaikan, jadi tidak perlu diceraikan."

“Sedangkan Ali bin Abi Thalib berpendapat, 
"Wahai Rasulullah, Allah tidak akan memberikan kesempitan kepadamu. Perempuan selain Aisyah masih banyak. Tapi cobalah bertanya kepada seorang budak perempuannya Aisyah, pasti ia akan berkata jujur kepadamu.”

◆》Ali bukan benci kepada Aisyah, sama sekali tidak. Tapi Ali kasihan kepada Nabi, Ali ingin Nabi lepas dari permasalahan gundah gulana dan kegelisahan, karena sudah sebulan Nabi gelisah.
Bagaimana Nabi tidak gelisah, orang yang paling Nabi cintai tidak bisa didekati.

◆》Inipun membuktikan bahwa Nabi tidak mengetahui hal Ghoib sama sekali, karena ketika wahyu tidak turun, Nabi tidak bisa mengetahui hal apapun, terlebih lagi hal ghoib.

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan,
“Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Barirah radhiyallahu ‘anhu (budaknya Aisyah) seperti anjuran Ali."
Beliau shalallahu'alaihi wasallam bertanya, 
"Hai Barirah, Apakah kamu melihat ada sesuatu dilakukan oleh istri Aisyah sesuatu yang aneh yang meragukan engkau.?" 
Barirah berkata,
"Demi yang mengutus engkau kebenaran (Allah Subhanahu wa Ta'alaa), Aku tidak pernah melihat sesuatu pun pada dirinya yang dianggap cela dari Aisyah,  hanya saja bahwa dia adalah perempuan yang masih belia, yang terkadang tertidur ketika sedang membuat adinan roti, dan membiarkan adonan roti keluarganya, sehingga binatang piarannya datang, lalu memakan adonan rotinya. Itu saja kekurangan Aisyah."

“Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di atas mimbar seraya bersabda, 
"Wahai kaum muslimin sekalian..!! 
Siapakah yang memberi udzur kepadaku tentang seorang lelaki yang gangguannya telah sampai kepada diriku.? 
Demi Allah, aku tidak mengetahui tentang Istriku kecuali kebaikan. 
Dan mereka telah menuduh dia berzina dengan seorang laki-laki yang sepanjang pengetahuanku adalah orang baik-baik, ia tidaklah datang menemui keluargaku kecuali bersamaku.”

“Selanjutnya Sa’ad bin Mu’adz al-Anshari radhiyallahu ‘anhu berdiri lalu berkata (dari suku Aus),
"Ya Rasulullah, aku akan membelamu wahai Rasulullah, Jika ia dari kabilah Aus, maka akan kami tebas batang lehernya. 
Jika ia dari kalangan saudara-saudara kami kalangan Khazraj, maka apa yang engkau perintahkan kepada kami, pastilah kami melaksanakan perintahmu ya Rasulullah.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan kisahnya,
“Kemudian Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu ‘anha berdiri. Ia adalah pemimpin kabilah Khazraj. Ia adalah lelaki yang shalih tetapi ia tersulut emosi. 
Lalu ia berkata kepada Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu, 
"Kamu bohong, Demi Allah, Kamu tidak akan membunuhnya dan tidak akan mampu membunuhnya. Jika ia berasal dari kabilahmu pasti kamu tidak ingin membunuhnya.”

“Lalu Usaid bin Hudhair radhiyallahu ‘anhu berdiri. Ia adalah sepupu Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata kepada Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu ‘anhu, ‘Kamu bohong, Demi Allah. Sungguh kami akan membunuhnya. Kamu ini munafik dan berdebat untuk membela orang-orang munafik. Lantas terjadi keributan antara kedua kabilah, yakni Aus dan Khazraj sehingga hampir saja mereka saling membunuh padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih di atas mimbar."

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menenangkan mereka sampai mereka diam dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri juga terdiam.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan kisahnya,
“Pada hari itu aku menangis. Air mataku terus menetes tiada henti dan aku menangis 2 malam 1 siang dan aku tidak tidur sama sekali. Kedua orang tuaku beranggapan bahwa tangisan dapat membelah hatiku.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan,
“Ketika keduanya sedang duduk di sampingku sedangkan aku sedang menangis, tiba-tiba seorang perempuan dari kalangan Anshar meminta izin kepadaku, lalu aku pun memberi izin kepadanya sehingga ia duduk seraya menangis di sampingku. Ketika kami masih dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk kemudian duduk. 
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah duduk di sampingku sejak beredarnya isu tersebut. Dan telah sebulan penuh tidak ada wahyu turun mengenai perkaraku ini. 
Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kesaksian pada saat beliau duduk seraya berkata, "Amma ba’du, hai Aisyah,  Sungguh, telah sampai kepadaku isu demikian dan demikian mengenai dirimu. Jika engkau memang bersih dari tuduhan tersebut, pastilah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membelamu dan membebaskanmu dari tuduhan tersebut. 
Dan jika engkau melakukan dosa, maka memohonlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubatlah kepada-Nya, karena sesungguhnya seorang hamba yang mau mengakui dosanya dan bertaubat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menerima taubat-Nya.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan kisahnya,
“Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai menyampaikan sabdanya ini, maka derai air mataku mulai menyusut, sehingga aku tidak merasakan satu tetes pun.

◆》kenapa..? Karena Aisyah kaget mendengar ucapan dari suaminya.
Karena Nabi masih memberi 2 kemungkinan, kemungkinan bersih, kemungkinan benar berzina. Kembali kepada Aisyah. Dan ini benar2 masuk ke hati Aisyah, menyakitkan hati Aisyah karena adanya kemungkinan ke dua.

 Lalu aku berkata kepada ayahku, 
"Wahai ayah, Tolong sampaikan jawaban kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atas nama aku,"
Ayahku menjawab, 
"Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku sampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam." Selanjutnya aku berkata kepada ibuku, 
"Wahai ibu, Tolong sampaikan jawaban kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atas namaku,
Ibuku menjawab, ‘Demi Allah, aku juga tidak tahu apa yang harus aku sampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam."

◆》Abu Bakar dan Istrinya tidak bisa menjawab atau membela Aisyah yang memang mereka tidak mengetahui perkara ghoib tersebut, dan mereka juga tidak menyalahkan Rasulullah.

Ketika ayah dan ibuku tidak bisa membelaku, Lalu aku berkata, 
"Aku adalah seorang perempuan yang masih belia. Aku tidak banyak baca Al-Quran ketika itu.
Demi Allah, aku tahu bahwa kalian telah mendengar berita ini sehingga kalian simpan di dalam hati dan kalian membenarkannya. Makanya, jika kukatakan kepada kalian bahwa aku bersih dari tuduhan tersebut Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih dari tuduhan tersebut, maka kalian tidak mempercayaiku. Dan jika aku mengakui sesuatu yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui bahwa aku terbebas darinya, malah kalian sungguh-sungguh mempercayaiku. 
Demi Allah, aku tidak menjumpai pada diriku dan diri kalian suatu perumpamaan selain sebagaimana yang dikatakan bapaknya Yusuf (maksudnya Nabi Yakub) oleh Nabi Yusuf Alaihi Salam.

“Maka hanya sabar yang baik itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.” 
(QS. Yusuf : 18)

“Kemudian aku berpaling, dan aku berbaring di atas tempat tidurku.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan kisahnya,
"Dan Aku yakin Allah tahu aku terbebas dari itu semua, dan Aku yakin Allah-lah yang melepaskanku dari segala tuduhan tersebut."

Akan tetapi, demi Allah, aku tidak pernah menyangka bahwa Allah akan menurunkan suatu wahyu (ayat) yang akan selalu dibaca perihal persoalanku ini sampai hari kiamat.

Aisyah berkata,
"Sungguh persoalanku ini terlalu remeh dan hina untuk difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi sesuatu yang akan selalu dibaca. Sebenarnya yang aku harapkan ialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermimpi di dalam tidurnya yang di dalam mimpi tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala membebaskanku dari tuduhan tersebut.”

◆》Ternyata Allah tidak kasih mimpi kepada Nabi, bahkan Allah turunkan ayat, 10 ayat dalam surat An-Nur,
Yang menjelaskan tentang bersihnya Aisyah radhiallahu'anha dari tuduhan tersebut.

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan,
“Demi Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam belum sempat beranjak dari tempat duduknya dan belum ada seorang pun dari anggota keluargaku yang keluar sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya."
Seperti biasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa berat ketika menerima wahyu. 
Sampai-sampai beliau bercucuran keringat bagaikan mutiara yang jatuh dari keningnya, padahal ketika itu sedang musim penghujan. Hal ini lantaran beratnya wahyu yang diturunkan kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam.”

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan,
“Kontan, Rasulullah sadar bahwa itu wahyu yang turun dari malaikat Jibril, dan kesusahan telah lenyap dari hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tersenyum bahagia."
Kalimat yang kali pertama beliau katakan ialah, ‘Bergembiralah Aisyah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membebaskanmu dan mengatakan bahwa engkau suci dari tuduhan tersebut."

Lalu ibuku berkata kepadaku, "Berdirilah kepada Nabi."
Aku berkata, 
"Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tidak akan memuji kecuali hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dialah yang menurunkan wahyu yang membebaskan diriku."

★ Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat berikut,

إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُم مَّا ٱكْتَسَبَ مِنَ ٱلْإِثْمِ ۚ وَٱلَّذِى تَوَلَّىٰ كِبْرَهُۥ مِنْهُمْ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa  yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar (pula).” 
(QS. An-Nur: 11)

Sampai sepuluh ayat secara keseluruhan. Dan Allah turunkan lagi ayat yang
menjelaskan bahwasanya Aisyah radhiallahu'anha bersih dari tuduhan tersebut.

“Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan ayat ini yang menjelaskan tentang kebebasanku, maka Abu Bakar radhiyallahu ‘anha, beliau adalah orang yang memberikan nafkah kepada Misthah bin Utsatsah radhiyallahu ‘anha karena masih ada hubungan kerabat dan karena ia orang fakir, Abu Bakar berkata,
"Demi Allah, aku tidak akan memberi nafkah kepadanya lagi untuk selamanya setelah apa yang ia katakan kepada Aisyah."

★ Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat berikut menegur Abu Bakar,

وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 
(QS. An-Nur: 22)

Lantas Abu Bakar radhiyallahu ‘anha berkata, ‘Baiklah. Demi Allah, sungguh aku suka bila Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuniku." 
Kemudian beliau kembali memberi nafkah kepada Misthah yang memang sejak dahulu ia selalu memberinya nafkah. Bahkan ia berkata,
"Aku tidak akan berhenti memberi nafkah kepadanya untuk selamanya." 

Aisyah radhiyallahu ‘anha melanjutkan, 
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Zainab binti Jahsyn radhiyallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai persoalanku. Beliau berkata,
"Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui atau yang kamu lihat tentang Aisyah.?"
Zainab menjawab, 
"Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku. Demi Allah, yang aku tahu dia hanyalah kebaikan."

Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan, 
"Dialah di antara istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyaingiku dalam hal kecantikan, tetapi walaupun Zainab sainganku dengan madu2 yang lain, dia melindungiku dan Allah Subhanahu wa Ta’ala melindunginya dengan sifat wara."
Sedangkan saudara perempuannya, Hamnah binti Jahsyn radhiyallahu ‘anha bertentangan dengannya. Maka, binasalah orang-orang yang binasa.”


Inilah kisah tentang tuduhan dusta kepada Aisyah radhiallah'anha.
Kelihatannya ini peristiwa yang buruk bagi Aisyah, namun ternyata tidak.

★ Kata Allah Subhanahu wa Ta'alaa,
"Jangan kalian menyangka bahwa peristiwa ini buruk bagi kalian, bahkan baik bagi kalian."

◆ Faedah yang bisa diambil dari kisah ini,

- Karena peristiwa ini maka nampaklah kemuliaan Aisyah radhiallahu'anha.

- Aisyah semakin mulia dengan ayat2 yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'alaa.

- Rasulullah semakin sayang kepada Aisyah setelah peristiwa2 ini.

- Oleh karenanya terkadang keburukan dimata kita, ternyata dibalik keburukan tersebut ada kebaikan.
Kita membenci sesuatu padahal itu baik bagi kita, walaupun baru nampak belakangan.

- Ini dalil bahwasanya orang beriman akan di uji oleh Allah Subhanahu wa Ta'alaa.
Kalau orang menyerahkan urusannya kepada Allah maka Allah akan beri solusi.

- Nabi shalallahu'alaihi wasallam sama sekali tidak tahu ilmu ghoib. Kalau Allah tidak turunkan ayat Nabi tidak tahu sama sekali.
Istrinya tertinggalpun Nabi tidak tahu.

- Maka aneh jika ada orang yang tau ini itu, tau barang2 yang hilang. Sementara sebagian orang mengaku2 punya pasukan Jin dan bisa bertanya kepada Jin. Bahkan tau ilmu ghoib dan bisa meramal masa depan.

- Rasulullah pun tidak panggil pasukan Jin untuk menceritakan apa yang terjadi dengan Aisyah.
Nabi saja masalah yang sedang terjadi tidak tahu, apalagi masa depan yang Allah belum kasih tau.
Kecuali Allah turunkan wahyu.

- Ini juga menjelaskan bahayanya orang2 munafiq.
Orang munafiq KTP mereka Islam tapi mereka suka membuat kekeruhan dari dalam.
★ Kata Allah Subhanahu wa Ta'alla,
"Sesungguhnya orang2 Munafik itu musuh yang sesungguhnya."
Dan kerusakan yang mereka lakukan lebih parah dari orang2 kafir.

◆ Para Ulama mengatakan,
Di antara ayat-ayat yang membela Aisyah yang Allah turunkan 10 ayat lebih, Allah menasehati kalian,
"Jangan kalian mengulangi lagi perbuatan ini yaitu menuduh Aisyah berzina, kalau kalian beriman.

◆ Imam Malik mengambil faedah dari ayat ini,
"Kalau ada orang berani menuduh lagi Aisyah berzina, maka dia telah kafir."

Inilah Ibunda kita Aisyah radhiallahu'anha, begitu mulianya beliau sampai Allah bela dengan ayat2nya.
Hal ini tidak menjadikan dirinya semakin angkuh, tapi semakin tawadhu dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'alaa.
Wallahu'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah, dijelaskan bahwa Rasulullah apabila safar mengundi diantara istrinya. Dalam kondisi safar yang seperti apa Rasulullah mengajak istrinya dengan melakukan urwah.?
Apakah yang demikian juga dilakukan oleh para sahabat jika para sahabat bersafar.?
↪️  Jawab :
Dzahirnya dalam setiap safar, Rasulullah bersafar selalu dalam kondisi penting, mungkin umroh, haji, jihad.
"Tapi dalam hadist Aisyah menjelaskan kalau Nabi ingin bersafar."
Ini adalah sunnah, kalau mau safar tanpa istri tidak masalah, tapi kalau dia mampu bawa istrinya itu lebih baik, dapat pahala karena menyenangkan hati istri, bisa lebih terjaga kalau ada istrinya.
Adapun para sahabat, walallahu'alam bishowab. 
Yang pasti para sahabat mencontoh Rasulullah.
Cukup bagi kita Sunnah, kalau sudah dari Rasulullah tidak perlu lagi dari sahabat, karena hukum asalnya sahabat mencontohi Nabi shalallahu'alaihi wasallam.
Wallahu'alam bishowab.

2️⃣ Kalau suami dipaksa untuk melakukan talak dengan ancaman dibunuh, apakah talaknya sah.?
Dan apa saja hak istri jika ditalak suami.?
↪️  Jawab :
Kalau talak dipaksa itu talaknya tidak jatuh, apalagi kalau diancam untuk di bunuh, maka talak tidak jatuh.
Kecuali dipaksa karena dia tudak melaksakan kewajiban, karena hak2 istri yang tidak dipenuhi, kemudia pemerintah mengambil ahli, dan jatuh talak dengan paksa, membatalkan pernikahan tersebut, itu hak pemerintah 
Tapi kalau tidak demikian maka tidak boleh seseorang dipaksa mentalak istrinya, dan hukum talaknya tidak jatuh.
Adapan hak istri jika di talak, maka lihat, talak ada talak 1, talak 2, talak 3.
Kalau masih dalam talak 1 atau 2 dan masih dalam masa iddah maka statusnya masih istri, masih dirumah, tidak keluar, masih mendapat nafkah, bisa merubah kondisi agar suaminya bisa kembali.
Kalau sudah keluar masa iddah maka dia tidak berhak untuk dapat nafkah lagi, maka istri keluar dari rumah suaminya.
Adapun talak 3 maka dia tidak berhak mendapat nafkah, tidak berhak untuk tinggal dirumah suaminya, dan tetap harus menunggu masa iddah utk bisa menikah dengan lelaki lain.
Tidak ada bedanya anak istri yang punya anak atau yang belum punya anak, sealam sudah digauli.
Wallahu 'alam bishowab.

3️⃣ Jika seorang suami menceraikan istrinya, lalu suami tersebut merujuk istrinya dalam masa iddah, namun istri tersebut tidak mau rujuk, sehingga sekarang dia sudah menikah lagi dengan laki2 lain, bagaimanakah hukum pernikahannya, dan mohon nasihat.!
↪️  Jawab :
Kalau seorang menceraikan istrinya dan masih masa iddah, maka hak untuk kembali tidak perlu persetujuan istri, suami lebih berhak merujuk dan itu hak suami, tidak perlu istrinya menolak. Kalau mau kembali ya kembali, selama masih dalam masa Iddah.
Kalau masa iddah sudah habis baru istri boleh menolak. Kalau mau kembali harus ada akad baru dan nikah lagi, karena masa rujuk sudah selesai.
Kalau istrinya nekat nikah sama orang lain maka tidak benar, karena statusnya masih istri orang, maka tidak boleh nikah sama orang lain. Dan pernikahannya tidak sah. Maka harus dibatalkan pernikahan tersebut. Kembali kepada pengadilan untuk membatalkannya.
Wallahu'alam bishowab.

4️⃣ Adakah doa yang diajarkan oleh Nabi agar mendapatkan istri yang sholehah.?
↪️  Jawab :
Diantara doa minta istri sholehah adalah doa sapu jagat,

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.” 
(QS. al-Baqarah : 201).
Diantara maknanya adalah istri sholehah, 
"Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik2 perhiasan adalah wanita sholehah."
Diingatkan utk oara ikhwan yang masih jomblo,
- sholat malam minta istri sholehah.
- karena kalau mendapatkan istri sholehah itu kebahagiaan luar biasa, lebih bagus dari pada punya harta dunia yang mewah2.
- kalau punya harta dunia tapi dirumah istru tidak sholehah, serasa neraka dirumah.
- berdoa lama2 sebelum menikah agar diberikan istri sholehah.
Wallahu'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~