Engkong Usman, Sepuh Tetap Semangat
Ahad Malam, ba'da Magrib, masyarakat muslim Indonesia termasuk saya, tidak sabar menantikan pengumuman Pemerintah melalui Kementerian Agama, apakah kita sudah memasuki 1 Syawal 1443 H atau belum, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Berdasarkan hasil pemantauan terhadap hilal, maka dinyatakan bahwa 1 Syawal 1443 jatuh pada hari ini, dan umat Islam, Insyaa Allah akan merayakan Idul Fitri 1443 H besok secara bersama-sama." ungkap Bapak H Yaqut Cholil Qoumas, Menteri Agama Republik Indonesia dari live streaming Youtube.
Entah mengapa rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu, tak bisa dijelaskan, seketika itu, saya langsung bertakbir, mengesakan Allah dan bertahmid, entah mengapa setetes air mata pun jatuh.
Selang sekali dua kali takbir, adzan Isya pun berkumandang dan semakin menekan sesak dada, perasaan apakah ini?
Iqomah pun dilafalkan dan sholat Isya pun ditegakkan, mencoba mengkhusyukkan diri, memandang tempat sujud, mendengarkan ayat-ayat suci yang diperdengerkan sang Imam. Merdu, syahdu dan Indah. Sungguh!
Setelah salam dilanjutkan takbir berjamaah dipimpin sang Imam, dan salah satu pengurus DKM, Ust. Maulana, jamaah memanggilnya, maju dan berdiri di atas mimbar dan berucap, "Malam ini, bisa jadi kita yang berada di rumah Allah ini, bingung perasaan apa yang sedang dialami, rasa syukur bahagia dan rasa haru, bercampur menjadi satu, bahagia atas kedatangan 1 Syawal sebagai hari kemenangan, hari raya umat Islam, namun rasa haru pun muncul karena Ramadhan, telah pergi meninggalkan kita dan kita pun belum tentu akan bertemu kembali dengan-nya atau tidak. Tapi inilah hidup, manusia harus menjalani skenario yang Allah tetapkan. Tapi ingatlah, semua rasa itu, Allah maha tahu setiap apa yang hamba-Nya rasakan di dalam hatinya, sedalam apapun perasaan itu."
Sesekali isak tangis terdengar dari sudut Masjid, yah beliau salah satu jamaah aktif masjid ini dan usia beliau sudah hampir kepala 8, jamaah memanggil beliau dengan sebutan Engkong Usman.
Engkong Usman, dengan usia 78 tahun saat ini, selama saya berjamaah di masjid ini, terlihat tidak pernah absen untuk berjamaah tarawih, witir hingga itikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Perangai ceria nan apa adanya ini, tidak segan-segan menyapa jamaah lainnya baik jamaah lama maupun jamaah baru, baik dewasa maupun anak-anak.
Teringat pada saat pertama kali menginjakkan kaki di masjid ini, Masjid Darus Sa'adah, rumah Allah yang sederhana namun selalu ramai dan makmur ini, dengan semangat dan lincahnya beliau menyapa saya begitu hangat.
"Mas, baru lihat masnya, namanya siapa, tinggal dimana?" tanyanya.
Saat itu, saya pun memperkenalkan diri dengan pelan, mengingat beliau sudah sepuh dan bisa jadi paling sepuh diantara yang lain. Sejurus kemudian, beliau menceritakan begitu panjang dan lebar tentang kisah hidup beliau, dari masa beliau muda sebagai guru hingga usianya sekarang, yang masih setia bersama mbah Uti, istri tercintanya.
Engkong Usman, sangat dekat dengan semua jamaah, dari yang seumuran, yang lebih muda, hingga anak-anak. Bercanda, mendongeng, cerita, atau sekedar berbagi kisah masa muda hingga foto bersama dengan jamaah lainnya. Pemandangan ini bisa sering dilihat ketika beliau selesai melaksanakan sholat. Saya pun pernah berkesempatan untuk mengantarkan beliau ke rumah beliau, sambutan yang begitu hangat pun diberikan oleh Engkong Usman dan keluarga.
Sholat Idul Fitri pun tiba, lagi-lagi beliau hadir lebih cepat untuk duduk di barisan shaf terdepan, memegang microphone dan melantunkan takbir dan tahmid dengan begitu semangat, luar biasa semangatnya.
Setelah berakhirnya sholat Idul Fitri, beliau menghampiri saya seraya berkata, "Mas Iwan, doain engkong yah, supaya tahun depan bisa menikmati Ramadhan lagi, ketemu sama mas Iwan dan jamaah yang lainnya."
Sedetik kemudian, entah kenapa, suasana menjadi hening, dan saya pun menyambut dengan ucapan Aamiin Ya Rabbal A'lamin
"Semoga Allah SWT memperkenankan untuk mempertemukan Engkong dan saya dengan bulan Ramadhan mendatang, kembali berjamaah dan menghidupkan rumah Allah ini."
Beliau memeluk saya begitu erat dan melepaskannya, menuju ke pintu keluar, terlihat punggung beliau yang sudah kurus dan sedikit terbungkuk.