Muslimah Perindu Ramadan

Bang Pitung • 29 March 2021
in group Masjid Astra

 

Kajian Online Interaktif Ikhwan & Akhwat
     - MASJID ASTRA -
SABTU, 20 Maret 2021
              06 Sya'ban 1442 H
Pukul, 09.30 WIB - Selesai

? Nara Sumber :
"Ustadz Harits Abu Naufal"


~ MUSLIMAH PERINDU RAMADHAN ~


Tidak ada pertemuan yang lebih mulia dan lebih agung kecuali bertemunya seseorang dan saling mengingatkan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan saling memberikan nasehat yang mudah-mudahan nasehat itu semakin menggugah hati dan jiwa kita, yang mungkin keseharian kita dalam keadaan lalai, malas untuk berbuat kebajikan.
Mudah-mudahan dengan nutrisi hati yang selalu kita isi kesehariannya menjadi sebab kebajikan.

◆ Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda;

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.”
(HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

◆ Dari Abu Mas’ud radhiallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ 

"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya."
(HR. Muslim)

Dan tidak ada kebaikan yang lebih baik dimuka bumi ini lebih dari pada tersebarnya ilmu agama.

◆ Dari Utsman bin Affan radhiallahu'anhu, bahwa Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar AlQuran dan mengajarkannya.”
(HR. Shahih Bukhari)

Kita biasanya kalau ada kabar discount di mall atau discount produk yang kita sukai atau brand yang kita gemari, pasti kita akan mencatat hari discountnya tersebut, dan kita akan merasa bahagia dan senang.

Tapi terkadang kita terlalaikan ada tamu yang datang kepada kita dan Allah menawarkan beraneka ragam kebijakan pada bulan tersebut. Tetapi terkadang hati kita tidak bergerak untuk meraih dan mendapatkannya.

▪️Sering disampaikan bahwa;
"Hati yang sehat itu seperti badan yang sehat, ketika badan sehat, makanan yang dihidangkan kepadanya dia akan merasakan kelezatan. Begitu juga ketika badan seseorang itu sakit, selezat dan semahal apapun makanan, walaupun makanan favorit yang dihidangkannya, dia akan merasakan pahiy dan tidak akan merasakan lezat dari makanan tersebut. Begitu pula hati yang sakit."

Allah dan Rasul Nya memberikan kepada kita kabar gembira, memberikan kepada kita ganjaran yang sangat besar, pengampunan dosa di bulan Ramadhan.
Kalau seandainya hidangan yang begitu berharga ini dihidangkan kepada kita, kalau hati kita sakit kita tidak akan bergeming dan kita tidak akan merasakan besarnya kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala berikan.
Disinilah menjadi tolak ukur kira-kira hati kita sedang sakit ataukan sedang sehat.


? Beberapa hal penting yang perlu diketahui.

Kenapa dahulu para ulama salaf mereka sangat bahagia akan datangnya bulan Ramadhan karena ibadah-ibadah yang ada didalamnya.
Kita juga mungkin bahagia dengan datangnya Ramdhan, tetapi kebahagiaan kita berbeda dengan para ulama salaf dahulu.
Kalau kita bagi para pedagang mungkin bahagia karena ini omset akan naik. Jadi kesenangannya kita dibulan Ramadhan bukan ibadah yang ada di bulan Ramadhan tersebut. Tetapi kesenangan kita dibulan Ramadhan karena akan menambah omset dari pada dunia yang kita miliki.

Dulu para ulama salaf saking bahagianya mereka menyambut bulan Ramadhan, enam bulan sebelum datang bulan Ramadhan mereka sudah berdoa kepada Allah.

◆ Diantara doa sebagian sahabat ketika datang Ramadhan,

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” 
(Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Akan muncul pertanyaan kepada diri kita apa yang menjadi sebab mereka berdoa kepada Allah enam bulan sebelum datangnya bulan Ramdhan tersebut. Dan kenapa mereka begitu semangat untuk menyambut bulan Ramadhan.

Dan bukankah bulan Ramadhan dia adalah rukun dari pada rukun Islam yang keberadaanya seperti Sholat, Zakat dan Haji.

Mungkin disana ada rahasia, disisi para ulama salaf yang kita terkadang tidak tahu ada apa dibalik bulan Ramadhan tersebut, sehingga mereka bersemangat meraihnya.
Sementara kita, kalau kita mau jujur apakah kita pernah meminta kepada Allah enam bulan sebelum masuk bulan Ramadhan agar dipanjangkan umur kita agar bisa beribadah dibulan Ramadhan.
Bahkan kita sekarang sudah berada diambang pintu bulan Ramadhan, hanya hitungan hari, tidak sampai satu bulan kita akan masuk bulan Ramadhan. 

Apakah kita sudah pernah berdoa meminta dan memohon kepada Allah;
"Ya Allah sampaikanlah aku dengan bulan Ramadhan."
Dan kalau seandainya belum, ini menunjukan kecintaan kita dengan bulan Ramadhan itu masih sangat tipis. Keagungan bulan Ramdhan belum tertanam dalam Qolbu kita.

▪️Rahasia kenapa mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala diwaktu yang sangat lama enam bulan sebelum masuk bulan Ramadhan;
"Dikarenakan mereka telah mendengar dan mereka telah mengetahui keuntungan-keuntungan yang sangat besar yang Allah Subhanahu wa Ta'ala tawarkan kepada orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan. Dan perdagangan itu langsung Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tawarkan kepada hamba-hambanya."

▪️Perlu kita ketahui Kaidah dalam Ushul Fiqih.
"Segala sesuatu yang sifatnya perintah dan segala sesuatu yang disitu mendapatkan keutamaan dan kemuliaan dalam konteks penyebutannya kaum laki-laki, maka secara hukum asal masuk didalamnya perempuan."

Apa saja yang Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan keutamaan dengan Lafazd laki-laki maka masuk didalamnya semuanya perempuan.

★ Allah Ta'ala berfirman;

مَنۡ عَمِلَ صَالِحًـا مِّنۡ ذَكَرٍ اَوۡ اُنۡثٰى وَهُوَ مُؤۡمِنٌ فَلَـنُحۡيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةً‌ ۚ وَلَـنَجۡزِيَـنَّهُمۡ اَجۡرَهُمۡ بِاَحۡسَنِ مَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ‏

"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
[QS. An-Nahl : 97]

Kecuali datang dalil yang khusus yang menyebutkan bahwasanya;
- Ini merupakan amalan yang khusus kepada kaum wanita.
- Dan kemudian ini khusus amalan kepada kaum laki-laki tidak berlaku bagi kaum wanita.

Kalau seandainya tidak datang pengkhususan sebuah pembahasan, apakah itu khusus laki-laki ataukah perempuan, maka kembali pada hukum asal berlaku untuk laki-laki dan perempuan.

Kerinduan para salaf terhadap bulan Ramadhan yang mereka adalah kaum laki-laki, maka disini juga masuk wanita-wanita salaf yang ada di zaman dahulu dari kaum wanita.
Kenapa kaum wanita jarang ternukilkan, atau dalam kaidah ilmu hadits wanita itu banyak yang mereka Majhul / tidak terkenal, kenapa tidak sebanyak kaum laki-laki, namun kedudukan mereka disisi Allah sangat besar dan sangat tinggi.
Karena memang kondisi wanita itu dirumah dan mengurusi suaminya dan  anak-anaknya.
Namun ini semua bukan berarti kedudukan wanita dalam Islam itu kedudukan yang hina, tidak sama sekali.
Bahkan kalau kita melihat sejarah perjuangan Islam yang diemban oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam, siapa yang menyemangati beliau, siapa yang mendukung dakwah beliau, seorang wanita Khadijah radhiallahu'anha.

Bahkan ulama-ulama besar yang menginjak kakinya di muka bumi ini, yang ilmunya masih tersebar dan dimanfaatkan oleh kaum muslimin dalam keadaan mereka sudah meninggal ribuan tahun yang lalu. Ternyata tidak lepas dari sentuhan lembut seorang wanita, tidak lepas dari keperdulian ibu-ibu mereka untuk mengurusi anak-anak mereka.
- Imam Syafi'i lahir dalam keadaan yatim.
- Imam Sofyan Assauri di didik dan dibesarkan oleh ibunya sehingga menjadi ulama yang sangat besar.

Oleh karena itu kaum wanita, jangan pernah kalian merasa rendah dan hina dengan pekerjaan yang kalian lakukan, ini sangat berpengaruh dengan bangsa dan negara ini.
- Baiknya kakian mengurusi keluarga maka akan baik masyarakat.
- Baiknya masyarakat maka akan baik bangsa dan negara.

Namun sebaliknya ketika kaum wanita mereka tidak pada posisinya, tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu, sebagai seorang istri untuk menjaga dan mendidik anak-anak keturunan mereka.
Maka tentunya akan jelek rumah tangga, bangsa dan negara ini.

◆ Disebutkan oleh Ulama Salaf Abu Abdillah al Bariqi;
- Ketika seseorang tidak mengetahui pahala yang didapatkan dalam sebuah amalan, maka ini akan berat bagi dia untuk beramal.
- Tapi sebaliknya ketika dia menyadari akan besarnya keutamaan dan kemuliaan yang akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap sebuah amalan, maka ini akan mudah bagi mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan beramal dengan amalan tersebut.

Tingginya ilmu salaf, luasnya ilmu mereka, semangatnya mereka dalam belajar, sehingga mereka tahu pahala-pahala yang telah Allah Subhanahu wa Ta'ala janjikan.
Sementara kita para penuntut ilmu, terkadang kita semangat belajar dan ingin tahu sesuatu ketika beritanya sedang viral, tetapi ketika tidak viral tidak ada keinginan untuk tahu.

Para ulama salaf mereka belajar dan menuntut ilmu bukan ilmu yang sedang viral, tetapi sesuatu yang datang dari Nabi shalallahu'alaihi wasallam itu membuat mereka penasaran dan ingin cari tahu.
Bahkan sesuatu yang terkadang tidak pernah terbersit qolbu dalam fikiran kita, terbersit dari kalangan para ulama salaf.

▪️Diantaranya;

1. Ketika Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam sholat dan bertakbir lalu beliau diam sejenak, lalu kemudian beliau membaca Al-Fatihah.
Selesai sholat para sahabat  Rasulullah bertanya:
"Ya Rasulullah tadi engkau sholat dan bertakbir, kemudian engkau diam sejenak kemudian engkau membaca Al-Fatihah, apa yang engkau baca wahai Rasulullah.?"

Penasaran mereka dan ingin mencari tahu tentang ilmu, sehingga dengan banyaknya ilmu yang mereka ketahui sehingga memudahkan bagi mereka untuk beramal dan rindu dengan amalan-amalan kebajikan tersebut.

▪️Kenapa mereka ulama salaf rindu dengan Ramadhan;
- Mereka ingin beribadah dibulan Ramdhan.
- Mereka ingin qiyamul lail di bulan Ramadhan.
- Mereka ingin menahan lapar dan haus untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.

2. Ketika kita akan berolah raga, main bola atau basket tanpa ada pemanasan, berlari dengan semangat luar biasa. 
Dalam hitungan semenit lima menit sudah kelelahan dan stop main bolanya.

Begitu juga orang-orang yang mempersiapkam dirinya di bulan Ramadhan, ketika tiba malam Ramadhan berniat pas masuk bulan Ramadhan berniat beribadah, start membaca Quran, start Qiyamul lail.
Ini sudah terlambat, karena bulan Ramadhan adalah bulan yang menyibukkan untuk sebagian orang.

Kenapa dikatakan bulan menyibukkan bagi sebagian orang;
- Buka puasa bersama
- Buka puasa satu komplek rumah
- Buka puasa alumni Kampus, SMA, SMP, SD
- Buka puasa temen kantor
- Belum lagi mendekati lebaran harus beli baju, bersihkan rumah, ganti perabot rumah.
Dan beraneka ragam kesibukkan-kesibukkan.

Sehingga ketika kita start beribadah diawal bulan Ramadhan, maka kita akan cepat futur dan lelah.
Hari ke lima dan ke enam kita akan meninggalkan baca Quran atau tarawih.

Para Ulama salaf dan terkhusus Nabi kita shalallahu'alaihi wasallam dalam keadaan beliau hatinya bersih dan suci.
◆ Ketika masuk bulan Sya'ban kata Aisyah radhiallahu'anha;
"Aku tidak mengetahui dimana Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam yang berpuasa sangat banyak selain bulan Ramadhan kecuali di bulan Sya'ban."

Seakan-akan dihampir semua bulan Sya'ban Nabi shalallahu'alaihi wasallam berpuasa.
Untuk apa Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam berpuasa dan juga menganjurkan kita berpuasa di bulan Sya'ban, persiapan untuk menyambut bulan Ramadhan.
Kita harus mendorong diri kita untuk bersemangat beribadah sampai akhir bulan Ramadhan.

◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam ketika masuk 10 akhir bulan Ramadhan;
- Beliau mengikat sarung beliau.
- Beliau tidak menyentuh istrinya.
- Beliau membangunkan keluarganya untuk sholat malam.
- Beliau beritiqaf di masjid.
Dalam keadaan beliau sudah dijamin masuk Surga bahkan beliau akan menjadi pemimpin masuk Surganya Allah.

Sementara tidak ada jaminan bagi kita untuk masuk Surga, bahkan jaminan mati di atas Islam saja kita tidak punya.
- Sejauh mana kecintaan kita kepada akhirat kita.
- Sejauh mana kecintaan kita untuk meraih Surganya Allah yang Allah janjikan, 
"Beribadah satu malam di malam Lailatul Qadr sama dengan kita beribadah seribu bulan (80 thn lebih)."

Kebaikan itu melahirkan kebaikan, ketika sudah beribadah diawal bulan Ramadhan, sholat malam, baca Quran, berdzikir, bersedekah, ini semua kebaikan. Seharusnya kebaikan ini membuahkan kebaikan yang lain.

Tapi kenapa kebaikan kita meredup, ini tidak lain;
- Ada keikhlasan dan keyakinan yang berkurang didalam hati dan Qolbu kita.
- Ada janji-janji Allah dan janji Rasul Nya yang mungkin kurang kita yakini.
- Mungkin kecintaan kita kepada dunia yang sudah sangat.
- Atau hati kita yang sudah terlalu gelap sehingga kecintaan kita kepada dunia melebihi kecintaan kita kepada akhirat.


? Kenapa para ulama salaf terdahulu mereka sangat rindu kepada bulan Ramadhan.

⚡Karena bulan Ramadhan itu bulan dimana Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengangkat kedudukan seorang hamba didalam Surganya Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Inilah yang membuat mereka bahagia dan senang, bukan dari pada keuntungan dunia dan sesuatu yang akan kita tinggalkan.

⚡Puasa bulan Ramadhan akan mengangkat kedudukan seorang hamba berada diposisi tertinggi di dalam Surga Nya Allah Subhanahu wa Ta'ala.

◆ Diriwayatkan dari Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu'anhu.

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ :  أَنَّ رَجُلَيْنِ مِنْ بَلِيٍّ قَدِمَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ إِسْلَامُهُمَا جَمِيعًا فَكَانَ أَحَدُهُمَا أَشَدَّ اجْتِهَادًا مِنْ الْآخَرِ فَغَزَا الْمُجْتَهِدُ مِنْهُمَا فَاسْتُشْهِدَ ثُمَّ مَكَثَ الْآخَرُ بَعْدَهُ سَنَةً ثُمَّ تُوُفِّيَ قَالَ طَلْحَةُ فَرَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ بَيْنَا أَنَا عِنْدَ بَابِ الْجَنَّةِ إِذَا أَنَا بِهِمَا فَخَرَجَ خَارِجٌ مِنْ الْجَنَّةِ فَأَذِنَ لِلَّذِي تُوُفِّيَ الْآخِرَ مِنْهُمَا ثُمَّ خَرَجَ فَأَذِنَ لِلَّذِي اسْتُشْهِدَ ثُمَّ رَجَعَ إِلَيَّ فَقَالَ ارْجِعْ فَإِنَّكَ لَمْ يَأْنِ لَكَ بَعْدُ فَأَصْبَحَ طَلْحَةُ يُحَدِّثُ بِهِ النَّاسَ فَعَجِبُوا لِذَلِكَ فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَدَّثُوهُ الْحَدِيثَ فَقَالَ مِنْ أَيِّ ذَلِكَ تَعْجَبُونَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا كَانَ أَشَدَّ الرَّجُلَيْنِ اجْتِهَادًا ثُمَّ اسْتُشْهِدَ وَدَخَلَ هَذَا الْآخِرُ الْجَنَّةَ قَبْلَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَيْسَ قَدْ مَكَثَ هَذَا بَعْدَهُ سَنَةً قَالُوا بَلَى قَالَ وَأَدْرَكَ رَمَضَانَ فَصَامَ وَصَلَّى كَذَا وَكَذَا مِنْ سَجْدَةٍ فِي السَّنَةِ قَالُوا بَلَى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

"Bahwa dua orang laki-laki dari Baliy datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan masuk Islam. Salah seorang dari keduanya lebih semangat berjihad dari yang lainnya, kemudian dia pergi berperang sehingga ia menemui syahid. Sedangkan yang satunya lagi masih hidup hingga setahun setelahnya, lalu dia meninggal dunia." 
Thalhah berkata, 
"Kemudian aku bermimpi seakan-akan aku berada di pintu surga. Tiba-tiba aku berada di sisi kedua laki-laki tersebut, setelah itu Malaikat keluar dari surga. Malaikat itu kemudian mengizinkan laki-laki yang meninggal dunia belakangan dari keduanya untuk memasukinya, kemudian ia keluar lagi dan mempersilahkan kepada laki-laki yang mati syahid. Lalu malaikat itu kembali kepadaku dan berkata, 'Kembalilah kamu, sebab belum saatnya kamu memperoleh hal ini.'
Keesokan harinya Thalhah menceritakannya kepada orang-orang, mereka pun heran. Mereka lalu memberitahukannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan kejadian tersebut. 
Maka beliau bersabda:
"Perkara yang mana yang membuat kalian heran?"
Mereka menjawab, 
"Wahai Rasulullah, laki-laki (yang pertama meninggal) adalah orang yang paling bersemangat dalam berjihad dari yang lain, lalu dia mati syahid. Tapi mengapa orang yang lain (laki-laki yang meninggal belakangan) justru masuk surga terlebih dahulu darinya?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Bukankah orang ini hidup setahun setelahnya?"
Mereka menjawab, "Ya."
Beliau bersabda:
"Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadan dan berpuasa? Ia juga telah mengerjakan shalat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?"
Mereka menjawab, "Ya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali bersabda:
"Sungguh, sangat jauh perbedaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi."
(Hadits Ibnu Majah Nomor 3915)

Inilah amalan untuk para wanita bila bersungguh-sungguh dan Ikhlas untuk mendapatkannya dan sesuai tuntunan Nabi shalallahu'alaihi wasallam, maka bisa mengalahkan amalan kaum laki-laki yang mereka berjihad dijalan Allah Subhanahu wa Ta'ala berdasarkan zhahir hadits tersebut diatas.

⚡Bulan Ramadhan akan menambah dan memperberat amalan seseorang kelak di Yaumul Qiyamah.

★ Allah Ta'ala berfirman dalam Quran Surat Al-Qoriah ayat 6 - 9;

فَاَمَّا مَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِيۡنُهٗ

6. Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
 
فَهُوَ فِىۡ عِيۡشَةٍ رَّاضِيَةٍ

7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang).

وَاَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِيۡنُهٗ

8. Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
 
فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ

9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
[QS. Al-Qoriah : 6 - 9]

Ketika Allah menimbang amalan kita, ternyata lebih berat sedikit saja amalan kejelekan kita.
Kalau ada ucapan Istighfar yang kita amalkan maka akan menambah satu catatan amalan kebaikan sehingga lebih berat dan memasukkan kita ke surga.
Maka kita gunakan kesempatan semaksimal mungkin hidup kita didunia untuk menambah apapun timbangan kebaikan kita.

Inilah satu-satunya amalan yang datang sebuah Nash dimana seorang muslim ketika dia melihat puasanya kelak di Yaumul Qiyamah dia merasa bahagia.

◆ Dari Abu Umamah radhiallahu'anhu ketika bertanya kepada Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam;
"Ya Rasulullah apa amalan yang paling afdhol yang akan menambah berat timbangan amal baik kelak di Yaumul Qiyamah.?"
Rasulullah mengatakan;
"Wajib bagi engkau berpuasa karena itu tidak ada seauatu apapun yang menandinginnya."

◇ Seakan-akan Nabi mengatakan tidak ada amalan yang bisa disaingi dan akan mendapatkan pahala yang banyak, yang akan menambah timbangan amalan di yaumul qiyamah lebih dari puasa.

◆ Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengatakan;

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”
(HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151)

◇ Alasan kekhususan berpuasa;
1. Puasa murni untuk Allah dan tidak ada satupun yang mengetahui dia berpuasa kecuali Allah.
2. Tidak ada satupun manusia dimuka bumi ini yang melakukan puasa untuk selain Allah.
3. Puasa itu adalah ibadah yang kosong dari perbuatan, tapi kita meninggalkan perbuatan, tidak makan dan minum, tidak berhubungan badan.
4. Allah sendiri yang akan membalasnya.

⚡Karena Puasa akan menyelamatkan engkau dikegentingan ketika akan melewati Shirot.

Setelah manusia meninggal, berada didalam kuburnya dan hanya Allah yang tahu berapa lama didalam kubur dan dibangkitkan di Yaumul Qiyamah.
Diantara hal yang paling mengkhawatirkan dan paling manakutkan bagi seorang hamba kelak di Yaumul Qiyamah, ketika dia harus melewati Shirot.

◇ Yang mana Shirot tersebut;
- Lebih halus dari rambut
- Lebih tajam dari pedang
- Ada pancingan yang memancing seseorang yang dibawahnya adalah neraka Jahannam. 

Dalamnya neraka Jahannam adalah 70 tahun perjalanan.
◆ Dalamnya neraka disebutkan dalam hadits berikut, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « تَدْرُونَ مَا هَذَا ». قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « هَذَا حَجَرٌ رُمِىَ بِهِ فِى النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِى فِى النَّارِ الآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا ».

“Kami dulu pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang jatuh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Tahukah kalian, apakah itu?” Para sahabat pun menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjelaskan, “Ini adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 tahun yang lalu dan batu tersebut baru sampai di dasar neraka saat ini.”
(HR. Muslim, no. 2844)

◆ Nabi shalallahu'alaihi wasallam berdiri di ujung shirot dan berkata;
"Ya Allah selamatkan umatku.. selamatkan umatku."
Ini adalah Doa yang dipanjatkan Nabi agar Umat beliau selamat.

Puasa adalah tombak dan benteng yang paling kokoh yang akan membentengi seseorang dari nerakanya Allah.
◆ Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

"Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka."
(HR. Ahmad 3: 396)

Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah bertaqwa kepada Allah.
Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang rugi dan menyesal.

◆ Di nukil dari Ulama Salaf;
Kalau seandainya dihadapkan kepadaku dua perkara,
Memilih menjadi debu atau ada pilihan engkau akan masuk surga ataukah neraka dengan amalanmu, dan dengan amalanmu ini belum ada jaminan engkau masuk surga atau neraka.
Mereka mengatakan, "aku lebih memilih untuk menjadi debu supaya tidak dihisab oleh Allah." 
Dalam keadaan mereka telah mengumpulkan sekian banyak kebaikan.

Inilah yang menjadi kerinduan Para Ulama Salaf untuk bisa berpuasa dibulan Ramadhan, kesempatan besar bagi mereka untuk berpuasa agar bisa menyelamatkan mereka dari Shirot dan nerakanya Allah.

◆ Hadiys dari Aisyah radhiallahu'anha, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengatakan;
"Puasa adalah benteng seseorang dari api neraka, maka barangsiapa yang seseorang dipagi hari dia berpuasa kemudian datang seorang laki-laki yang menghinanya dan mencelanya, kemudian dia berkata, sesungguhnya saya sedang berpuasa demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangannya, sesungguhnya bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi disisi Allah dibandingkan misik."

Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB

1️⃣ Bagaimana jika haid seorang muslimah dibulan Ramadhan tidak lancar. Semisal hari pertama haid, hari ke dua tidak dan hari ketiga haid lagi, apakah sebaiknya ikut berpuasa dihari kedua itu.?
↪️  Jawab :
Perlu diketahui, haidnya seorang wanita itu sudah ada waktu yang telah menjadi kebiasaannya antara 7 - 15 hari.
Dalam sebagian mazhab batas maksimalnya seorang wanita itu 15 hari. Jadi kalau seandainya dia haid di hari ke 16 walaupun dia masih keluar darah maka tidak disebut darah haid, maka dia tetap puasa dan sholat. 
Maka bagaimana dengan kondisi wanita yang masih dalam lingkup haid. Misalnya kebiasaan haidnya 7 hari kemudian di hari ke 3 berhenti darah haid, ini tidak dianggap haidnya sudah berhenti, karena kebiasaannya dia siklus haidnya 7 hari.
Kecuali jika siklus haidnya 7 hari dan hari ke 8 - 9 sudah berhenti maka dia boleh berpuasa. Kemudian hari ke 10 keluar lagi darah haid dan sifat darahnya persis dengan sifat darah haid. Maka kembalikan ke hari ke 15. 
Tapi kalau siklus haidnya 7 hari sementara hari ke 3 berhenti maka itu dihukumi sebagai wanita yang haid.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

2️⃣ Jika ingin berpuasa di bulan Sya'ban diluar puasa senin kamis maka niat puasanya bagaimana, dan apa lagi yang harus dipersiapkan dibulan Sya'ban.?
↪️  Jawab :
Seperti yang disebutkan tadi dari Aisyah radhiallahu'anha, Nabi shalallahu'alaihi wasallam di bulan Sya'ban itu sangat banyak berpuasa, bahkan hampir satu bulan penuh.
Apa niatnya, berniat berpuasa Sya'ban sebagaimana puasa yang dilakukan oleh Nabi shalallahu'alaihi wasallam. 
Atau berpuasa senin kamis, berpuasa putih atau berniat berpuasa Daud atau yang semisalnya, imi juga boleh diniatkan demikian.
◆ Disebutkan oleh Syaikh Utsaimin rahimahullah, penyebutan ibadah yang dilakukan oleh Aisyah radhiallahu'anha dibulan Sya'ban dengan puasa, itu tidaklah terbatas dengan puasa saja. Jadi amalan-amalan apa saja yang membantu untuk menerangkan dan melembitkan hatinya, maka dia lakukan. 
Dia mulai membaca Quran, qiyamul lail, menjaga sholat sunnah, memperbanyak sedekah. Ketika masuk di bulan Ramadhan yang mana amalan-amalan seseorang itu dilipatgandakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga itu akan memudahkan bagi dia untuk lebih maksimal dibulan Ramadhan. 
- Bila terbiasa berpuasa di bulan Sya'ban mama berpuasa di bulan Ramadhan akan mudah.
- Bila sudah terbiasa Qiyamul lain di bulan Sya'ban maka di bulan Ramadhan akan mudah.
- Ketika sudah terbiasa membaca Alquran di bulan Sya'ban maka dibulan Ramadhan juga akan terbiasa membaca Quran.
- Biasa bersedekah di bulan Sya'ban maka akan mudah untuk bersedekah dibulan Ramadhan.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

3️⃣ Bolehkah dibulan Sya'ban kita berpuasa selama satu bulan penuh, dan apabila kita sedang bersantap sahur tiba-tiba terdengar Adzan dan makanan masih ada di mulut, apakah yang harus kita lakukan dengan makanan yang ada di dalam mulut tersebut.?
↪️  Jawab :
◆ Dalam sebuah hadits, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mengatakan,

فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُنَادِيَ اِبْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ”

"Maka makan dan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan."
(Muttafaqun ‘alaih.)
Lafadz hadits ini menunjukan kepada kita, ketika disana sudah terdengar azan maka disitulah mulai seseorang itu berpuasa.
◆ Puasa secara definisi adalah;
"Seseorang menahan diri dari sesuatu yang khusus, dari waktu yang khusus dan juga dari orang yang khusus."
◆ Apa itu hal yang khusus;
"Dia menahan diri dari makan, minum, jima, dan dari hal yang membatalkan puasa di waktu yang khusus yaitu ketika dikumandangkan azan."
Maka ketika dikumandangkan azan itulah start seseorang untuk berhenti makan dan minum.
◆ Adapun hadits yang menyebutkan;
"Ketika seseorang makan dan minum dan makanan sudah berada didalam mulutnya dan dia mendengar azan, makan dia lanjut makannya."
Wallahu'alam bishowab, sebagian ulama hadits ini dipermasalahkan oleh sebagian para ulama hadits.
Ada yang mengatakan hadits tersebut hadits yang dhoif, dan bersamaan dengan itu hadits tersebut bertentangan dengan hadits dimana Rasulullah memberikan izin makan dan minum sampai dikumandangkan azan.
Kalau seandainya dipastikan suara azan dimasjid kita terlalu cepat 10 menit misalnya, kita pastikan dengan ilmu yang kita ketahui atau ada aplikasi yang benar dan bisa dijadikan patokan ternyata belum azan.
Maka dalam kondisi seperti ini boleh untuk dia makan dan minum. 
Tetapi jika tidak mengetahui waktu patokannya suara azan itulah yang d9jadikan patokan, ya sudah berhenti makan dan minum, jangan dilanjutkan walaupun makanan sudah ada didalam mulutnya maka dikeluarkan.
Dan untuk berpuasa satu bulan penuh di bulan Sya'ban diperbolehkan.
◆ Hadits dari Aisyah radhiallahu'anha berkata;
"Nabi shalallahu'alaihi wasallam beliau seakan-akan berpuasa satu bulan penuh di bulan Sya'ban tersebut."
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

4️⃣ Kalau suami mempunyai penyakit GERD (asam lambung berlebih), boleh atau tidak untuk tidak berpuasa, hukumnya apa dan bagaimana cara menggantinya, mohon pe jelasan.!
↪️  Jawab :
★ Allah Ta'ala berfirman;

فَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ مَّرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَ‌ؕ 
"Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain."
[QS. Al-Baqarah : 184]
◆ Al Imam Nawawi rahimahullah ketika beliau menjelaskan tentang siapa otang yang sakit yang boleh berbuka puasa;
"Yaitu orang-orang yang sakit yang jika berpuasa memberikan mudhorot untuk dirinya."
Kapan seseorang itu sakit bisa memberikan mudhorot bagi dirinya ketika berpuasa, maka boleh bagi dia untuk tidak berniat puasa dimalam hari dan boleh bagi dia untuk makan dipagi harinya. Kalau seandainya kondisinya adalah orang yang memang diberikan uzur untuk tidak berpuasa.
Jadi tidak perlu memaksakan dirinya untuk berpuasa dan diganti dihari yang lain.
◆ Penyakit dibagi menjadi dua;
1. Ada penyakit yang secara medis masih dianggap sembuh.
2. Ada penyakit yang secara medis tidak dianggap sembuh.
◆ Contohnya;
- Penyakit mag bisa dianggap sembuh walaupun mungkin bentuknya berat tapi level yang bawah.
Kalau sakitnya itu masih bisa dianggap sembuh secara ilmu medis dan dia wajib untuk bayar puasa.
- Tapi kalau seandainya sakitnya secara ilmu medis adalah sakit yang terus menerus bersamanya seperti gagal ginjal, cuci darah, cancer stadium 4 dan kalau dia berpuasa akan memberikan mudhorot untuk dirinya dan penyakit itu terus bersamanya secara ilmu medis. 
Maka dalam kondisi seperti ini dia cukup membayar fidyah (memberi makan satu orang miskin setiap hari satu kali dari puasa yang ditinggalkan).
★ Allah Ta'ala berfirman;

 وَعَلَى الَّذِيۡنَ يُطِيۡقُوۡنَهٗ فِدۡيَةٌ طَعَامُ مِسۡكِيۡنٍؕ 
"Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin."
[QS. Al-Baqarah : 184]
◆ Dan ayat ini tafsirkan oleh Ibnu Abbas;
"Adalah orang-orang yang sakit, yang sakitnya tidak dianggap sembuh atau nenek dan kakek yang sudah renta dan mempunyai akal tapi mereka tidak mampu berpuasa maka cukup membayar fidyah saja.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.

5️⃣ Tentang hadits yang menjelaskan bahwa puasa Ramadhan akan menyelamatkan kita dari api neraka. Apakah hadits itu juga berlaku untuk puasa sunnah.?
↪️  Jawab :
◆ Dari hadits-hafits yang kita sebutkan tadi;

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
"Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka."
(HR. Ahmad 3: 396)
Secara kaidah ilmu Ushul, sebuah Nash ayat ataukah hadits, itu dibawa kepada kemutlakkkannya sampai datang dalil yang mengkhususkannnya. 
Ketika tidak datang dalil yang mengkhususkannya maka Nash itu berada pada kemutlakkanya.
Maksudnya mutlak ketika disebutkan puasa ya sudah berarti puasa apa saja. Baik itu puasa Ramdhan maupun puasa Sunnah, selama tidak datang dalil yang mengkaitkan bahwasanya yang disebutkan disini adalah puasa Ramadhan.
Sehingga dzohir dari hadits yang mengatakan bahwa Puasa adalah benteng dari api neraka, maka itu sifatnya mutlak apakah puasa Ramadhan atau puasa sunnah.
Dan puasa Ramadhan adalah puasa yang paling mulia diantara semua puasa.
Wallahu Ta'ala 'alam bisbowab.

6️⃣ Saya pernah mendengar bahwa orang yang bersafar diperbolehkan untuk tidak berpuasa. Yang ingin ditanyakan seberapa batasan safar yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa.?
↪️  Jawab :
★ Allah Ta'ala berfirman;

 فَمَنۡ كَانَ مِنۡكُمۡ مَّرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَ‌ؕ 
"Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain."
[QS. Al-Baqarah : 184]
◆ Disini ada sebuah kaidah yang disebutkan dalam Kaidah Qowaidul Fiqiyah,
"Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala mensyariatkan sebuah syariat dan kemudian tidak dibatasi batasannya, maka kembali kepada Urf (kebiasaan)."
Allah Subhanahu wa Ta'ala membolehkan seseorang untuk menqoshor sholatnya dalam keadaan safar, seseorang dibolehkan oleh Allah untuk berbuka puasa dalam keadaan safar.
Tidak disebutkan berapa batasan safar tersebut. Ketika tidak disebutkan berapa batasannya, maka kembali kepada Urf (kebiasaan).
◆ Misalnya :
Ibu-ibu yang tinggal di Jakarta Selatan ingin pergi ke Margonda Depok (susah masuk Jawa Barat), menurut Urf ini tidak safar karena tidak ada persiapan (menyiapkan baju dan keperluan lain) untuk pergi safar karena ini bukan jarak safar.
Ketika orang Jakarta pergi ke Bandung, kebanyakan orang ketika pergi ke Bandung akan mempersiapkan keperluannya untuk safar (menyiapkan baju dan kendaraan dan lainnya).
Kebiasaan masyarakat jika jarak tersebut sudah dianggap safar, maka sudah boleh bagi dia untuk berbuka puasa.
◆ Hanya masalah kapan dia boleh berbuka puasa.?
Misalnya mau pergi dari Jakarta ke Aceh, pesawat jam 9 pagi, berarti ke bandara jam 7 pagi.
Apakah boleh saya tidak berniat dimalam hari dan bolehkah saya makan pagi, sementara saya akan mulai perjalan safar jam 7 pagi.
Ini terjadi perselisihan pendapat dikalangan para Ulama.
- Sebagian Ulama mengatakan, seandainya dia sudah mempersiapkan artinya tiketnya sudah ada, baju sudah dalam tas dan sudah siap untuk safar. Maka sudah boleh bagi dia untuk makan dan minum semenjak dari rumah.
- Namun sebagian Ulama yang lain mereka mengatakan, seseorang sudah boleh makan dan minum ketika dia sudah keluar dari kotanya. Ketika rumah-rumah yang diperkampungan sudah tidak terlihat, sama seperti sholat, maka disitulah dia boleh makan dan minum.
Lalu mana yang lebih baik, apakah dia berpuasa dalam keadaan safar ataukah tidak.?
◆ Rasulullah mengatakan dalam haditsnya;

لَيْسَ مِنَ الْبِرِّ الصَّوْمُ فِى السَّفَرِ
"Bukan termasuk kebaikan, berpuasa ketika safar."
(HR. Bukhari 1946)
◆ Dalam Hadiys yang lain Rasulullah berpuasa dalam keadaan bersafar;
"Yang berpuasa tidak mengaibkan orang yang tidak berpuasa, orang yang tidak berpuasa tidak menaibkan orang yang berpuasa."
Menunjukkan kepada kita disini jamak Hadist yang disebutkan oleh para Ulama;
"Kalau seandainya seseorang dalam keadaan safar akan memberikan beban berat untuk dirinya ketika dia berpuasa, maka lebih baik tidak berpuasa. Tapi kalau seandainya seseorang mampu berpuasa dan tidak memberikan mudhorot dalam perjalanannya, maka lebih baik dia berpuasa.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  PENCATAT :
~ Tim Kajian Online Masjid Astra ~