Di saat menghadapi masalah dan harus merelakan sesuatu yang kita anggap berharga, mungkin banyak di antara kita yang sering mendengar kalimat berikut: “udah ikhlasin aja”. Jika kita lihat lebih dalam, secara etimologis ikhlas memiliki arti jujur, tulus dan rela. Sedangkan dalam bahasa Arab, ikhlas merupakan masdar dari “akhlasa” yang berarti “memurnikan niat; memilih” yang mana kata dasarnya sendiri adalah khalaṣa yang berarti “selamat; sampai; menjadi murni”. Ikhlas sendiri bisa didefinisikan sebagai sebuah perbuatan yang sengaja dilakukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan mengharapkan ridha-Nya serta menghapus segala bentuk keburukan yang ada. Sederhananya, ikhlas adalah suatu sikap untuk merelakan sesuatu yang kita anggap paling baik dengan harapan mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Ikhlas dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. Ikhlas Awam
Manusia yang memiliki sifat ikhlas Awam akan menjalankan ibadah kepada Allah SWT dengan landasan perasaan takut akan siksa Allah SWT dan mengharapkan pahala atas ibadah yang dilakukan.
2. Ikhlas Khawas
Pemilik sifak ikhlas Khawas akan beribadah kepada Allah SWT dengan harapan agar menjadi manusia yang lebih dekat dengan Allah SWT dan dengan kedekatannya tersebut nantinya manusia akan mendapatkan suatu balasan baik dari Allah SWT.
3. Ikhlas Khawas Al-Khawas
Beribadah secara tulus kepada Allah SWT dengan penuh kesadaran merupakan salah satu ciri manusia yang memiliki sifat ikhlas Khawas Al-Khawas. Manusia dengan sifat ini menganggap bahwa segala sesuatu merupakan milik Allah SWT dan hanya Allah SWT lah Tuhan sebenar-benarnya.
Sebagai manusia, mengikhlaskan suatu hal memang secara umum tidak mudah dilakukan. Seperti halnya dengan sifat sabar yang pada suatu masa tertentu juga mencapai batasnya. Namun mengedepankan sikap ikhlas merupakan suatu perbuatan yang baik, yang mana ikhlas tanpa batas merupakan hal yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Dengan mengedepankan sifat ikhlas sendiri dapat membuat kita menjadi lebih tenang, lebih lega, dan bersahaja.
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk selalu berusaha ikhlas sebagaimana yang sudah disuratkan dalam Al Quran Surat Saba ayat 46:
۞ قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ – ٤٦
Katakanlah, “Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS 34:46)
Di ayat yang lain, Surat Al-Hajj ayat 31, Allah SWT berfirman:
حُنَفَاۤءَ لِلّٰهِ غَيْرَ مُشْرِكِيْنَ بِهٖۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَكَاَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاۤءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ اَوْ تَهْوِيْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ مَكَانٍ سَحِيْقٍ – ٣١
(Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. (QS 22:31)
Begitu banyak ayat lain dalam Al Quran yang juga berbicara tentang ikhlas, seperti QS Yunus ayat 105 dan QS At Taubah ayat 91.
Meneladani Keikhlasan Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim a.s. merupakan salah satu nabi yang berhasil mendidik anak, keluarga dan juga umatnya. Nabi Ibrahim juga merupakan bapak para nabi. Nama Nabi Ibrahim sendiri disebutkan sebanyak 68 kali dalam 25 surat di dalam Al Quran.
وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا – ١٢٥
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya). (QS 4:125)
Nabi Ibrahim juga merupakan salah satu nabi yang patut kita teladani dalam hal menghadapi keikhlasan. Seperti yang sudah kita tahu bahwa Nabi Ibrahim juga mendapatkan ujian dari Allah SWT. Adapun beberapa ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim antara lain membangun Ka’bah, membersihkan Ka’bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi Raja Namrud dan lain-lain. Seperti yang difirmankan Allah SWT pada Al Quran surat Al Baqarah ayat 124.
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ – ١٢٤
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” (QS 2:124)
Salah satu ujian yang menguji keikhlasan Nabi Ibrahim adalah ujian untuk menyembelih anak yang disayangi nya yaitu Nabi Ismail. Dengan adanya perintah tersebut Nabi Ibrahim mengikhlaskan dan menjalankan perintah tersebut dengan sebelumnya menanyakan kepada anaknya, yaitu Nabi Ismail. Seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT dalam surat As Saffat ayat 102.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ – ١٠٢
Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS 37:102)
Keikhlasan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail dalam menghadapi ujian yang nyata tersebut mendapatkan balasan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat As Saffat ayat 107 bahwa keikhlasan mereka tersebut ditebus dengan seekor sembelihan yang besar.
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ – ١٠٧
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS 37:107)
Dari kisah tersebut di atas kita bisa belajar bahwa keikhlasan yang kita lakukan akan mendapatkan balasan keridhaan dari Allah SWT. Selain itu dengan menerapkan sifat keikhlasan juga akan membawa manfaat bagi yang memiliki sifat tersebut. Adapun beberapa manfaat dengan menerapkan sifat ikhlas antara lain:
- Sebagai salah satu sumber rezeki pahala yang besar.
- Ikhlas dapat menyelamatkan dari adzab yang besar pada hari pembalasan.
- Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah.
- Jalan selamat di akhirat hanya dapat diraih dengan ikhlas.
- Amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT.
- Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram.
- Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.
Semoga kita semua bisa diberikan kemampuan untuk menjalankan sifat keikhlasan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Wallahu A’lam Bishawab