Ghibah, Dosa yang Dianggap Kecil Tapi Justru Besar dan Membangkrutkan

Sebagian dari kita bisa jadi pernah melakukan aktivitas ini, sebuah maksiat mulut yang dengannya pahala kita bisa dengan sangat mudah dialihkan atau ditransfer kepada orang lain. Yah Ghibah....

Saya yakin, kita sudah paham tentang apa itu ghibah, namun perlu kita selalu refresh tentang Ghibah, supaya bisa semakin paham, dan paham juga gimana menghindarkan diri dari dosa ini.

  1. Ghibah yaitu membicarakan orang di belakangnya, dimana jika orang yang dibicarakan tidak suka sebagai bahan pembicaraan. Jika orang yang bersangkutan suka dan tidak masalah, maka itu bukan Ghibah.
  2. Ghibah diibaratkan makan daging Saudaranya sendiri.
  3. Orang yang Ghibah menjadi orang yang bangkut, loh kenape? Ketika kita bergibah, dan kelak di persidangan akherat, jika kita dinyatakan bersalah dan benar melakukan ghibah, maka pada saat diputuskan bersalah, seketika itu pula, pahala kita dengan gratis di-transfer kepada orang yang kita ghibahi. Saat momentum itu, tidak ada uang, dirham, cek atau alat pembayaran lainya, yang ada adalah pahala dari kita. BANGKRUT? Iyaa, bagaimana tidak, kita yang cari pahala (bisa jadi semua ibadah kita diterima Allah), cuma pada saat dinyatakan salah, kita alihkan ke yang lain, itulah bangkrut.
  4. Nah, kalau sudah begitu, bangkrut, maka timbangan kebaikan kita bisa jadi berkurang, bagaimana jika nanti akhirnya timbangan amal kita lebih berat keburukannya, bisa jadi kita dimasukkan dulu ke neraka. Na'udzubillah
  5. Cara supaya tidak terjadi transfer pahala atas dosa ghibah bagaimana? Taubat Nasuha, cari orang yang kita pernah ghibahi, minta maaf, sampaikan, Maaf, dulu saya pernah beranggapan bahwa kamu ini itu dan sebagainya. Jika ridho, maka transfer pahala tidak akan terjadi. Alhamdulillah
  6. Kalau misalnya, takut jika ketemu orangnya dan dirasa akan menimbulkan polemik dan konflik baru yang lebih besar ketika hendak minta maaf, maka kata ulama, boleh kita mendoakan kebaikan kepada orang yang kita ghibahi, dan tetap jangan mengulangi ghibah, kepada siapapun.

Bisa jadi kita bisa memaksakan diri untuk beribadah kepada Allah, memperbanyak ketaatan-ketaatan kepada Allah, termasuk menahan untuk melakukan dosa-dosa besar seperti zina, mencuri, membunuh dan sebagainya, tapi terkadang maksiat mulut, lidah dan bibir ini yang sulit dihindari. 

So, jika ada kerumunan orang yang sedang membicarakan keburukan orang, lebih baik tinggalkan, cari cara dan alasan untuk bisa menghindar dari aktivitas tidak berfaedah itu.

Wallahu'alam

Semoga Allah memudahkan kita untuk menjauhi maksiat Ghibah ini.

 

Ahad Subuh, 14 Syawal 1443

Masjid Darus Saadah, Jagakarsa, Jakarta Selatan