Nasihat untuk Berbakti

Bang Pitung • 26 April 2021
in group Masjid Astra

 

??  NGAJI DARI RUMAH - MASJID ASTRA  ??


? Kajian Ramadhan Sore Online Untuk Ikhwan & Akhwat - Edisi 07
?️ SABTU, 24 April 2021 / 12 Ramadhan 1442
? 16.00 WIB - Selesai

? Pemateri :
Ustadz Nizar Saad Jabal, Lc., M.Pd. حفظه لله تعالى


?  NASIHAT UNTUK BERBAKTI  ?


Kita melanjutkan bahasan kita tentang wasiat yang berkaitan dengan kedua orang tua.
Nasehat Lukman Al-Hakim berkaitan dengan berbuat baik kepada kedua orang tua.

Lukman hidup di zaman Nabi Hud, ada yang mengatakan Lukman hidup sebelum Nabi Hud datang. Ketika Nabi Hud diutus oleh Allah ﷻ menjadi Nabi dan Rasul, maka Lukman meninggalkan kebiasaannya duduk ditempat-tempat untuk mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat dan menyampaikan fatwa-fatwanya, menjawab berbagai pertanyaan dan menyelesaikan berbagai macam konflik.
Beliau tinggalkan karena datangnya seorang Nabi dan Rasul.

Lukman dikenal sebagai seorang lelaki dari penduduk Sudan yang berkulit hitam.
Lukman mengatakan yang di Firmankan oleh Allah ﷻ didal Alquran.

? Allah ﷻ berfirman,

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
{QS. Luqman/31 ayat 14}

Berbuat baik kepada kedua orang tua, lebih khusus lagi kepada ibu, karena ibu yang mengandung kalian.
Bersyukur kepada Allah digandeng dengan bersyukur kepada kedua orang tua.

? Didalam Hadits Rasulullah ﷺ yang berbunyi;

وَعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا-, عَنْ اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ – أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِم

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ashr radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Keridhaan Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”
[HR. Tirmidzi, no. 1899; Ibnu Hibban, 2:172; Al-Hakim, 4:151-152. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].

Kalau kita pandai bersyukur kepada kedua orang tua kita, dengan cara kita berbuat baik kepada keduanya, berarti kita telah bersyukur kepada Allah ﷻ.
Berbeda halnya jika orang tua kita menangis karena ulah kita, berarti Allah ﷻ pun akan murka kepada kita.

Didalam beberapa hadits dari riwayat Imam Muslim dan riwayat Imam Ahmad disebutkan kisah sosok laki-laki yang disebut oleh Rasulullah ﷺ beliau mengatakan,
"Generasi kedua yang paling mulia adalah sosok laki-laki yang bernama Uwais bin ‘Amir Al Qarni, karena dia memiliki seorang ibu dan dia sangat berbakti sekali kepada ibunya."

? Hadits Rasulullah ﷺ yang berbunyi;
Uwais adalah tabi’in yang paling utama berdasarkan nash dalam riwayat lainnya, dari ‘Umar bin Al Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ

“Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama . Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit (tubuhnya ada putih-putih/albino). Perintahkanlah padanya untuk meminta ampun untuk kalian.”
[HR. Muslim no. 2542]


? KISAH UWAIS AL QARNI  ?

Kisah Uwais bin ‘Amir Al Qarni Al Murobi ini patut diambil faedah dan pelajaran. Terutama ia punya amalan mulia bakti pada orang tua sehingga banyak orang yang meminta doa kebaikan melalui perantaranya. Apalagi yang menyuruh orang-orang meminta doa ampunan darinya adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah disampaikan oleh beliau jauh-jauh hari.

? Kisahnya adalah berawal dari pertemuaannya dengan ‘Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu.

عَنْ أُسَيْرِ بْنِ جَابِرٍ قَالَ كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ إِذَا أَتَى عَلَيْهِ أَمْدَادُ أَهْلِ الْيَمَنِ سَأَلَهُمْ أَفِيكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ حَتَّى أَتَى عَلَى أُوَيْسٍ فَقَالَ أَنْتَ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ قَالَ نَعَمْ . قَالَ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ قَالَ نَعَمْ.

قَالَ فَكَانَ بِكَ بَرَصٌ فَبَرَأْتَ مِنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ قَالَ نَعَمْ. قَالَ لَكَ وَالِدَةٌ قَالَ نَعَمْ

Dari Usair bin Jabir, ia berkata, ‘Umar bin Al Khattab ketika didatangi oleh serombongan pasukan dari Yaman, ia bertanya, “Apakah di tengah-tengah kalian ada yang bernama Uwais bin ‘Amir?” Sampai ‘Umar mendatangi ‘Uwais dan bertanya, “Benar engkau adalah Uwais bin ‘Amir?” Uwais menjawab, “Iya, benar.” Umar bertanya lagi, “Benar engkau dari Murod, dari Qarn?” Uwais menjawab, “Iya.”

Umar bertanya lagi, “Benar engkau dahulu memiliki penyakit kulit lantas sembuh kecuali sebesar satu dirham.”

Uwais menjawab, “Iya.”

Umar bertanya lagi, “Benar engkau punya seorang ibu?”

Uwais menjawab, “Iya.”

قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « يَأْتِى عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ ». فَاسْتَغْفِرْ لِى. فَاسْتَغْفَرَ لَهُ. فَقَالَ لَهُ عُمَرُ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ الْكُوفَةَ. قَالَ أَلاَ أَكْتُبُ لَكَ إِلَى عَامِلِهَا قَالَ أَكُونُ فِى غَبْرَاءِ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَىَّ

Umar berkata, “Aku sendiri pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Nanti akan datang seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia punya seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan yang ia pinta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni, mintalah padanya.”

Umar pun berkata, “Mintalah pada Allah untuk mengampuniku.” Kemudian Uwais mendoakan Umar dengan meminta ampunan pada Allah.

Umar pun bertanya pada Uwais, “Engkau hendak ke mana?” Uwais menjawab, “Ke Kufah”.

Umar pun mengatakan pada Uwais, “Bagaimana jika aku menulis surat kepada penanggung jawab di negeri Kufah supaya membantumu?”

Uwais menjawab, “Aku lebih suka menjadi orang yang lemah (miskin).”

قَالَ فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْعَامِ الْمُقْبِلِ حَجَّ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِمْ فَوَافَقَ عُمَرَ فَسَأَلَهُ عَنْ أُوَيْسٍ قَالَ تَرَكْتُهُ رَثَّ الْبَيْتِ قَلِيلَ الْمَتَاعِ. قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « يَأْتِى عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ ».

Tahun berikutnya, ada seseorang dari kalangan terhormat dari mereka pergi berhaji dan ia bertemu ‘Umar. Umar pun bertanya tentang Uwais. Orang yang terhormat tersebut menjawab, “Aku tinggalkan Uwais dalam keadaan rumahnya miskin dan barang-barangnya sedikit.” Umar pun mengatakan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Nanti akan datang seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama serombongan pasukan dari Yaman. Ia berasal dari Murad kemudian dari Qarn. Ia memiliki penyakit kulit kemudian sembuh darinya kecuali bagian satu dirham. Ia punya seorang ibu dan sangat berbakti padanya. Seandainya ia mau bersumpah pada Allah, maka akan diperkenankan yang ia pinta. Jika engkau mampu agar ia meminta pada Allah supaya engkau diampuni, mintalah padanya.”

فَأَتَى أُوَيْسًا فَقَالَ اسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ أَنْتَ أَحْدَثُ عَهْدًا بِسَفَرٍ صَالِحٍ فَاسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ اسْتَغْفِرْ لِى. قَالَ لَقِيتَ عُمَرَ قَالَ نَعَمْ. فَاسْتَغْفَرَ لَهُ

Orang yang terhormat itu pun mendatangi Uwais, ia pun meminta pada Uwais, “Mintalah ampunan pada Allah untukku.”

Uwais menjawab, “Bukankah engkau baru saja pulang dari safar yang baik (yaitu haji), mintalah ampunan pada Allah untukku.”

Orang itu mengatakan pada Uwais, “Bukankah engkau telah bertemu ‘Umar.”

Uwais menjawab, “Iya benar.” Uwais pun memintakan ampunan pada Allah untuknya.

فَفَطِنَ لَهُ النَّاسُ فَانْطَلَقَ عَلَى وَجْهِهِ

“Orang lain pun tahu akan keistimewaan Uwais. Lantaran itu, ia mengasingkan diri menjauh dari manusia.”
[HR. Muslim no. 2542]

Inilah Kisah Uwais bin ‘Amir Al Qarni Al Murodi, seorang laki-laki miskin yang tinggal di Yaman berasal dari suku Murod keluarganya bernama keluarga Qorni.

Dia sebenarnya hidup di zaman Rasulullah ﷺ tetapi Uwais tidak sempat untuk bertemu dengan Rasulullah ﷺ, karena dia harus berbakti kepada orang tuanya, sosok ibu yang lumpuh sehingga dia harus merawat sang ibu yang lumpuh.

Tapi Rasulullah ﷺ tahu bahwa di Yaman ada seorang laki-laki yang bernama Uwais Al Qorni dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan dalam hadits di atas.

@ Kesimpulan :
Rasulullah ﷺ tahu tentang Uwais dari malaikat Jibril, ketika malaikat Jibril tahu tentang Uwais Al Qorni apakah malaikat Jibril tahu dengan sendirinya.?
Tentu tidak, itu karena wahyu dari Allah سبحانه وتعالى.
Jika Malaikat Jibril saja tahu, berarti seluruh malaikat yang ada dilangit tahu dan kenal dengan Uwais Al Qorni.

? Dalam sebuah Hadits Qudsi yang berbunyi;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي جِبْرِيلُ فِي السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ وَيُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي أَهْلِ الْأَرْضِ (رواه البخاري)

"Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala jika mencintai seseorang, maka Allah akan memanggil Jibril , '(wahai Jibril) Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah dia, sehingga Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril memanggil seluruh penghuni langit seraya berseru, 'Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia, maka penghuni langit pun mencintainya, sehingga orang tersebut diterima oleh penduduk bumi."
[HR. Al-Bukhari]

Padahal Uwais tidak pernah bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan begitupun sebaliknya, para sahabatpun tidak kenal dengan Uwais karena dia dari keluarga miskin dan tinggal di Yaman.
Walaupun dia miskin didunia, tapi dilangit namanya sangat terkenal dan doanya terkabul, penyebabnya karena Uwais sangat berbakti kepada ibunya.

Kunci kemuliaan Uwais bukan harta, bukan keturunan, bukan jabatan, bukan status apapun, tapi kemuliaan Uwais berada pada baktinya dia kepada orang tuanya.


?  BEBERAPA HADITS BERBAKTI KEPADA ORANG TUA  ?


? Dalam sebuah Hadits  Rasulullah ﷺ Dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata.

 سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قَالَ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ 

“Aku pernah tanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘Shalat pada waktunya.’ ‘Lalu apa lagi?’ Tanyaku. Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Lebih lanjut, kutanyakan, ‘Lalu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Allah.’” [Muttafaq ‘alaih]


? Dalam hadits yang lain;

عن معاوية بن جاهمة السلمي أن جاهمة جاء إلى النبي  صلى الله عليه وسلم  فقال يا رسول الله أردت أن أغزو وقد جئت أستشيرك فقال هل لك من أم قال نعم قال فالزمها فإن الجنة تحت رجليها

"Dari Mu’awiyah bin Jahimah As-Sulami bahwasanya Jahimah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku menemuimu untuk meminta pendapatmu”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya”
[HR An-Nasai 6/11 no 3104, dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani]


? Dalam Hadits yang lain;
Dari Thalhah bin Mu’awiyah as-Salamiy berkata, bahwa Jahimah pernah datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rosulullah, aku ingin berperang dan aku datang untuk meminta petunjuk kepadamu”. Beliau bersabda, “Apakah engkau mempunyai ibu?”. Ia menjawab, “Ya”. Beliau bersabda,

فَالْزَمْهَا فَإِنَّ اْلجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

“Tetapilah ia (Jangan engkau meninggalkannya), karena surga itu ada dibawah kedua kakinya”. [HR an-Nasa’iy: VI/ 11, al-Hakim, Ahmad: III/ 429 dan Ibnu Abi Syaibah. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Shahih]

Artinya Surga itu dekat sedekat kaki ibu, bukan harus mencium kaki ibunya, maka berbuat baiklah kepada kedua orang tua.


? Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

"Orang tua adalah pintu surga paling tengah/paling mulia. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya."
[HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794]


?  Dalam hadits yang lain;

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

“Orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau, sia-siakanlah!. Atau jagalah orang tuamu itu”
[HR. Tirmidzi, dia mengatakan, hadits ini shahih]


? Dalam Hadits lain Rasulullah ﷺ bersabda;

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ،قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِي عُمْرِهِ، وَأَنْ يُزَادَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ، وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

"Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; 
“Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezkinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambug silaturrahim (kekerabatan)."
[HR. Ahmad dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani]

=》Berarti  Orang Tua kita adalah,
- Surga kita.
- Surga yang paling mulia.
- Kunci kehidupan bahagia didunia.
- Pintu rezeki.


? Kisah sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash  ?

Sa’ad bin Abi Waqqash tidak mau meninggalkan ibunya, siapakah beliau;
- Sahabat yang dijamin Surga oleh Allah ﷻ
- Dikasih rezeki harta yang berlimpah.
- Dikasih keturunan yang banyak.
- Diberikan kekuatan oleh Allah ﷻ sehingga beliau mulia dibumi dan dilangit.

? Sa’ad bin Abi Waqqash pertama masuk Islam sebagaimana kisahnya dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab sahihnya dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya (yaitu Sa’ad) bahwa beberapa ayat Al-Qur’an turun padanya.

Dia berkata,
Diceritakan bahwa Ummu Sa’ad (ibunya Sa’ad) bersumpah tidak akan berbicara kepada anaknya dan tidak mau makan dan minum karena menginginkan Sa’ad murtad dari ajaran Islam. Ummu Sa’ad mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya berkata, “Aku tahu Allah menyuruhmu berbuat baik kepada ibumu dan aku menyuruhmu untuk keluar dari ajaran Islam ini”.
Kemudian selama tiga hari Ummu Sa’ad tidak makan dan minum. Bahkan memerintahkan Sa’ad untuk kufur. Sebagai seorang anak Sa’ad tidak tega dan merasa iba kepada ibunya.

Berkaitan dengan kisah Sa’ad ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan wahyu seperti yang terdapat pada surat Al-Ankabut ayat 8;

. وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 

“Dan Kami berwasiat kepada manusia agar berbakti kepada orang tuanya dengan baik, dan apabila keduanya memaksa untuk menyekutukan Aku yang kamu tidak ada ilmu, maka janganlah taat kepada keduanya.”

Sedangkan wahyu yang kedua dalam surat Luqman ayat 15.

 وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 

“Dan apabila keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan apa-apa yang tidak ada ilmu padanya, jangan taati keduanya dan bergaul lah dalam kehidupan dunia dengan perbuatan yang ma’ruf (baik) dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa-apa yang telah kamu kerjakan”. Turunnya ayat ini membuat Sa’ad semakin bertambah mantap keyakinannya dan akhirnya Sa’ad membuka mulut ibunya dan memaksa ibunya untuk makan. Dengan demikian Sa’ad tidak berbuat kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan juga bisa berbuat baik kepada ibunya.
[Diriwayatkan Imam Muslim, Juz. IV hal. 1877 no. 1748 (43)]

Sa'ad bin Abi Waqqash tidak berbuat buruk kepada sang ibu, akhlaqnya yang mulia mengalahkan kerasnya hati sang ibu.


Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang didoakan malaikat Jibril, yang aamiinin Rasulullah ﷺ.

?  Dari Jabir radhiallahu'anhu, bahwasanya Nabi Muhammad shalallahu'alaihi wasallam naik ke mimbar. 
Ketika Beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, “Amiin”.
Lalu para sahabat bertanya: 
"Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Amiin, amiin, amiin. 
Beliau menjawab,
”Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata:
"Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan, namun dosanya tidak diampuni.
Maka Aku pun berkata: Amiin.

Kemudian Dia (Jibril) berkata:
"Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga.
Aku pun berkata: Amiin. 

Kemudian Dia (Jibril) berkata:
"Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu.
Maka Aku pun berkata: Amiin. 
[HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih al-Tirmidzi]


? Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda;

 رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدُ هُمَا أَوكِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ 

“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga”
[HR. Muslim 2551, Ahmad 2:254, 346]


? Kisah Tiga Pemuda yang terkurung di dalam Goa  ?

Kisah mengenai tiga orang di masa sebelum Islam yang pernah tertutup dalam goa gara-gara ada batu besar yang jatuh menutupi goa tersebut.

? Dari Abu ‘Abdir Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, katanya: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انْطَلَقَ ثَلاَثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لاَ يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ

“Ada tiga orang dari orang-orang sebelum kalian berangkat bepergian. Suatu saat mereka terpaksa mereka mampir bermalam di suatu goa kemudian mereka pun memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari gunung lalu menutup gua itu dan mereka di dalamnya. Mereka berkata bahwasanya tidak ada yang dapat menyelamatkan mereka semua dari batu besar tersebut kecuali jika mereka semua berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan amalan baik mereka.”

فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمُ اللَّهُمَّ كَانَ لِى أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ ، وَكُنْتُ لاَ أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلاً وَلاَ مَالاً ، فَنَأَى بِى فِى طَلَبِ شَىْءٍ يَوْمًا ، فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا ، فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْ مَالاً ، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَىَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ ، فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لاَ يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ

"Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, aku mempunyai dua orang tua yang sudah sepuh dan lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu (di malam hari) kepada siapa pun sebelum memberi minum kepada keduanya. Aku lebih mendahulukan mereka berdua daripada keluarga dan budakku (hartaku). Kemudian pada suatu hari, aku mencari kayu di tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka berdua telah terlelap tidur. Aku pun memerah susu dan aku dapati mereka sudah tertidur pulas. Aku pun enggan memberikan minuman tersebut kepada keluarga atau pun budakku. Seterusnya aku menunggu hingga mereka bangun dan ternyata mereka barulah bangun ketika Shubuh, dan gelas minuman itu masih terus di tanganku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka meminum minuman tersebut. Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu dengan niat benar-benar  mengharapkan wajah-Mu, maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.” Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun mereka masih belum dapat keluar dari goa."
[Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743]


Walaupun orang tua kita preman, atau bahkan orang tua kita non muslim, tetap kita harus berbakti kepada ke dua orang tua.

? Kisah Asma binti Abu Bakar Ash-Shidiq.
"Ketika ibunya yang masih dalam keadaan musyrik akan datang untuk berkunjung kepadanya, Asma meminta fatwa kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Hendaklah kamu menyambung silaturahmi kepada ibumu”
[Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]


? Rasulullah ﷺ bersabda;

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ , وَسُخْطُهُ فِي سُخْطِهِمَا 

"Ridha Allah ada Di Ridha Orangtua, Dan Kemurkaan-Nya Ada Di Kemurkaan Orangtua."
[HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Al-Hakim]

? Dalam Hadits lain,
"Ketaatan kepada Allah itu adalah ketaatan kamu kepada orang tuamu, maksiat kepada Allah itu dilihat kamu tidak taat kepada orang tuamu."
[Hadits ini dihasankan oleb Syaikh Al-Albani]

Koreksi diri kita apakah kita sudah menjadi orang yang diridhoi oleh Allah ﷻ karena bakti kita kepada orang tua.
Wallahu Ta'ala 'alam bishowab.


?  SOAL - JAWAB  ?


➡️  SOAL 1 :
Apakah dibenarkan apabila setiap amal sholeh yang akan kita lakukan kita berharap juga semoga semua kebaikan itu menjadi keutamaan atau menjadi pahala bagi kedua orang tua yang sudah tiada, dan ketika kita terbersit melakukan maksiat kita juga terpikit tentang orang tua kita bahwa ini akan menjadi mudhorot bagi orang tua kita, apakah benar yang seperti itu Ustadz.?
➡️  JAWAB :
"Wahai Rasulullah bolehkah saya sedekah untuk ibuku.? "Boleh sedekah untuk orang tuanya."
Tapi ingat jangan setiap hari sedekah untuk orang tua.
Kata Syaikh Muhammad Sholeh Utsaimin, 
"Anda juga butuh pahala, hari ini sedekah untuk orang tua, besok sedekah untuk diri sendiri, karena kita pribadi juga butuh pahala dan kita banyak dosa butuh diampuni oleh Allah."
Mmaka rajinlah sodakoh, niatkan untuk kita dan untuk orang tua kita."
Wallahu'alam, barakallahu fiykum.


➡️  SOAL 2 :
Apabila saya mengikuti perintah orang tua khususnya ibu, padahal sebenarnya perintah tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan dan kita tetap melakukan peruntahnya tersebut. Apakah yang demikian termasuk digolongkan sebagai anak yang durhaka.?
➡️  JAWAB :
Hadits-hadits yang tadi kita bacakan cukup untuk menjawab, tetutama yang terakhir.

? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”
[Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394]

Ketaatan kepada Allah itu berbakti sama orang tua. Ketika orang tua anda menyuruh A dan anda inginnya B. 
Tinggalkan apa yang anda mau atau kata hati anda dan lakukan apa yang orang tua mau. Karena kalau orang tua anda bahagia, Allah akn ridho kepada kita.
Kecuali apa yang diinginkan oleh orang tua adalah sesuatu yang haram atau bermaksiat jangan anda taati, tapi anda tetap wajib berbuat baik dan berkata baik kepada orang tua. Seperti kisah Sa'ad bin Abi Waqas.
Wallahu'alam, barakallahu fiyk.


➡️  SOAL 3 :
Bagaimana bila saat mau menikah, orang tua sudah berpesan agar tidak pindah keluar kota dan calon suami juga sudah tau. Namun sebenarnya dalam benak calon suami ingin sekali saya dibawa ketempat asal suami saya. Apa yang harus saya perbuat Ustadz, apakah saya harus menuruti orang tua atau menuruti suami saya.?
➡️  JAWAB :
Turuti orang tuamu, karena yang disampaikan oleh orang tua anda sebelum anda menikah, calon suami sudah tau.
Berarti ini termasuk persyaratan dalam pernikahan, dan persyaratan dalam pernikahan wajib untuk dipenuhi. Dan sang suami wajib memenuhi persyaratan itu dan dia harus menjadikan istrinya tinggal tetap bersama kedua orang tua, dan harus mengkondisikan.
Wallahu'alam, barakallahu fiyk.


➡️  SOAL 4 :
Saya pernah ingin melakukan sholat dhuha kemudian disaat bersamaan, ibu saya menyuruh saya melakukan sesuatu ustadz, sedangkan waktu dhuha segera berakhir. Mana yang seharusnya saya dahulukan ustadz.?
➡️  JAWAB :
Manay yang didahulukan antara yang wajib dan yang sunnah.?
Berbakti sama orang tua hukumnya wajib, sholat dhuha hukumnya sunnah, berarti mana yang kita dahulukan.? "Panggilan orang tua."

@Contoh :
- Andai anda sholat sunnah dhuha dan sudah dapat 1 rakaat, kemudian orang tua memanggil, apa yang harus dilakukan.?
"Batalkan sholat anda dan penuhi panggilan orang tua anda."
Memenuhi panggilan orang tua itu sunnah.
- Anda puasa sunnah hari senin, lalu ibu anda mengatakan temeni saya makan, maka anda wajib menemani orang tua anda makan dan batalkan puasanya.

Mana pahalanya yang lebih besar.?
"Padahala yang lebih besar adalah memenuhi panggilan orang tua."
Wallahu'alam, barakallahu fiyk.


➡️  SOAL 5 :
Apakah wajar jika saya saat ini merasa tenang-tenang saja, karena semua penghasilan saya untuk kebutuhan kedua orang tua saya, sehingga saya tidak punya tabungan. Saya tidak tahu tapi saya hanya yakin saja Allah akan mencukupi kehidupan saya. Tapi dilain sisi teman-teman saya sudah banyak yang punya investasi rumah atau yang lainnya, sedangkan saya belum punya, apakah saya harus membatasi dalam pengeluaran gaji atau semaksimal mungkin memberikan apa yang saya punya untuk kedua orang tua saya.?
➡️  Jawab :
Ada dua pilihan;
1. Punya investasi banyak tapi jarang bantu orang tua.
2. Gak punya investasi karena uang habis untuk ngurusin orang tua.
Mana pilihan terbaik.?

Kalau bicara iman yang dipilih adalah yang kedua, kalau pilih yang pertama berarti memilih jalannya Qorun, rela menumpuk harta sementara orang tua menderita dan menangis.
Apa artinya investasi banyak tapi orang tua menangis.
Justru yang dilakukan penanya membuat kita iri, andai kita biaa seperti beliau, luar biasa.
- Jangan berkecil hati,
- Jangan dipengaruhi bisikan syaiton.

Karena kesuksesan bukan karena banyaknya investasi yang dimiliki, sukses yang besar adalah suksea dimata Allah.
Dia yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan mencurahkan segalanya untuk orang tuanya, dialah yang punya investasi yang sesungguhnya dan bahagia dunia akhirat, hati tenang dan tentram.
Jangan lupa taqwa kepada Allah, investasi dunia akhirat akan jadi milik siapa yang melakukannya.
Wallahu'alam, barakallahu fiyk.


➡️  SOAL 6 :
- Bila anak pungut dan ingin berbakti kepada orang tua, mana yang didahulukan antara orang tua asli atau orang tua angkat.?
- Ibu dan bapak saya bercerai kemudian ibu menikah lagi ketika masih kecil. Setiap saya berdoa untuk kedua orang tua dengan doa;

رَّبِّ اغْفِرْلِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً

"ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO"

Yang terimajinasi difikiran saya adalah bapak sambung saya, bukan bapak saya yang asli. Yang seperti ini bagaimana Ustadz.?
➡️  JAWAB :
Apapun yang terjadi dengan orang tua anda tetap dia menjadi orang tua. Tidak ada satu kondisi apapun yang bisa melepas status keduanya menjadi orang tuanya, apapun yang terjadi mereka tetap orang tua kitam
Wajib bagi anda berbakti kepada kedua orang tua, walaupun kecil anda diasuh oleh orang lain tetap anda berbakti kepada kedua orang tua asli dan berbuat baik kepada orang yang selama ini mengurusi anda. 
Tetap rating nomer 1 diantara manusia adalah orang tua asli, sementara orang yang sudah mengasuh dari kecil tetap harus berbuat baik kepadanya.
Orang tua bercerai itu urusan keduanya bukan urusan anda, walaupun keduanya masing-masing sudah menikah lagi, tetap keduanya adalah orang tua anda dan harus berbakti kepada keduanya.
Tidak boleh anda berdosa dengan membuang nama ayah anda apapun yang terjadi dengan ayah anda.
Kalau anda berdoa yang terbayang orang tua sambung anda, maka anda durhaka dan tidak boleh. Tetap harus orang tua asli anda dan wajib berbakti kepada kedua orang tua asli.
Wallahu'alam bishowab, barakallahu fiyk.


✍ TIM KAJIAN ONLINE MASJID ASTRA