Pendidikan di Tengah Pandemi

devi feri • 23 April 2021

                                               PENDIDIKAN DI TENGAH PANDEMI

Kenalkan aku Adjani Larasati, seorang guru di sekolah perkebunan kelapa sawit Kalimantan Selatan. Pagi ini hujan turun disini, menambah kesyahduan dengan penampakan hijaunya daun-daun sawit yang basah. Eksotisme jalan perkebunan pun tak kalah menarik. Aku buka  catatan agenda pembelajaran siswa di semester ini.  Tak terasa sudah 1,5 semester menjalani pembelajaran di tengah pandemi. Situasi baru yang tak pernah terfikirkan sebelumnya. Pandemi ini menuntut untuk harus siap menghadapi New Normal diberbagai segi kehidupan.

Pagi ini aku sapa kelasku, dimana tempat biasanya aku mengajar dan bertemu siswa-siswa. Hanya bangku-bangku kosong dan papan tulis tanpa coretan yang selalu aku jumpai. Doa-doa terindah senantiasa terlantun agar pandemi ini segera berakhir dan bangku-bangku kosong ini segera ramai dengan pemiliknya. Tepat pukul 07.30 WITA aku mulai bergegas untuk melaksanakan pembelajaran luring (luar jaringan) atau lebih mudah dikatakan kunjungan ke rumah siswa. Jika saat normal siswa yang ke sekolah maka kali ini Guru yang mengunjungi siswa. Hal ini dilakukan karena aku dan guru-guru merasa, pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu melainkan tentang pembentukan moral dan kepribadian anak, sehingga butuh suatu cara bagaimana proses pembentukan kepribadian anak ini tetap terlaksana di situasi pandemi. Oleh karena itu, kami memilih luring sebagai cara lain yang kami pilih di luar proses pembelajaran Daring (dalam Jaringan) atau online yang tetap terlaksana setiap hari.

Kami melaksanakan luring setiap hari senin sampai kamis dengan bus sekolah, namun saat bus sekolah ada kendala kami laksanakan luring dengan mengendarai motor. Sungguh, mungkin ini adalah cara Allah SWT agar kami lebih bisa memahami kondisi anak,karena dari luring ini aku jadi paham bagaimana perjuangan siswa-siswa saat berangkat ke sekolah. Jalan perkebunan bukanlah jalan aspal seperti di kota-kota besar, melainkan jalan tanah. Oleh karena itu, jika hujan jalan akan licin belum lagi jarak tempuh sekolah ke rumah murid terdekat 8 km. Ada juga yang sampai  memakan waktu 2 jam untuk sampai ke sekolah, karena harus menyeberangi sungai dengan kapal LCT. Hal ini juga yang kami rasakan saat luring.

Tak dapat dipungkiri kegiatan ini memakan banyak energi  aku dan guru-guru. Belum habis lelah perjalanan, kewajiban terhadap anak tetap harus di jalankan. Senyum dan semangat anak-anak saat melihat kami datang adalah obat dan air bah yang mampu memusnahkan lelah. Aku lihat bagaimana guru-guru juga bersemangat kembali saat mulai mengajar langsung dengan anak, seakan menemukan roh kedua. Entah apa yang datang pada diri-diri kami, tapi itupun yang aku rasakan. Selain itu komitmen bersama, menjalani pembelajaran luring juga yang membuat kami kuat. hanya doa yang kami pinta, semoga raga ini senantiasa sehat agar bisa menjumpai siswa-siswi kami. Sungguh pandemi punya makna tersendiri di mata kami. Sehat selalu para pendidik negri. Semangat selalu untuk menebar kebermanfaatan. 

 

By: Devi Feriyanjani

PT. ASTRA AGRO LESTARI

 

Perusahaan Grup Astra
Astra Agro Lestari
Wilayah Grup Astra
Banjarmasin (Kalimantan Selatan)